Senin, 22 Februari 2016

Zuhud (Dunia ada di tangan tapi tidak dihati)


ZUHUD

Sebagian orang salah paham dengan istilah zuhud. Dikira zuhud penyebab hidup tanpa harta. Dikira zuhud adalah harus hidup miskin. Lalu apa yang dimaksud dengan zuhud yang sebenarnya?

Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.
(HR. Ibnu Majah )

Zuhud dari segi bahasa artinya meninggalkan, tidak menyukai, atau menjauhkan diri. Zuhud dalam pengertian istilah adalah kondisi mental yang tidak mau terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT.
Orang yang zuhud bukan berarti menjauhkan diri dalam artian tidak mau harta, materi duniawi dan sebagainya, dan bukan berarti juga orang yang zuhud harus miskin. Namun pengertiannya lebih kepada aspek mental, rohani, stabilitas emosi dalam menyikapi kesenangan duniawi. Tidak mau berlebihan, dan terlalu larut dalam kesenangan dunia sehingga membuat lupa terhadap kewajiban transendental (beribadah kepada Allah SWT).
Orang yang kaya pun bisa menjadi zuhud jika bisa menggunakan harta atau materi yang dimilikinya di jalan yang benar yang diridhoi Allah. Tidak mempengaruhi pegabdiannya kepada Allah SWT. Lawan dari sifat zuhud adalah hubbud dunya (cinta dunia) secara berlebihan. Orang yang hubbud dunya digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an di dalam surah Al-Humazah sebagai kategori orang yang senang mencela dan mengumpulkan harta. Konsekuensinya jika berlomba-loma mengumpulkan harta hanya untuk kesenangan semata maka akan dibinasakan sendiri oleh hartanya, sebagaimana dalam surat At-Takasur ayat pertama “alhaakumut takaatsur”.

Cara Mencapai Zuhud
Beberapa langkah langkah yang memungkinkan oleh pribadi pribadi muslim dalam rangka upaya mencapai sifat zuhud adalah :
Perbanyak memikirkan bahwa ada kehidupan setelah kehidupan dunia, yaitu kehidupan akhirat dan hari segala amal kita dihisab.
Senantiasa menumbuhkan rasa kenikmatan dunia niscaya akan dapat memalingkan hati untuk berdzikir kepada Allah SWT.
Memahami bahwa apa yang ada didunia tidak kekal dan akan sirna jika dibandingkan dengan apa yang ada di sisi Allah SWT.

Kesimpulan
Perlu kita pahami bahwa zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat duniawi, semacam harta benda dan kekayaan lainnya, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tangan makhluk. Bagi orang yang zuhud terhadap dunia, sebanyak apapun harta yang dimiliki, sama sekali tidak akan membuat hatinya merasa tenteram, karena ketenteraman yang hakiki adalah ketika kita yakin dengan janji dan jaminan Allah.

Andaikata kita merasa lebih tenteram dengan sejumlah tabungan di bank, saham di sejumlah perusahaan ternama, real estate investasi di sejumlah kompleks perumahan mewah, atau sejumlah perusahaan multi nasional yang dimiliki, maka ini berarti kita belum zuhud. Seberapa besar pun uang tabungan kita, seberapa banyak saham pun yang dimiliki, sebanyak apapun asset yang dikuasai, seharusnya kita tidak lebih merasa tenteram dengan jaminan mereka atau siapapun. Karena, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali ijin Allah. Dia-lah Maha Pemilik apapun yang ada di dunia ini.

Begitulah. Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang dimilikinya tidak mejadi jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala kebutuhan kita, dan bahkan, lebih tahu dari kita sendiri.

Ada dan tiadanya dunia di sisi kita hendaknya jangan sampai menggoyahkan batin. Karenanya, mulailah melihat dunia ini dengan sangat biasa-biasa saja. Adanya tidak membuat bangga, tiadanya tidak membuat sengsara. Seperti halnya seorang tukang parkir. Ya tukang parkir. Ada hal yang menarik untuk diperhatikan sebagai perumpamaan dari tukang parkir. Mengapa mereka tidak menjadi sombong padahal begitu banyak dan beraneka ragam jenis mobil yang ada di pelataran parkirnya? Bahkan, walaupun berganti-ganti setiap saat dengan yang lebih bagus ataupun dengan yang lebih sederhana sekalipun, tidak mempengaruhi kepribadiannya!? Dia senantiasa bersikap biasa-biasa saja.

0 komentar:

Posting Komentar