This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 22 Februari 2016

Beriman Kepada Allah


Beriman Kepada Allah

A. Pengertian Iman Kepada Allah SWT

Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu. Iman menurut istilah adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan. Hal ini sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :

الايمان معرفة بالقلب و قول باللسا ن و عمل بالاركان (رواه الطبران)

Artinya : “Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.”(HR Thabrani)

Dari penjelasan Hadits di atas dapat disimpulkan bahwa iman kepada Allah SWT membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota badan. Oleh karena itu, apabila ada seseorang yang mengaku beriman kepada Allah SWT hanya dalam hati, lisan, hati dan lisan atau anggota badan saja, maka orang tersebut belum bisa dikatakan orang yang beriman.
Iman kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar. Tanpa adanya iman kepada Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada yang lain, seperti beriman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari kiamat.

Firman Allah SWT :

يَا اَيُّهَا الذِيْنَ امَنُوا امِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَالكِتَابِ الذِى نَزَّلَ عَلى رَسُولِهِ وَالكِتَابِ الذِى اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكفُرْ بَاللهِ وَمَلئِكَتِهِ وَكتبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الاخِرِِ فقد ضَلَّ ضَلالا بَعِيْدًا ١٣٦
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab Allah yang diturunkan sebelumnya, Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS.An Nisa : 136).

B. Sifat-Sifat Allah SWT

Allah SWT adalah zat Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas seluruh alam beserta isinya. Allah SWT memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan bagi-Nya. Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut.
Sifat wajib, artinya sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT . sifat wajib Allah berjumlah 13.
Sifat mustahil, artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada pada Allah SWT. Sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama dengan jumlah sifat wajib bagi Allah SWT.
Sifat jaiz, artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Artinya Allah berbuat sesuatu tidak ada yang menyuruh dan tidak ada yang melarang. Sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu.”

C. Hikmah Beriman Kepada Allah SWT Meyakini kepada Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya akan memberikan banyak hikmah diantaranya :

Meyakini kebesaran Allah SWT
Meningkatkan rasa syukur
Selalu menjalankan perinyah-Nya.
Selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya.
Tidak takut menghadapi kematian

WASILAH, Cara Berjumpa Dengan Allah


WASILAH, Cara Berjumpa Dengan Allah

Semua manusia di dunia ini meyakini bahwa Tuhan adalah sosok yang Agung, Mulia, Sempurna dan segala gelar hebat di sandang oleh-Nya. Kalau di dunia ada Raja maka Tuhan adalah Maha Raja Diraja. Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Mulia tersebut, sebegitu tingginya sehingga hampir semua manusia merasa mustahil untuk berjumpa denga-Nya. Hanya golongan tertentu saja seperti Nabi yang diizinkan untuk menjumpai-Nya. Bahkan dalam pandangan kelompok tertentu dalam Islam, bahkan Nabi sendiri tidak pernah berjumpa dengan Allah di dunia, dalil tentang pengalaman Musa ingin melihat Tuhan dijadikan dalil untuk membenarkan pendapat mereka. Kelompok Mu’tazilah bahkan lebih ekstrim lagi, mereka berpendapat bahwa Tuhan tidak bisa dilihat atau dijumpai baik di dunia maupun di akhirat.

Kelompok yang paling banyak adalah yang berpendapat bahwa Allah tidak bisa dilihat atau dijumpai didunia namun Dia bisa dijumpai di akhirat setelah manusia meninggal dunia. Karena banyak bahkan sangat banyak, pada umumnya kita juga meyakini atau dipaksa meyakini bahwa Tuhan tidak mungkin dilihat di dunia dengan alasan Dia Maha Tinggi dan Maha Segalanya.

Disisi lain, kaum Sufi meyakini dan memang mengalami hal yang mustahil bagi kaum awam, yaitu berjumpa, melihat dan berdialog dengan Allah sebagaimana yang diceritakan para Tokoh Sufi dalam berbagai karyanya, salah satu Imam al-Ghazali yang melihat dan berdialog dengan Tuhan di dalam mimpi Beliau.

Pertanyaan yang paling menggoda kita adalah, kenapa ketiga kelompok ini yang sama-sama mengambil sumber ilmu dari Al-Qur’an dan Hadist bisa begitu jauh berselisih paham dan ini telah terjadi dari zaman dulu sampai sekarang. Jawaban normative karena pikiran manusia berbeda-beda dan kemampuan untuk menyerap ilmu dari sumber yang Agung (Al-Qur’an juga berbeda.

Bagi kelompok yang tidak meyakini bahwa Allah bisa di lihat di akhirat, dengan segala dalil menyerang kelompok yang meyakini bahwa Allah bisa dilihat di akhirat. Kaum Mu’tazilah menganggap keliru pemahaman Ahlu Sunnah Wal Jamaah yang meyakini Allah bisa dilihat di akhirat. Kemudian, orang yang meyakini bahwa Allah hanya bisa dilihat di akhirat menganggap keliru atau aneh bagi orang yang meyakini bahwa Allah bisa dilihat di dunia dan akhirat. Kalau kita terus menerus terjebak kepaa perdebatan tentang Tuhan, maka secara tidak sadar kita tidak pernah mau berusaha untuk menemukan kebenaran lain selain yang kita yakini.

Tuhan Maha Tinggi dan tidak seorangpun yang bisa menjangkat Zat Allah yang Maha tinggi tersebut, dan dalam hal ini kaum sufi yang meyakini bahwa Tuhan bisa dilihat juga berpendapat seperti ini. Tidak berarti bahwa ketika kaum sufi berkesempatan memandang Allah, lalu kedudukan Allah menjadi rendah. Semua manusia memposisikan Tuhan sesuai kadarnya masing-masing makanya dengan segala keyakinannya menampatkan TUhan ditempat yang tdak terjangkau agar kedudukan Tuhan tetap tinggi. Lalu, kalau Tuhan sudah sangat tinggi tidak dapat dijangkau, untuk apa adanya Tuhan?

Tuhan tidak sekedar sesuatu yang disembah, tapi Dia adalah sosok yang akrab dengan kita, tempat kita berkeluh kesah dan sahabat yang paling setia. Nabi Ibrahim menjadi “Khalilullah” Sabahat Allah karena kedekatan Beliau dengan Allah, lalu apakah hanya Ibrahim satu-satunya manusia yang layak menjadi Sahabat Allah? Nabi Muhammad terkenal sebagai “Habibullah” lalu apakah hanya Muhammad satu-satunya manusia yang layak menjadi kekasih Allah? Nabi Musa dikenal dengan “Kalamullah” orang yang diajak berbicara oleh Allah, apakah hanya Nabi Musa yang mengalami seperti itu. Bagaimana dengan kita yang awam, orang-orang yang bukan Nabi, apakah tidak boleh berhubungan dengan Allah dengan akrab?

Kaum sufi yang akrab dengan Tuhan juga tidak merasa dirinya hebat, tidak merasa dirinya suci dan mulia bahkan disetiap saat dengan kesadaran penuh dia merasa sebagai hamba yang hina, dhoif, papa tidak bisa apa, hanya karena kemuarahan hati TUhan saja yang membuat mereka bisa melakukan banyak hal di dunia ini. Kaum Sufi tidak pernah meyakini bahwa TUhan bisa menjadi manusi dan manusia karena kesuciannya bisa menjadi Tuhan, bahwa manusia itu bisa mencapai kedudukan mulia TUhan adalah pendapat diluarorang lain terhadap pemahaman Sufi. Kesalahan dalam memahami Wahdatul Wujud inilah kemudian yang membuat kaum sufi mendapat tuduhdan sebagai kelompok sesat dari orang-orang yang tidak memahaminya.

Kaum Sufi, dari manapun dia berasal dalam berhubungan dengan Allah tetap memakai meode yang diajarkan oleh Rassulullah yaitu lewat Wasilah. Karena tidak mungkin manusia bisa berhubungan dengan Allah tanpa ada unsur atau alat yang diberikan Allah. Dia yang Maha tinggi tidak mungkin dijangkau oleh manusia yang penuh dengan dosa dan kekurangan. Dalam hal ini seluruh manusia mempunyai kayakinan yang sama, termasuk Sufi. Allah yang Maha Pemurah memberikan “Alat Komunikasi” antara manusia dengan Dia yaitu berupa Nur Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Nur tersebut setelah Nabi Muhammad wafat diberikan kepada para ulama pewaris Nabi, dengan itulah manusia bisa berhubungan dengan TUhan. Sebagai alat komunikasi, Wasilah bukanlah ciptaan manusia, bukan pula manusia, tapi dia adalah sesuatu yang berasal dari sisi Allah. Inilah yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai Tali Allah, yang pangkalnya ada pada Allah dan ujungnya ada pada kekasih-Nya. Jangankan Allah yang merupakan Cahaya Maha Tinggi, berhubungan dengan cahaya yang nampak saja harus ada alatnya. Gelombang radio atau televisi ciptaan manusia tidak bisa diterima tanpa adanya alat penerimanya apalagi Cahaya Allah yang begitu Tinggi.

Nabi bukanlah sekedar penyampai wahyu, tapi Beliau adalah pembawa Wasilah yang berasal dari sisi Allah sebagai media penyambug manusia dengan Allah. Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan langsung, tanpa perantara. Hubungan langsung yang dimaksud tentu saja hubungan dengan menggunakan metode yag tepat, metode yang telah disampaikan dan digunakan oleh Rasulullah SAW. Umumnya hubungan langsung yang diyakini oleh manusia secara umum, dia merasa yakin aja bahwa Tuhan yang disembah itu benar. Mulai dari dia bisa beribadah, dia meyakini yang disembah dalah Allah. Apkah memang demikian? Dari mana dia bisa tahu kalau yang berdiri didepannya itu sosok Iblis yang juga terdiri dari cahaya. Berpuluh-puluh tahun dia meyakini telah menyembah Allah lewat Shalat dan ibadah lainnya, ternyata yang disembah Iblis karena dia tidak bisa membedakan antara Allah dan Iblis. Ibadahnya berupa shalat itu diberi ganjaran Neraka oleh Allah karena yang disembah bukan Allah.

Apakah Iblis tidak bisa masuk kedalam Mesjid? Jangankan dalam mesjid atau rumah kita, kedalam surga pun dia bisa bolak balik, bebas keluar masuk. Jadi, kesmbongan kita menolak wasilah, menyembah Allah dengan metode Rasulullah ini yang menyembabkan kita mudah disusupi setan yang sangat Halus. Ingat, Nabi Adam digoda oleh Iblis bukan di Pasar Malam atau di Mall, tapi di dalam Surga yang dipagari oleh para Malaikat.

Kaum Sufi tidak ragu sedikitpun dia dalam beribadah karena dia sudah bisa membedakan antara Allah dan yang bukan Allah karena dia telah berjumpa dengan Allah. Bagi mereka Allah bukan hanya Maha Gaib (Al-Ghaibi) namun juga Maha Nyata (AD-Dzahir) seperti yang tertulis dalam Asmaul Husna. Bagi orang yang baru menempuh jalan kepada Allah (Thariqatullah), paling tidak dia telah mempunyai pembimbing (Mursyid) yang setiap saat akan menuntun dan membimbing dia kepada Allah secara zahir dan bathin. Godaan dan gangguan secara bathin dengan izin Allah akan mendapat Syafaat ( Bantuan) dari Guru Mursyid yang rohaninya selalu bersama rohani Rasulullah dan otomatis selalu bersama Allah.

Jadi, belum terlambat bagi siapapun kita yang belum menggunakan metode berhubungan dengan Allah berupa Wasilah untuk segera mencari Guru Pembimbing agar ibadahnya menjadi sempurna dan diterima oleh Allah SWT.

Zuhud (Dunia ada di tangan tapi tidak dihati)


ZUHUD

Sebagian orang salah paham dengan istilah zuhud. Dikira zuhud penyebab hidup tanpa harta. Dikira zuhud adalah harus hidup miskin. Lalu apa yang dimaksud dengan zuhud yang sebenarnya?

Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.
(HR. Ibnu Majah )

Zuhud dari segi bahasa artinya meninggalkan, tidak menyukai, atau menjauhkan diri. Zuhud dalam pengertian istilah adalah kondisi mental yang tidak mau terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT.
Orang yang zuhud bukan berarti menjauhkan diri dalam artian tidak mau harta, materi duniawi dan sebagainya, dan bukan berarti juga orang yang zuhud harus miskin. Namun pengertiannya lebih kepada aspek mental, rohani, stabilitas emosi dalam menyikapi kesenangan duniawi. Tidak mau berlebihan, dan terlalu larut dalam kesenangan dunia sehingga membuat lupa terhadap kewajiban transendental (beribadah kepada Allah SWT).
Orang yang kaya pun bisa menjadi zuhud jika bisa menggunakan harta atau materi yang dimilikinya di jalan yang benar yang diridhoi Allah. Tidak mempengaruhi pegabdiannya kepada Allah SWT. Lawan dari sifat zuhud adalah hubbud dunya (cinta dunia) secara berlebihan. Orang yang hubbud dunya digambarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an di dalam surah Al-Humazah sebagai kategori orang yang senang mencela dan mengumpulkan harta. Konsekuensinya jika berlomba-loma mengumpulkan harta hanya untuk kesenangan semata maka akan dibinasakan sendiri oleh hartanya, sebagaimana dalam surat At-Takasur ayat pertama “alhaakumut takaatsur”.

Cara Mencapai Zuhud
Beberapa langkah langkah yang memungkinkan oleh pribadi pribadi muslim dalam rangka upaya mencapai sifat zuhud adalah :
Perbanyak memikirkan bahwa ada kehidupan setelah kehidupan dunia, yaitu kehidupan akhirat dan hari segala amal kita dihisab.
Senantiasa menumbuhkan rasa kenikmatan dunia niscaya akan dapat memalingkan hati untuk berdzikir kepada Allah SWT.
Memahami bahwa apa yang ada didunia tidak kekal dan akan sirna jika dibandingkan dengan apa yang ada di sisi Allah SWT.

Kesimpulan
Perlu kita pahami bahwa zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat duniawi, semacam harta benda dan kekayaan lainnya, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tangan makhluk. Bagi orang yang zuhud terhadap dunia, sebanyak apapun harta yang dimiliki, sama sekali tidak akan membuat hatinya merasa tenteram, karena ketenteraman yang hakiki adalah ketika kita yakin dengan janji dan jaminan Allah.

Andaikata kita merasa lebih tenteram dengan sejumlah tabungan di bank, saham di sejumlah perusahaan ternama, real estate investasi di sejumlah kompleks perumahan mewah, atau sejumlah perusahaan multi nasional yang dimiliki, maka ini berarti kita belum zuhud. Seberapa besar pun uang tabungan kita, seberapa banyak saham pun yang dimiliki, sebanyak apapun asset yang dikuasai, seharusnya kita tidak lebih merasa tenteram dengan jaminan mereka atau siapapun. Karena, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali ijin Allah. Dia-lah Maha Pemilik apapun yang ada di dunia ini.

Begitulah. Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang dimilikinya tidak mejadi jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala kebutuhan kita, dan bahkan, lebih tahu dari kita sendiri.

Ada dan tiadanya dunia di sisi kita hendaknya jangan sampai menggoyahkan batin. Karenanya, mulailah melihat dunia ini dengan sangat biasa-biasa saja. Adanya tidak membuat bangga, tiadanya tidak membuat sengsara. Seperti halnya seorang tukang parkir. Ya tukang parkir. Ada hal yang menarik untuk diperhatikan sebagai perumpamaan dari tukang parkir. Mengapa mereka tidak menjadi sombong padahal begitu banyak dan beraneka ragam jenis mobil yang ada di pelataran parkirnya? Bahkan, walaupun berganti-ganti setiap saat dengan yang lebih bagus ataupun dengan yang lebih sederhana sekalipun, tidak mempengaruhi kepribadiannya!? Dia senantiasa bersikap biasa-biasa saja.

Aku dan Wahdatul Wujud


Aku dan Wahdatul Wujud

Wihdatul wujud merupakan sebuah konsep spiritual yang paling menggegarkan dunia Islam semenjak itu pertama kali dicetuskan oleh seorang sufi Persia (Iraq), al-Hallaj. Dari istilahnya, Wihdatul Wujud dapat diartikan sebagai sebuah konsep yang meniscayakan penyatuan antara hamba dengan Tuhan. Hal ini merupakan gagasan yang sangat "berbahaya", konon merupakan kesesatan paling besar yang pernah dihadapi oleh para ahli fiqh. Akan tetapi, hingga saat ini, belum ada yang mengerti apa sebenarnya Wihdatul Wujud itu sendiri. Para sarjana Islam dan barat sudah mengemukakan berbagai hasil penelitian mengenai hal tersebut, akan tetapi apakah Wihdatul Wujud itu bisa dijustifikasi dengan logika? Sementara penemunya sendiri menemukannya sebagai sebuah pengalaman spiritual? Ini merupakan sebuah kenyataan yang aneh. Buku yang sedang anda baca ini akan mengungkap hakikat Wihdatul Wujud yang sebenarnya. Anda jangan mengira anda sudah cukup memahami Wihdatul Wujud sehingga anda menolaknya; saya akan dengan segera menggengam pikiran anda dan mengajaknya jalan-jalan di sepanjang jalan spiritual untuk menemukan kebenaran sejati. Ini bukan sekedar bacaan saja, anda akan saya ajak mengembara ke alam kesadaran spiritual, untuk menemukan sebuah alasan bagi anda untuk mengakui bahwa Wihdatul Wujud merupakan tujuan anda diciptakan dimuka bumi ini. 

Jejak Wihdatul Wujud: Dari al-Hallaj hingga Syekh Siti Jenar Al-Hallaj 
Nama lengkapnya adalah Abu al-Mughits al-Husain ibn Manshur ibn Muhammad al-Badawi. Beliau lahir di kota Thur, sebelah timur laut Baida, Persia atau sekarang dikenal dengan Iraq. Terlahir pada sekitar tahun 244 H (857 M) dan meninggal pada tahun 309 H (922 M). Seorang guru, sufi, yang sangat mashyur di zamannya, yaitu saat al-Hallaj berumur kurang lebih 20 tahun, adalah syeikh Amral al-Maliki. Dari Syekh ini al-Hallaj mulai mempelajari tasawuf. Beberapa tahun berguru pada syekh al-Maliki, al-Hallaj memilih untuk melanjutkan penuntutannya kepada syekh selanjutnya, yaitu syekh al-Junaid al-Baghdadi. Dari syekh al-Maliki, al-Hallaj mengenal tasawuf dan zuhud dan kemudian melaksanakan kehidupan zuhud yang sesungguhnya, namun pemikiran politik yang berbeda antara al- Hallaj dan syekh al-Maliki membuat mereka harus berpisah. Yang memotivasi al-Hallaj hingga menemui syekh al-Baghdadi di Baghdad adalah rasa kehampaan selama melaksanakan zuhud, al-Hallaj merasakan bahwa ada sesuatu yang belum dia temukan dan wajib untuk dicari. Melalu syekh al-Baghdadi, al-Hallaj menemukan jalan untuk melepaskan dahaga rohaninya, al-Baghdadi menyuruhnya untuk menunaikan ibadah haji. Disaat melaksanakan ibadah haji, al-Hallaj menemukan sebuah ilham, bukan inspirasi, yang membawanya pada kesadaran "penyatuan" antara dia dan Allah. Ilham itu sudah tentunya merupakan privasi yang tak tersentuh oleh orang yang tidak mengalaminya. Intisari dari ilham yang dia temukan itulah yang disebut Wihdatul Wujud, untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, Wihdatul Wujud lahir pertama kali di Tanah Suci, di saat al-Hallaj menunaikan ibadah haji. Sepulang dari ibadah haji, al-Hallaj mengemukakan pengalaman spiritualnya, dalam sebuah konsep yang disebut dengan Hulul. Hulul artinya bahwa Tuhan mengambil tempat dalam diri manusia ketika manusia itu mengalami Fana', sebuah proses peleburan indrawi basyariyah. Tanpa pemahaman apa-apa tentang hal ini, tanpa diskusi, golongan Mu'tazilah dan Syi'ah kemudian menggelar klaim akbar bahwa al-Hallaj telah menyebarkan kesesatan terhadap umat Islam, khususnya tentang ketauhidan. Apa yang disampaikan oleh al-Hallaj merupakan apa yang dia ilhami dari proses tafakkurnya. Dan apa yang ditentang oleh kaum Mu'tazilah dan Syi'ah adalah bahwa tidak benar Tuhan menempati diri manusia; tentu saja, jika manusia masih dengan kesadarannya sebagai manusia, dan terutama karena mereka belum paham apa yang dimaksud oleh al-Hallaj. Lagipula, menurut beberapa literatur, semua ini hanyalah sebuah alasan untuk mengeliminasi al-Hallaj dari konstelasi politik saat itu. Al-Hallaj dicurigai dan dituduh bersekongkol dengan sekelompok orang dalam upaya mengkudeta pemerintah. 
Al-Hallaj merupakan pemerhati moral politik, suatu saat ada sekelompok besar masa yang melakukan demonstrasi menuntut adanya reformasi moral politik, dan masa ini mengaku mendapatkan dukungan dari al-Hallaj, dan hal ini menyebabkan al-Hallaj dipenjara selama kurang lebih sembilan tahun. Al-Hallaj, singkat kata, dipenjara karena alasan politik, merongrong tatanan pemerintah yang memang sudah harus ditata ulang, al-Hallaj dianggap narapidana yang paling berbahaya karena berupaya menggulingkan pemerintahan; anehnya, al-Hallaj sebenarnya menghabiskan waktunya untuk zuhud dan berdakwah, dan tidak ada keuntungan baginya untuk menggulingkan kekuasaan siapapun karena dia tidak tergolong orang yang cinta dunia. Al-Hallaj kemudian dijatuhi hukuman mati, walaupun dari pihak kerajaan sudah meminta ampunan untuk beliau, mengingat jasanya saat mengobati putra mahkota kerajaan. Pada tahun 922 M, al-Hallaj disalib dan dipukuli dengan balok hingga darahnya bercucuran dari kepala. Al-Hallaj dibiarkan separuh mati selama sehari, dan akhirnya al-Hallaj dipenggal. 
Ajaran al-Hallaj dikenal dengan kata al-Hulul. Menurut al-Hallaj, diantara hamba dan Tuhan terdapat garis pemisah yang menegaskan hakikat masing-masing. Garis pemisah itu sangat dekat, yaitu yang menyembah dan yang disembah (al-Abid wal Ma'bud). Pada kondisi dimana ingatan hanya tertuju kepada Allah semata, dan menolak selain Allah, termasuk diri sendiri, maka al-Abid pun lenyap, dan tinggallah al-Ma'bud. Kebaqaan al-Ma'bud merupakan konsekuensi dari fana'nya al-Abid. 
Pada titik inilah garis pemisah dan pembeda hakikat pun hilang, sehingga pada hakikatnya yang menyembah dan yang disembah adalah satu. Hanya saja, orang tidak memahami bahwa yang dimaksud oleh al-Hallaj adalah bahwa al-Abid melebur masuk kedalam al-Ma'bud, dan bukan al-Ma'bud merasuki tubuh al-Abid. Jika kesadaran al-Abid masih dhahir, maka tidak fana'lah dia, dan jika fana' maka al-Ma'bud lah yang dhahir dan al-Abid menjadi batin atau rahasia yang tersembunyi dibalik kebesaran Allah Swt. 

Ibnu Arabi 
Ibnu Arabi merupakan salah seorang sufi termasyhur dizamannya, di Andalusia (Spanyol). Beliau lahir di kota Mursiyah pada tahun 560 H (1165 M) dan meninggal pada tahun 1240 M. Nama aslinya adalah Abu Bakr Muhammad bin Ali, dan panggilan akrabnya adalah Ibnu Arabi. 
Hasil pencarian jati diri dan pengalaman mistiknya menyimpulkan sebuah kesadaran spiritual, yang kelak mendapatkan tantangan keras sebagaimana yang dialami oleh al-Hallaj, yakni tidak ada yang maujud selain Allah. Ibnu Arabi menegaskan bahwa Allah adalah kenyataan dari segala sesuatu. Hal ini kemudian ditafsirkan sebagai kekeliruan mistik, padahal yang dimaksud dengan "Allah adalah kenyataan dari segala sesuatu" adalah bahwa Allah yang menjadikan segala sesuatu itu nyata, sehingga Allah-lah kenyataan mutlak yang harus dipahami. Perumpamaan yang bisa diambil dari Wihdatul Wujud Ibnu Arabi adalah bahwa segala sesuatu ini dapat terindrai karena cahaya dan udara, cahaya membuat segala sesuatu terlihat dan udara membuat segala sesuatu terdengar. Kita akan menolak bahwa cahaya dan udara merupakan kenyataan mutlak, namun kita tidak menolak bahwa keberadaan cahaya dan suara untuk "menyatakan" segala sesuatu adalah mutlak sifatnya. Begitu juga dengan Allah Swt, sudah barang tentu Allah Maha Nyata (Ad-Dhahir), mana kala keberadaanNya membuat nyata segala sesuatu (termasuk diri anda) maka apakah anda keberatan untuk menerima pandangan Ibnu Arabi di atas? 
Titik Wihdatul Wujud Ibnu Arabi terletak pada kemesraan Allah dan segala eksistensi yang ada di dunia ini. Hanya saja saya perlu meluruskan pandangan anda tentang hal ini, bahwa yang dimaksud dengan "tidak ada yang maujud kecuali ujud Allah" adalah bahwa Ujud Allah merupakan kemutlakan yang wajib untuk menyatakan segala yang maujud. Jika Allah tidak ada, maka kita tidak ada. Untuk mengatakan bahwa pepohonan merupakan Ujud Allah itu sangat naif, kesadaran spiritual tidak demikian, tetapi sesungguhnya yang membuat pepohonan itu berwujud adalah adanya eksistensi Allah, sekaligus eksistensi kita yang mengamati dan menyaksikan kenyataan pepohonan tersebut. Ini bukanlah spekulasi filsafati, ini merupakan misal-misal bagi anda yang suka salah paham dan salah tuduh. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini merupakan misal tentang kekuasaan Allah, bagi orang-orang yang berpikir. Tidak benar bahwa Ibnu Arabi menemukan bahwa "wujud selain Allah adalah wujud bayangan", karena sesungguhnya dengan Ujud Allah maka wujud selainnya menjadi berwujud, berkesistensi. Bukankah segala sesuatu berasal dari kehendakNya? Sehingga yang ada itu hanya berasal dari kehendak dan kehendak berasal dari yang Berkehendak. Jika kita hanya wujud bayangan, maka tidak dikenakan hukum apapun, karena bayangan hanya mengikuti gerak Ujud Allah. Tetapi Wujud merupakan kenyataan Ujud. Alam semesta, termasuk manusia, merupakan kenyataan Ujud Allah; dengan kata lain, Wujud selain Allah merupakan bukti nyata Ujud Allah. Ada pergerakan pemahaman Wihdatul Wujud antara al-Hallaj dan Ibnu Arabi, jika al-Hallaj menemukan bahwa Allah mengambil tempat pada diri manusia ketika manusia tersebut fana', maka Ibnu Arabi menemukan bahwa bukan hanya manusia, tetapi alam semesta. Namun Ibnu Arabi menegaskan pada aspek "kenyataan" dan bukan aspek "penempatan" sebagaimana Hululnya al-Hallaj. Al-Hallaj menegaskan kesadaran spiritual internal,yaitu kesadaran seorang hamba dalam keadaan fana bahwa Allah adalah satu-satunya Ujud; sedangkan Ibnu Arabi menegaskan bahwa Ujud Allah merupakan kenyataan mutlak bagi Wujud selain Allah. 

Abu Yazid al-Busthami 
Nama beliau adalah Abu Yazid Taifur ibn Isa al-Bustami. Beliau dilahirkan di Bistam, Persia (Iraq) pada tahun 804 M. Menurut beberapa literatur, Abu Yazid merupakan pencetus pertama konsep fana' dan baqa'. Salah satu teorinya adalah al-Ittihad. Abu Yazid berguru kepada salah seorang Syekh yang bernama Syekh Shaddiq yang mengajarkan beliau prinsip-prinsip dasar tasawuf. 
Dari Syekh Shaddiq, Abu Yazid mempelajari bahwa syariat dan hakikat merupakan pasangan yang tak terpisah antara satu dan yang lain; begitupula sebaliknya, syariat dan hakikat. 
Persoalan fana dan baqa akan saya paparkan pada bagian kemudian secara gamblang. Ittihad, sebagaimana Hulul-nya al-Hallaj, merupakan kesadaran spiritual "bersatunya" hakikat Allah dan hakikat hamba dalam proses fana. Bahkan, penyatuan yang dimaksud bukanlah pernyatuan rohani, apalagi jasmani. Penyatuan yang dimaksud adalah peleburan hakikat hamba kepada hakikat Allah, laksana setetes air laut terjatuh ke dalam samudra; atau dengan kacamata Ibnu Arabi kenyataan hamba yang hanya merupakan titik melebur pada kenyataan Allah yang "menyamudra." Pandangan Abu Yazid ini dianggap menyesatkan, karena meniscayakan adanya penyatuan Allah dan hamba. Ini dianggap sebagai degradasi derajat Allah yang maha Mulia; menganggap Allah sederajat dengan hamba merupakan pelecehan terhadap Allah. Disinilah kesalah tafsiran para ulama pada saat itu (hingga saat ini). Yang dimaksud dengan Hulul dan Ittihad bukanlah menyamakan derajat Allah dan hamba, melainkan justru meniadakan hamba sehingga yang ada hanyalah Allah semata. Diri sendiri merupakan sesuatu yang bisa menghalangi kita sampai kepada Allah, sehingga untuk menyatakan Ujud Allah, maka Wujud diri harus melebur, atau disebut dengan fana. 

Syekh Siti Jenar 
Biografi Syekh Siti Jenar masih merupakan kontroversi hingga saat ini, bahkan ada atau tidaknya beliau masih merupakan misteri. Sebuah literatur menyebutkan bahwa beliau terlahir pada tahun 1426 M di Cirebon dan meninggal pada tahun 1517 M. Bapak beliau bernama Syekh Datuk Shaleh dan beliau masih tergolong keturunan Sayidina Ali bin Abi Thalib KW. 
Syekh Siti Jenar memiliki sejumlah nama (sebutan), beliau hampir memiliki satu nama di setiap tempat di mana beliau menjalankan dakwahnya. Nama yang sangat jelas, selain Siti Jenar, adalah Syekh Abdul Jalil dan Syekh Lemah Abang. 
Syekh Siti Jenar tumbuh remaja di sebuah Padepokan Giri Amparan Jati, milik paman beliau. Padepokan ini berada di atas Gunung Jati. Dapa usia 15 tahun, Syekh Siti Jenar berhasrat untuk "turun gunung" untuk melihat keadaan luar. Disinilah perjalanan spiritual Syekh Siti Jenar dimulai. 
Syekh Siti Jenar berangkat ke Baghdad (Iraq) untuk memperdalam wawasan agama Islamnya. Dia berkenalan dengan seorang sufi masyhur, yang kemudian menjadi gurunya mengenai tasawuf, yakni Syekh Ahmad Tawalud. Syekh Ahmad memiliki puluhan kitab ma'rifat yang merupakan peninggalan Syekh Abdul Mubdi al-Baghdadi. Syekh Siti Jenar diperbolehkan untuk tinggal di rumah Syekh Ahmad, dan dari sekian banyak kitab ma'rifat yang ada di rumah itu, beberapa diantaranya adalah kitab milik al-Hallaj, yang dipelajari secara sangat hati-hati oleh Syekh Siti Jenar. Bukan hanya itu, kitab-kitab Ibnu Arabi dan al-Ghazali juga dipelajari sama hati-hatinya. Syekh Siti Jenar juga melaksanakan perjalanan penuntutan di India, dan kembali ke Cerebon pada tahun 1463 M. Syekh Siti Jenar menjadikan Wihdatul Wujud sebagai pedomannya, namun sama sekali bukan sebuah keputusan yang benar bahwa beliau menistakan syariat. Kembalinya dia ke Cirebon membawa dia kepada suatu posisi dalam konstelasi Wali Songo, beliau menjadi salah satu penyebar agama Islam di Jawa, di Indonesia. 
Sebagai salah satu anggota penyebar Islam, Syekh Siti Jenar dipercayakan untuk mengajarkan Syahadat (Persaksian). Pemikiran Syekh Siti jenar yang didominasi oleh hakikat itu kemudian membawanya kepada sebuah kesadaran musyahadah tertinggi, yang dia sebut Manunggaling Kawula lan Gusti. Beliau kemudian mengajarkan Manunggaling Kawula lan Gusti kepada para santrinya yang menurut Sunan Kalijaga belum cukup pegetahuan Syariatnya. Syekh Siti Jenar juga pernah mempelajari hakikat dari Sunan Giri dan Sunan Bonang, tetapi ini masih misteri. Ada sebuah mitos menarik, yakni Syekh Siti Jenar "mencuri" ilmu Sunan Giri dengan berubah wujud menjadi cacing tanah. Para pencerita mitos ini mengatakan bahwa Syekh Siti Jenar menguasai ilmu kanuragan, termasuk ilmu merubah wujud. Tetapi bagi saya tidak demikian, Syekh Siti Jenar tidak mempelajari kanuragan, karena kanuragan itu hanya dipelajari oleh orang Buddha pada saat itu, sedangkan Syekh Siti Jenar lahir dalam keluarga Islam yang fanatik. Lagi pula, Syekh Siti Jenar memiliki guru para sufi tersohor di Iraq dan India, dan mempelajari kitab langsung dari para sufi-sufi salafusshalih. Manunggaling kawula lan gusti merupakan "penjawaan" Hulul dan Ittihad. Istilahnya diubah ke dalam bahasa Jawa agar mudah dipahami oleh masyarakat. Bisa dikatakan bahwa Wihdatul Wujud telah mendarah daging pada Syekh Siti Jenar, dan itulah kebenaran yang beliau temukan. 
Syekh Siti Jenar mengajarkan kepada para santrinya bagaimana cara untuk bersaksi, yaitu harus menyaksikan agar tidak terjadi persaksian palsu. Ini yang tidak diajarkan oleh para wali yang lain paa saat itu; dan tugas ini bukanlah tugas yang mudah. Syekh Siti Jenar menjelaskan bahwa kenyataan manusia itu mesra dengan kenyataan Allah, sehingga Allah senantiasa mengawasi dan senantiasa dekat, bahkan lebih dekat dengan urat nadi; demikian Syekh Siti Jenar mengutip ayat al-Qur'an. Akan tetapi Syekh Siti Jenar tidak serta merta memberikan penjelasan bagaimana mengalami hal tersebut, karena Syekh Siti Jenar tahu betul bahwa santrinya masih pemula. Ajaran Syekh Siti Jenar memang sangat kental dengan hakikat dan tasawuf yang pada saat itu bisa dibilang baru, karena para wali, meskipun menguasai hal yang sama, tetapi sama sekali tidak mengajarkan hal tersebut. Ini bisa dimaklumi, karena tugas yang diemban berbeda-beda. Apa yang harus diajarkan lagi jika tugas yang diemban adalah mengajarkan Syahadat? Sebuah Hadits menyebutkan bahwa "Awal dari Agama adalah mengenal Allah." Dan ini merupakan titik tolak Syekh Siti Jenar, bahwa jika mereka tidak ma'rifat maka mereka sebenarnya tidak menyembah Allah, melainkan menyembah budi semata. Menyadari hal ini, Syekh Siti Jenar kemudian mengajarkan kepada para santrinya tentang hakikat ketuhanan, baik dari sumber-sumber yang dipelajarinya, maupun dari hasil perjalanan spiritualnya. Ini diklaim oleh para wali dan pemerintah setempat sebagai upaya penyesatan, namun sekali lagi, ini tidak benar. Sunan Kalijaga sendiri memahami apa yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar, hanya saja Sunan Kalijaga keberatan jika manunggaling Kawula lan Gusti diwejang kepada para santri yang masuh "bodoh" itu. Syekh Siti Jenar menolak apa yang disebut-sebut oleh para wali sebagai "sesat" itu. Karena dia tahu benar bahwa apa yang dia ajarkan itu penting, demi benarnya arah peribadatan para santri. Lucunya, apa yang dialami oleh al-Hallaj kembali terulang, dengan alasan politik, Syekh Siti Jenar akhirnya dihukum penggal. Misteri kematiannya juga sampai saat ini belum terungkap dengan jelas. 
Para pejabat kerajaan Demak Bintoro menjadi gelisah, mereka khawatir jika ajaran Syekh Siti Jenar ini menimbulkan pemberontakan terhadap pemerintah. Salah satu murid Syekh Siti jenar adalah Ki Ageng Pengging yang merupakan anak istana Majapahit yang pada saat itu berstatus sederajat dengan Raden Patah. Pemerintah khawatir jika terjadi bentrokan antara aden Patah dan Ki Ageng Pengging. Raden Patah pernah memanggil Ki Ageng Pengging untuk menghadap demi klarifikasi ajaran Manunggaling Kawula lan Gusti, namun Ki Ageng Pengging menolaknya, karenanya raden Patah dan para Wali menyepakati untuk menyeret Syekh Siti Jenar di Sidang perwalian. Mereka mengutus Syekh Domba dan pangeran Bayat, tetapi setelah melewati debat yang ketat dengan Syekh Siti Jenar, Syekh Domba malah menjadi murid Syekh Siti Jenar. Akhirnya, para Wali sendiri datangi Syekh Siti Jenar dan menghukumi Syekh Siti Jenar, dengan alasan tidak mematuhi sultan demak pada saat itu. Belum lagi mereka mengeksekusi Syekh Siti Jenar, beliau telah melepas diri dengan "jalan kematian" beliau sendiri, dan kemudian diikuti oleh beberapa santri yang telah menguasai ilmu tersebut. 

Demikianlah perjalanan Wihdatul Wujud sejak al-Hallaj hingga Syekh Siti Jenar, yang sampai saat ini mendapatkan tudingan sesat, kafir, zindiq, murtad, dan sebagainya. Melalui risalah "Aku dan Wihdatul Wujud" ini, anda akan menemukan jalan yang telah ditemukan oleh al-Hallaj, Ibnu Arabi, Abu Yazid al-Butshami, Syekh Siti Jenar, dan saya sendiri. 

Upaya yang saya lakukan ini bukan semata-mata untuk menantang balik tudingan-tudingan tesebut, tetapi juga untuk memurnikan Wihdatul Wujud, dan mengenang para Sufi termasyhur sepanjang sejarah, yang dituding-tuding seperti dan dilaknat seperti Fir'aun. Saya masih tidak mengerti, mengapa para ulama di dunia ini hampir tidak bisa membedakan Fir'aun dengan para Sufi.

Manusia Sebagai Tamu


Manusia Sebagai Tamu

Manusia hidup didunia ini hanyalah sebagai tamu. Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berarti; "Adalah kamu semuanya manusia dudunia ini hanyalah tamu" 
Jadi semua manusia didunia ini adalah sebagai tamu dan dunia ini hanyalah tempat pertamuan. Hakikat manusia asalnya bukan didunia, yang asli dari dunia hanyalah jasmani manusia, sedangkan rohani asalnya bukan dari dunia. Jadi yang dimaksud dengan "manusia sebagai tetanu" adalah ruhaninya bukan jasmaninya. 
Dan bila status manusia (ruhaninya) itu hanya sebagai tamu, maka tentunya waktu berada didunia tidaklah lama, harus segera kembali ketempat asalnya. Karenanya disetiap hari ada jutaan yang lahir kedunia (ada yang bertamu) dan ada yang mati (pulang keasal Nya) terus menerus tidak pernah putus. Oleh karena itu sebagai tamu didunia ini, maka Nabi Muhammad diserukan untuk "Mengambil masjid sebagai tempat tinggal" sebagaimana lanjutan dari hadits diatas yang berarti "Maka ambillah masjid-masjid sebagai tempat tinggal" Jika kita diperintahkan oleh nabi untuk menjadikan masjid sebagai tampat tinggal atau rumah. 
Apakah maksudnya hadits ini? 
Apakah kita harus menjadikan masjid sebagai tempat memasak dan sebagainya ?, Jika dipahami secara tekstual memang demikian dan perintah tersebut pasti membawa masalah, mengundang pertengkaran, oleh sebab itu untuk memahami hadits ini, tidaklah dapat secara lahiriah saja. Adapun maksud dari hadits tersebut adalah "Agar ruhani manusia itu membuat jasmaninya sebagai tempat tinggal, sebagai tempat mengabdikan kepada Allah (masjid)" 

Rasulullah bersabda yang artinya "Bumi itu semuanya adalah masjid (untuk umatku)" 
Jadi menurut rasulullah bumi ini semuanya adalah masjid (tempat menyatakan sujud, tempat mengabdi kepada Allah) Jasmani manusia adalah dari bumi, jika dikatakan bumi itu masjid, maka otomatis jasmani kita adalah masjid. Jadi masjid-masjid jasmani ini siapa yang menempatinya? Maka perintah "jadikan masjid sebagai rumah (tempat tinggal)" berarti yang dimaksudkan adalah membuat jasmani kita ini sebagai tempat tinggal, sebagai kandang, sebagai tempat untuk menyatakan sujud kepada Allah, tempat pengabdian roh atau tempat pengabdian tamu dari alam kesunyian.

Membuang Sifat Ego (Ke-Aku-an)


Membuang Sifat Ego (Ke-Aku-an)

Iblis itu adalah kita, kita yang bersifat keberadaan diri atau keberadaan sifat keakuan, sementara mereka yang bersifat ikhlas itu, adalah mereka yang bersifat ketiadaan diri (tidak ada diri). Bila mana sudah tidak ada sifat keberadaan diri, maka tidak ada lagi sifat keakuan. 
Bilamana sifat keakuan atau sifat keberadaan diri itu sudah tidak ada, mana lagi adanya iblis, mana lagi adanya setan! Bilamana keberadaan diri telah tiada dari mana lagi datangnya godaan iblis atau setan pada diri. Yang dikatakan iblis itu, adalah ketika adanya sifat aku atau yang masih adanya sifat keakuan (masih ada diri). Bagi mereka yang tidak sifat keakuan dan tidak ada sifat diri, mana lagi ada iblis dan mana lagi ada sifat goda menggoda! Diri yang sudah hilang, sudah mati, dan diri yang sudah binasa, apa lagi yang bisa iblis goda! Setelah semuanya telah dikembalikan kepada Allah, tidak ada apa-apa lagi yang tinggal, tersisa atau terbagi, apa lagi yang akan setan atau iblis goda ? Apakah bodoh sangat iblis itu, hendak menggoda orang yang sudah mati. Iblis tidak sebodoh itu !. Sebenarnya iblis atau setan itu, adalah dirimu sendiri! Iblis itu, adalah diri kita yang masih ada sifat diri dan yang masih ada sifat keakuan. Setelah tidak ada sifat keakuan, maka tidaklah adanya sifat iblis dan setan! Maka akan menyusullah sifat ingat kepada Allah. Bilamana sifat ingat kepada Allah telah mengambil tempat yang fana ' "baqo", lebur dan binasalah sifat diri, dengan setan-setan dan dengan iblis-iblis itu sekali akan binasa! Bilamana sifat ingat kepada Allah telah meleburkan sifat iblis, maka itulah yang dikatakan tingkat "IKHLAS" mana mungkin orang yang ikhlas bisa digoda setan. Orang ikhlas itu adalah orang yang dirinya sudah mati, binasa dan hilang. Bilama diri sudah mati, hilang ghaib didalam wajah Allah, apa lagi yang bisa iblis goda!. Bila kita sudah berada didalam wilayah ikhlas (alam mengenal diri) tidak bisa lagi ada didalam diri kita sifat sombong, takabur, sombong atau congkak, semuanya Allah.

MENGEMBALIKAN HARTA ALLAH ... 
Hidup kita ini hanya menumpang harta Allah, dengan itu kembalikanlah harta itu kepada Allah. Kita ini tidak ubah seumpama lembaga / patung, jika tidak didukungi, ditunjang, dipayungi dan tidak didirikan oleh nyawa / roh, siapalah kita? Untuk melihat roh yang bersemanyam didalam tubuh kita, kita harus membinasa, melebur, melenyap dan mengembalikan terlebih dahulu sifat diri yang zahir ini kepada Allah, barulah disitu akan terlihat dan akan terpandang siapa yang menempati tubuh/jasad yaitu Roh. Bagi yang tidak nampak diri rohani yang tersembunyi dibalik jasad, maka akan jadilah sebagaimana yang terjadi kepada iblis.Iblis ketika disuruh sujud kepada Adam, Ia tidak nampak bahwa berdirinya Adam itu, adalah diatas dasar berdirinya roh. Yang memperkuat konstruksi jasad anggota Adam itu, adalah roh. Diketika itu iblis tidak dapat membaca hikmah atau rahasia Allah dibalik kejadian Adam. Itu sebabnya iblis ingkar.Yang menyebabkan iblis itu dimurkai dan disingkirkan Allah dari surganya, adalah diatas dasar sifat lupa iblis kepada roh Adam. Bahwasanya yang mendiri dan yang menguatkan diri zahir Adam itu, sebenarnya adalah roh, yang disebalik jasad Adam 

KUNCI PEMBUKA HIJAB 
Kunci Pembuka Hijab Ingat Kepada Allah kunci keramat untuk membuka hijab kepada Allah adalah dengan "Tidak ingat kepada selain Allah" kunci, tips, cara, metode atau jalan yang dapat membuka hijab zulmat hati menuju cahaya ingat kepada Allah itu, adalah dengan cara lupa kepada makhluk! Cara untuk lupa kepada sifat makhluk itu, adalah dengan mengembalikan semua yang bersifat kepada Allah! Inilah juga kunci pembersih hati dari bersifat kotor. Dengan cara berserah diri, diri akan menjadi bersih, setelah diri menjadi bersih ingat kepada Allah akan datang sendiri! 

Melempar INGATAN kepada MAKHLUK - INGAT ALLAH semata-mata 
Ingat kepada Allah itu, setelah ingatan kita tidak lagi terhenti atas sifat makhlok. Selagi ingat makhlok, ingat dunia dan ingat alam benda, selagi itulah Allah tidak akan dapat kira ingat. Setelah putusnya ingatan kita terhadap makhluk / diri, disitulah baru wajah Allah dapat kita lihat, audio, lihat dan dapat kita dengar dengan jelas terang lagi nyata. Ingat atau dzikir kepada Allah itu, harus sebagaimana berzikirnya makhluk-makhluk lain. Ingat / dzikir kepada Allah bukan saja makhluk manusia! Malahan semua makhluk berdzikir dan bertasbih kepada Allah. Tandanya makhluk lain dialam ini berdzikir kepada Allah, adalah melalui sifat patuh, sifat tunduk dan sifat taatnya kepada perintah dan ketetapan yang telah Allah tetapkan. Tanda ingat dan tanda berdzikirnya makhluk alam kepada Allah itu, adalah seumpama tidak ada hujan yang terbit dari bumi kelangit. Tak ada bulan, bintang yang lari atau targelincir dari sumbu putaran galaksinya. Sifat patuh, taat, tunduk dan tunduk itulah, tanda berdzikir dan ingatnya makhluk alam kepada Allah. Tanda ingatnya kita kepada Allah itu, harus juga sebagaimana ingatnya makhluk lain, yaitu dengan percaya, yakin, taat dan patuh kepada ketetapan Allah! Berzikirnya makhluk alam kepada Allah itu, bukan dengan cara sebagaimana sebutan manusia. Berzikirnya makhluk alam itu, adalah dengan menggunakan cara atau metodenya sendiri, yaitu dengan cara pasrah, berserah dan terserah kepada Allah, atas segala ketetapan dari Allah. Itulah cara atau metodenya berdzikir, ingat dan bertasbihnya makhluk alam kepada Allah Ta'ala. Seandainya kita sebagai makhluk manusia, bisa berdzikir dan bertasbih sebagaimana dzikir dan tasbihnya alam semesta kepada Allah, alangkah tinggi dan mulianya posisi dzikir kita disisi Allah. Sayangnya kebanyakan dari kita ingatkan /dzikir Allah itu, hanya sejauh lafadzan bibir yang selalu berdusta dan default. Praktek dzikir / ingat kepada Allah itu, adalah praktek yang teramat mudah dan teramat senang untuk diamalkan, tidak seperti payahnya mengamalkan amalan-amalan lain. Sayangnya dikarenakan terlalu mudah dan terlampau senangnya metode ingat kepada Allah itu membuat kebanyakan dari kita lupa untuk mengamalkannya. INILAH YANG DIKATAKAN HIJAB 

CARA berserah diri ... 
1. Sadar akan keberadaan wujud diri lahir dan batin kita. 
2. Tanya dan soal kepada kesadaran itu ada siapakah itu? 
3. Tentukan jawabannya ada Allah. 
4. Tanda dan bukti penyerahan diterima, sudah tidak ada lagi ada selain dari Allah yang dipandang, dirasa,         dinikmati. 
5. Sehingga yang memandang, yang merasa yang menikmati wujud itu Allah sendiri .. 

Bagi mereka-mereka yang mengenal, ingat kepada Allah itu sudah cukup tercantum, cukup lengkap, cukup terkumpul, cukup terungkap dan cukup terucap dengan hanya melihat alam. Dengan hanya melihat dan memandang ke kejadian alam sekitar dan dengan hanya melihat kepada kejadian alam dirinya sendiri, itu sudah lebih dari ingat dan sudah lebih dari berzikir, sungguhpun ucapan zikirnya tidak terlafaz melalui bibir mulut. Dengan hanya melihat alam baginya sudah lebih dari cukup untuk dijadikan tujuan bagi ingat kepada Allah. Wajah Allah itu sudah cukup termaktub dan sudah cukup meliputi pada wajah sekalian alam semesta. Itulah tanda terbuka hijab! Dengan hanya melihat dalil atau dengan hanya melihat bayang (wajah kita), kita sudah dapat mengenal dan dapat mengingat tuan yang empunya bayang (tuan yang empunya wajah). Tuan yang empunya bayang itu tidak perlu mengungkapkan dirinya sebagaimana rupa bentuk wajahnya yang asli, cukup dengan hanya memperlihat dan mengungkapkan dirinya melalui bayang wajahnya saja, sudah memadai dan sudah lebih dari cukup, bagi mereka-mereka yang mengenal Allah Biarpun melalui bayang wajahnya, kita akan tetap dapat mengenal Allah dengan sejelas-jelas dan senyata-nyatanya, Wajah Allah yang hakiki itu, terzahir beserta dengan wajah makhlok! Bagi yang nampak makhlok, maka nampaklah Allah! Wajah Allah itu dimana-mana. Sebagaimana firman "Barang kemana engkau menghadap, disitulah wajah Aku" Bayang dengan empunya bayang itu sebenarnya satu (sama). Seumpama hal nafi dengan hal isbat. Sungguhpun nafi itu bukan isbat dan tiada lain darinya! Hal nafi dengan isbat itu, tidak bisa bersatu dan juga tidak bisa berpisah. Barang siapa memisahkan antara nafi dan isbat, itulah sejahil-jahil umat Muhammad. Seumpama samanya antara bulat air dengan bulatnya pembentong. Cobalah tuan bidik diri tuan sendiri dihadapan cermin besar. Apakah sama tuan yang menilik dengan tuan yang ditilik !. Pernahkah wajah tuan itu, berbeda dari yang tergambar didalam cermin? atau bayangan paras tuan yang didalam cermin itu berbeda dari wajah tuan yang asli? Jika jawabannya mendukung tidak, yakinlah dan percayalah, bahwa Allah itu sama dengan wajah Nya. Sementara wajah Allah itu, itulah makhluk Nya! Ya dengan syarat kita dan selain dari Allah sudah binasa, tidak ada, lenyap (fanafillah diganti dengan baqo'billah) Jika masih merasa ada kita dan selain dari Allah itu baru berada pada tingkat ilmu ... Jika kita berhenti pada melihat makhlok, pandangan ke Allah akan terlepas. Sementara jika kita berhenti pada melihat Allah, akan dibatalkan, dihapus dan terbinasalah pula pandangan terhadap makhlok. Pilihlah mana satu pandangan yang menjadi pilihan kita.

Falsafah Hidup Orang Jawa (Ajaran Budhi Pekerti Luhur)


Falsafah Hidup Orang Jawa (Ajaran Budhi Pekerti Luhur)

1. Rame ing gawe,sepi ing pamrih, memayu hayuning bawono
    (giat bekerja,membantu dengan tanpa pamrih,memelihara alam semesta/ mengendalikan hawa nafsu) 
2. Manungso sadermo nglakoni kadyo wayang umpamane (manusia sekedar menjalani apa adanya                   seumpama wayang) 
3. Ati suci marganing rahayu. (hati yang suci menjadi jalan keselamatan jiwa dan raga) 
4. Ngelmu kang nyata,karya reseping ati. (ilmu yang sejati,membuat tenteram di hati) 
5. Ngudi laku utomo kanti sentoso ing budi. (menghayati perilaku mulia,dengan berbudi pekerti luhur) 
6. Jer basuki mawa bea. (setiap usaha memerlukan biaya) 
7. Olo lan becik dumunung ono awak'e dhewe (kejahatan dan kebaikan terletak dalam dhiri pribadi) 
8. Sing sopo lali marang kabecik'ane liyan iku koyo kewan. (siapa yang lupa akan amal baik/pertolongan           orang lain itu laksana binatang) 
9. Titikane aluhur,alusing solah tingkah bahasane lan legawaning ati,darbe sifat berbudi bawalaksana. (ciri           orang mulia yakni,perbuatan dan sikap batinnya halus,mempunyai sikap wibawa serta luhur budi
    pekertinya) 
10. Ngunduh wohing pakarti. (orang dapat menerima akibat dari ulahnya sendiri/karma) 
11. Ajining dhiri soko lathi lan budi (berharganya dhiri pribadi seseorang,tergantung ucapan dan budhi 
      pekertinya/akhlaknya) 
12. Sing sopo biso weruh sakdurunge winarah lan di akoni sepodho - podhoning tumitah iku kalebu 
      utusaning pangeran. (siapa yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi dan di akui sesama 
      manusia,maka dia termasuk utusan tuhan) 
13. Sing sopo durung wikan anane jaman kalanggengan iku,ojo nganti ngaku janmo linuwih. (siapa yang 
      belum paham akan jaman ke abadian jangan pernah mengaku sebagai orang linuwih/orang yang di                 anugerahi kelebihan) 
14. Tentrem iku sarananing urip ono ndonyo. (ketenteraman adalah sarana menjalani kehidupandi dunia) 
15. Yitna yuwana,lena kena. (eling waspada akan selamat,yang lengah dan lalai akan celaka) 
16. Becik ketitik,olo ketoro. (yang baik maupun yang jahat pasti akan terungkap juga) 
17. Dalane waskita saka niteni. (cara agar menjadi awas adalah dengan jalan cermat dan teliti) 
18. Janmo tan keno kiniro koyo ngopo. (manusia sulit di tebak seperti apa dan bagaimana) 
19. Tumrap wong lumuh lan keset iku prasasat wiso. 
      (bagi manusia,fakir dan malas bisa menjadi racun) 
20. Pangan kang ora biso ajur iku keno di araniwisa,jalaran mung bakal nuwuhake leloro. (makanan yang 
      tak dapat hancur juga dapat dikatakan sebagai bisa/racun karena hanya akan menimbulkan penyakit) 
21. Klabang iku wisane ono ing sirah,kalajengking iku wisane ono ing buntut.nanging durjono wisane ono ing       akujuring badan. (kelabang/lipan itu bisa/racunnya ada di kepala,sedangkan kalajengkig itu bisanya ada 
      di ujung ekor,sedangkan orang yang durjana bisa racunya ada di sekujur badan) 
22. Tumrape wong linuwih tansah ngudi keslametaning liyan,metu soko atine dhewe. (bagi orang linuwih 
      selalu berusaha menjaga keselamatan untuk sesama,yang keluar dari niat suci) 
23. Pangucap iku biso dadi jalaran kabecik'an,pangucap iku ugo biso dadi dalaning pati, kasengsaran,                 pamitran. (ucapan bisa menjadi sarana kebaikan,tetapi sebaliknya juga bisa menjadi sebab kematian dan       kesengsaraan) 
24. Sing biso gawe mendem iku : rupo endah,bondho,darah luhur,lan enom umure. (penyebab orang menjadi       lupa dhiri adalah : gemerlap hidup,harta,kehormatan dan darah muda) 
25. Mulat saliro tansah eling lan waspodo. (jadi orang itu harus senantiasa mawas dhiri,eling lan waspada) 
26. Sakbegja begjane kang lali iku luwih bejo kang eling klawan waspadha. (seberuntung beruntungnya               orang yang lupa dhiri,itu masih beruntung orang yang senantiasa eling lan waspada) 
27. Yen siro di becik'i liyan iku tulisen ing watu,supoyo ora ilang lan tansah kelingan. yen siro gawe 
      kabecik'an marang liyan iku tulisen ing lemah supoyo enggal ilang lan ora kelingan. (jika kamu menerima 
      kebaikan dari orang lain tulislah di batu,supaya tidak pernah hilang dari ingatan. jika kamu berbuat baik 
      kepada oang lain tulislah di tanah supaya lekas ilang dari ingatan) 
28. Orang linuwih iku biso nyumurupijaman kalanggengan tanpa ngalami pralaya dhisik. (manusia linuwih 
      dapat mengetahui adanya jaman keabadian tanpa harus mengalami matiterlebih dahulu) 
29. Sopo kang mung gelem ngakoni barang kang kasat mata wae,iku durung weruh jatining pangeran. (siapa 
      yang hanya mau mengakui hal - hal yang kasat mata saja,berarti orang itu belum mengetahui setinya 
     TUHAN) 
30. Yen siro kasinungan ngelmu kang marak'ake akeh wong rumongso seneng,ojo siro malah rumongso
      pinter. menowo gusti mundhut bali ilmu kang marak'ake siro kaloko iku,siro ugo bakal koyo wong 
      sejene. (jika kamu mendapatkan suatu ilmu yang membuat orang lain merasa senng,janganlah kamu 
      malah merasa pintar.jika tuhan mengambil kembali ilmu yang membuat anda terkenal itu anda akan 
      menjadi seperti orang lain pada umumnya) 
31. Sing sopo gelem gawe senenge liyan iku bakal oleh piwales kang luwih gedhe tinimbang opo kang di 
      tindhak'ake. (barang siapa yang gemar membuat orang lain bahagia ,maka dia akan mendapat balasan 
      yang lebih besar dari apa yang telah ia kerjakan) 
32. Sabar iku ingaran mustikaning laku. (Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratkan 
      sebuah hal yg sangat indah dalam sebuah kehidupan) 
33. Sabar iku lire momot kuwat nandhang sakehing coba lan pandhadharaning ngaurip. (Sabar itu 
      merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup, yg tentunya nanti             bisa untuk mendewasakan diri kita masing-masing) 
4.  Jumbuh karo unine bebasan, sabar iku kuncining swarga, ateges marganing kamulyan (Sama seperti              bunyi sebuah peribahasa, berlaku sabar itu adalah “jalan utama” untuk mendapatkan “surga”. Yang 
     dimaksud disini adalah ketentraman dan kedamaian dalam menjalani kehidupan) 
35. Nanging ora ateges gampang pepes kentekan pengarep-arep (Akan tetapi bukan berarti lalu kita 
      gampang kehilangan pengharapan) Suwalike malah kebak pengarep-arep lan kuwawa nampani apa bae       kang gumelar ing salumahe jagad iki (Justru sebaliknya kita harus menjalaninya dengan penuh 
      pengharapan     dan seolah-olah mampu untuk mendapatakan apa saja yang ada di dunia ini. Tentunya          dengan disertai rasa mawas diri dan kepasrahan)

Mengenal Allah


Mengenal Allah

Pengenalan Tashawuf merupakan jalan untuk mencapai “Ma’rifatullah” (mengenal Allah) dengan sebenar-benarnya melalui tersingkapnya dinding (hijab) yang membatasi diri dengan Allah. Bagi para shufi dalam mendekatkan diri kepada Allah harus selalu dilandasi semangat ibadah dengan tujuan untuk mencapai martabat dan derajat kesempurnaan atau lebih dikenal dengan istilah “Insan Kamil”. Pada mulanya, para shufi mengajar terbatas hanya kepada beberapa orang murid saja tentang ajaran pokok tashauf yang akhirnya lambat laun menyebar luas dan menjadi suatu ikatan kerukunan serta kekeluargaan. Mereka yang menrima ajaran dari guru shufi yang sealiran akhirnya membentuk suatu faham atau aliran tertentu sesuai dengan aliran dan corak tashawuf masing-masing. Methode dan aliran yang berbeda itulah yang akhirnya membentuk suatu kelompok yang disebut “Thoriqot”. Thoriqat berasal dari kata “Thoriq” yang berarti anak jalan, sedangkan jalan utama disebut dengan “Syar” yang merupakan asal kata syari’at, yang berarti bahwasanya thoriqat adalah jalan yang ditempuh para shufi yang digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syari’at. Kata turunan ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para shufi, pendidikan tashawuf merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum ilahi, yaitu sebagai tempat berpijak bagi setiap muslim. Tidak mungkin adanya anak jalan tanpa adanya jalan utama sebagai tempat ia berpangkal, ini berarti bahwasanya pengalaman tashawuf tidak mungkin didapat bila perintah syari’at yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu dengan seksama. Akan tetapi thoriq atau anak jalan itu lebih sempit dan akan lebih sulit ditempuh (dijalani) serta akan membawa murid- disebut “Salik” atau pengembara untuk melalui berbagai persinggahan (maqom) yang mungkin cepat atau lambat akhirnya ia akan mencapai tujuannya, yaitu tauhid sempurna ; atau pengakuan berdasarkan pengalaman yang nyata bahwa Tuhan adalah Satu (Esa). Pada dasarnya, istilah thoriqot sering digunakan untuk dua hal yang secara konseptual berbeda. Menurut maknanya yang asli (secara harfiah berarti “Jalan”) merupakan paduan yang khas dari doktrin, methode dan ritual. Tetapi istilah inipun sering dipakai untuk mengacu kepada pengertian sebuah organisasi (formal ataupun informal) yang menunjukkan pengikut-pengikut “Jalan” atau “aliran tertentu”. Di Timur-Tengah, istilah tho’ifah (keluarga atau persaudaraan) terkadang lebih disukai untuk merujuk kepada istilah organisasi, sehingga lebih mudah untuk membedakan antara yang satu dengan yang lain. Namun di Indonesia kata Thoriqot dapat menunjuk kepada keduanya. Kendati demikian, penting untuk diingat bahwa dua hal itu sebenarnya tidak sama. Karena para shufi mengakui bahwa dasar-dasar pemikiran dan amalan sebuah thoriqot berasal dari Nabi secara langsung, maka para pengikut sebuah thoriqot memandang penting sekali urutan nama-nama para Guru (Mursyid) yang telah mengajarkan dasar-dasar thoriqot tersebut secara turun-temurun. Garis keguruan itu biasanya disebut dengan “Silsilah” Setiap guru dalam sebuah thoriqot dengan hati menjaga silsilah yang menunjukkan ke cabang mana ia termasuk dan bagaimana hubungannya dengan guru-guru thoriqot yang lainnya. Idealnya, setiap guru yang tercantum dalam suatu silsilah harus merupakan murid langsung dari guru yang sebelumnya, namun kenyataannya tidak selalu demikian. Terkadang dua orang yang berurutan dalam suatu silsilah dapat saja tidak pernah berjumpa secara langsung karena yang pertama wafat sebelum yang kedua lahir atau mereka tinggal di negeri yang berbeda dan berjauhan sekali sehingga mustahil saat itu dapat berjumpa secara langsung. Sebagian besar kaum shufi menerima hal tersebut di atas, dimana bahwasanya seorang wali menerima pelajaran dari guru yang mendahuluinya (wafat) bukan lewat komunikasi langsung, tetapi lewat komunikasi spiritual, yaitu melalui pertemuan lewat wujud ruhaninya. Dalam silsilah, hubungan yang demikian itu sering disebut dengan istilah barzakhy atau uwaisy. Disebut barzakhy karena pembaiatan seorang guru shufi (thoriqot) berasal dari Alam Barzakh, yaitu alam antara sebagai tempat bersemayamnya ruh (alam arwah) bagi orang yang telah meninggal sebelum datangnya hari kebangkitan. Sedangkan disebut dengan uwaisy karena berasal dari nama Uwais Bin Qorni, seorang Yaman yang sezaman dengan Nabi namun tidak pernah bertemu dengan beliau selama masih hidup. Uwais bin Qorni dipercaya telah diislamkan oleh ruh Rasullullah setelah beliau wafat. Uwais bin Qorni wafat pada tahun 39 H. setelah pulang dari pembebasan (penaklukan) kerajaan Romawi bersama tentara Islam. Dari sekitar empat puluh satu aliran thoriqot yang “Mu’tabaroh” (terhormat; yang diakui jumhur ulama), maka salah satu yang terbesar di dunia adalah thoriqot Al-Naqsyabandy yang namanya diambil dari sang pendiri, yaitu Syekh Baha’uddin Al-Naqsyabandy. “Al-Naqsyabandy adalah pemimpin-pemimpin kafilah yang membawa kafilahnya dari jalan-jalan tersembunyi (rahasia) menuju ketempat suci.” Demikian pedapat Jami’, seorang tokoh Al-Naqsyabandi periode kedua. Al- Naqsyabandi berbeda dalam banyak segi dari kebanyakan thoriqot shufi sealiran di negara-negara Islam bagian tengah. Telah dijelaskan bahwasanya Al-Naqsyabandy memulai perjalanan ruhani mereka justru pada saat thoriqot-thoriqot lain mengakhiri perjalanannya. ” Masuknya bagian akhir ke dalam bagian awal, “ merupakan bagian penting ajaran mereka, karena pemikiran ini berasal dari masa pendidikan shufi awal. Adapun mengenai silsilah, maka pada thoriqot ini (Naqsyabandy) tercantum secara lengkap silsilah para guru sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Yang merupakan syarat bagi suatu thoriqot yang mu’tabaroh. Dalam tulisan ini akan dijelaskan secara ringkas masing-masing riwayat para Guru Al-Naqsyabandy dari Nabi Muhammad SAW. Sampai kepada Bapak Guru Syekh Abdusshomad Habibullah, pengemban Thoriqot “Haq Naqsyabandy”. Perlu dijelaskan bahwa penambahan kata “Haq” dimaksudkan untuk menjelaskan jati dirinya sebagai sebuah thoriqot Al-Naqsyabandy sejati yang puritan (murni), artinya selalu berpegang teguh kepada syari’at yang bersumber dari al-Qur’an dan al- Hadits. Hal ini juga tentunya untuk membedakan diri dengan banyak thoriqot yang mengaku Al-Naqsyabandy namun dalam prakteknya jauh menyimpang dari garis-garis yang telah ditetapkan oleh syari’at Islam. Dalam pembahasan sejarah ringkas para guru dalam silsilah thoriqot Haq Naqsyabandy ini, akan diuraikan secara hirarkis mulai dari urutan pertama dalam silsilah ini kemudian kepada generasi guru-guru berikutnya. Dimana hubungan yang pertama dengan yang kedua dan seterusnya adalah hubungan antara guru dan murid, baik hubungan keguruan secara langsung maupun secara tidak langsung (barzakhi) Adapun pembahasannya akan dibatasi hanya pada hal-hal yang berhubungan langsung dengan kegiatan tashawuf dan peranannya dalam pengembangan ajaran tersebut. 1. Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdil Manaf bin Qusay bin Kilab, dan Ibunya adalah Aminah binti Wahab bin Abdil Manaf bin Zahroh bin Kilab. Dengan demikian, maka nasab ayah dan ibunya bertemu pada kakeknya yang kelima, yaitu Kilab. Suku beliau disebut suku Qurays, yaitu suku yang paling terhormat di Makkah Al- Mukarramah. Beliau adalah Utusan Allah untuk seru sekalian alam yang datang dengan membawa agama Islam yang nasabnya bersambung sampai kepada Nabi Isma’il bin Ibrohim Kholilullah AS. Nabi Muhammad adalah sumber mata rantai pertama dalam rangakaian rohani tashawuf dan mi’rajnya lewat brlapis-lapis langit kehadapan ilahi yang ditunjukkan oleh baris pertama surat Al-Isro’ ayat 1 yang berbunyi : Artinya : “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya[847] Agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Penjelasan ayat di atas merupakan sebuah prototip (contoh hakiki) kenaikan rohani para shufi kehadapan Allah SWT. Sedangkan dalam Al-Qur’an Surat Al-A’rof ayat 157 yang berbunyi : Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummy yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada sisi mereka,” Dengan demikian, dari ayat di atas beliau juga digambarkan sebagai Nabi yang “Ummy” atau “Buta Huruf” merupakan suatu sifat yang sangat pokok bagi pemahaman agama Islam, artinya Allah menyatakan diri lewat Al-Qur’an dan Nabi harus menjadi wahana yang tidak dikotori oleh pengetahuan “intelektual” kata dan tulisan agar ia dapat menyebarluaskan firman-Nya dengan semurni-murninya. Menurut sebuah riwayat, anggota-anggota keluarga dan sahabatnya diberkati langsung pandangan keshufian atau mendapatkan latihan kehufian. Hadist-hadist yang bersumber dari beliau membantu para shufi sesudahnya dalam”mengembangkan” batasan-batasan mereka sendiri tentang berbagai tahapan (maqom) dan keadaan (hal). Sehingga setiap kecendrungan dalam Islam, dan demikian juga alam tashawuf (thoriqat) pada akhirnya harus didukung dengan hadist Nabi. Prof. DR. Hamka dalam bukuny “Perkembangan Tashawuf dari Abad ke Abad” menyimpulkan bahwasanya tashawuf Islam telah tumbuh sejak tumbuhnya agama Islam itu sendiri. Tumbuh dalam jiwa pembawa risalah Islam itu sendiri , yaitu Nabi Muhammad serta disauk airnya dari Islam itu sendiri. Kemudian pada masa berikutnya, sebagian besar hadist yang tidak terdapat dalam koleksi resmi (Kitab bukhary, Muslim dan empat kitab hadits lainnya) karena disusun pada paruh ke-2 dan abad ke-9 digunakan oleh para shufi sebagai landasan thoriqatnya. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat, kepribadian Nabi Muhammad sangat penting sebagai tauladan bagi kehidupan rohani ummatnya. Beliau merupakan pemimpin idaman, dan setiap muslim berkewajiban mengikutinya. Hal ini disebabkan beliau adalah perwujudan dari manusia sempurna (Insan Kamil) atau dalam tradisi barat dikenal dengan istilah Par Exellence. Salah satu hadist yang masyhur dikalangan para shufi adalah hadist yang berbunyi : “Man Arafa Nafsahu, Fakat Arafa Rabbahu” Artinya : “Barang siapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya.” Kendatipun hadist ini hanya masyhur di kalangan para shufi saja dan oleh sebagian ahli hadist tidak diterima, namun secara ma’nawi sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary dan Muslim yang berbunyi : Artinya : “Manusia yang paling luas pengetahuannya adalah orang yang telah mengenal dirinya .” Dan juga sejalan dengan Al-Qur’an surat Al-Zariyat ayat 21 yang berbunyi : Artinya : “Dan pada dirimu sendiri apakah kamu tidak memperhatikannya .” Apabila ditelusuri, maka sebagian besar hadist Nabi pada kenyataannya disampaikan dengan lapadz yang berbeda namun ma’nanya sama (secara ma’nawi) Tashawuf adalah ilmu yang bersifat khas ( yang membutuhkan bakat dalam mempelajarinya) serta rahasia yang tidak mungkin setiap orang dapat mempeajarinya, dan Rasulullah adalah da’i terbaik di antara para da’i serta sebagai figur yang senantiasa dalam bimbingan Allah tentu telah mengetahui hal tersebut dan tidak mungkin gegabah melakukan suatu tindakan dalam mengajarinya. Hal tersebut sebagaimana beliau sabdakan : Artinya : “Kamu berbicara kepada manusia yang belum sampai tingkat kecerdasannya; apakah kamu dalam hal ini ingin agar mereka mendustakan Allah dan Rasul-Nya? .” Sahabat Ali a.s. dan Abu Hurairah r.a. juga pernah mengisyaratkan bahaya-bahaya suatu ilmu yang disampaikan Rasulullah secara khusus dan rahasia kepada masyarakat umum (awwam) dengan suatu riwayat yang disampaikan oleh Imam Bukhary dimana sahabat Abu Hurairah r.a. menjelaskan : Artinya : “Aku menghafalkan dua ilmu dari Rasulullah SAW, adapun satu diantaranya kuterangkan, tetapi yang satu macam lagi kalau ku terangkan akan dipotong orang leherku.” Sedangkan sahabat Ali a.s. menjelaskan : Artinya : “Wahai Tuhanku, andai kata kutunjukkan permata ilmuku, dan dikatakan orang aku termasuk dari golongan orang-orang menyembah berhala. Laki-laki muslim menghalalkan darahku. Mereka menganggap apa yang aku tunjukkan adalah yang paling jelek, dan apa yang mereka perbuat itu yang paling baik.” Namun pada perkembangan selanjutnya tidak dapat dipungkiri bahwasanya tashawuf (thoriqat) ini banyak mengalami perubahan-perubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang menyebabkan tashawuf dituduh sebagai ajaran bid’ah atau tidak lebih sebagai suatu aliran kebathinan belaka ( seperti aliran kewajen di Jawa dan lain sebagainya). Hal ini tidak lebih karena tashawuf telah tercemar (terkontaminasi) kemurniannya dengan berbagai faham, aliran, dan kepercayaan-kepercayaan tradsional masyarakat. Hingga dalam hal ini Martin Van Bruinessen seorang peneliti thoriqat terkemuka menyebut yang demikian itu sebagai thoriqat yang telah dipribumisasi yang menyebabkan tercemarnya ajaran tashawuf sebagai ajaran yang bersumber dari Rasulullah SAW. Rasulullah wafat pada tahun 11 H. atau bertepatan dengan tahun 632 M. di kota Madinah Al-Munawwaroh. 2. Abu Bakar Al-Shiddiq R.A Beliau adalah Abdullah bin Abu Quhafah bin Amir. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya yang keenam yaitu Murrah. Beliau terkenal pemurah , baik dalam bergaul, halus tutur kata dan berjiwa lemah lembut. Beliau telah menjadi sahabat Nabi sebelum masa kenabian dan manakala Muhammad diutus untuk menjadi seorang rasul, maka beliau adalah orang yang paling awal menyatakan beriman kepada Nabi. Beliau juga berhasil mengajak sahabat-sahabatnya yang lain dari suku Qurays yang terkemuka untuk memeluk agama Islam, diantaranya Utsman bin Affan, Zubair bin Awam, Tholhal bin Abdillah dan lain-lainnya. Manakala Rasulullah berhijrah ke Madinah, beliaulah yang menemaninya dalam perjalanan dan bersembunyi di dalam Gua Tsur tatkala kaum Qurays mengejarnya untuk dibunuh, menjadi pembelanya ketika sampai di Madinah, menemaninya dalam peperangan dan menjadi pembawa panji (bendera perang) Islam dalam perang Tabuk. Pada saat Rasulullah wafat, Abu Bakar berada di luar kota Madinah. Dan tatkala berita kewafatan Nabi sampai kepadanya, maka beliau sangat bersedih. Pada saat yang bersamaan juga sahabat Umar Bin Khatab sedang menghunus pedangnya untuk membunuh siapa saja yang berani menyatakan kalau Rasulullah telah wafat. Demi melihat keadaan yang genting itu, beliau naik ke mimbar dan segera menyampaikan khutbahnya dengan ungkapan : “Barang siapa menyembah Muhammad , maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Dan barang siapa yang menyembah Allah, maka ia Maha Hidup dan tidak akan mati.” Kemudian beliau membaca surat Ali Imron ayat 144 yang berbunyi : Artinya : “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika ia wafat atau dibunuh kamu kamu akan berpaling ke belakang (murtad)?” Setelah pemakaman Rasulullah, maka beliau ditunjuk oleh kaum Muhajirin dan Anshor untuk duduk menjadi khalifah pengganti Rasulullah dan akhirnya menjadi pemimpin yang sangat Zuhud, waro’, terkenal keadilannya, dan selalu berpegang teguh kepada al-Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidupnya. Adapun mengenai kehidupan shufi dan kelebihan beliau dalam tingkatan ruhaninya, maka Rasulullah sendiri telah mengisyaratkan hal tersebut dengan sabdanya: Artinya : “Kelebihan Abu Bakar dari kalian bukanlah karena banyak sembahyang dan banyak puasa, tetapi kelebihan itu karena suatu rahasia yang terletak di dadanya.” Hadist selanjutnya menegaskan : Artinya : “Matilah kamu sebelum kamu mati, barang siapa yang ingin melihat mayit yang berjalan di atas permukaan bumi, lihatlah Abu Bakar. Dua hadits tersebut diatas sampai saat ini telah menjadi suatu inspirasi dan pemompa semangat para shufi untuk terus berusaha menemukan “rahasia” dari hakekat hidup dan matinya manusia. Menurut suatu riwayat, Rasulullah telah mengajarkan teknik-teknik keruhanian kepada para sahabat sesuai dengan pembawaan mereka (yang menunjukkan kepiawaan beliau sebagai seorang da’i ulung), dan hal ini dipercaya sebagai alasan utama mengapa sekarang ini terdapat perbedaan-perbedaan teknik antara para shufi. Satu perbedaan yang mencolok adalah antara thoriqat Qodiriyah dan Naqsyabandiyah dalam cara atau methode mengucap dzikir, pada Qodiriyah diucapkan dengan keras dan ekstatis, dan pada Naqsyabandiyah diucapkan secara sir (diam, atau lebih tepat kalau diartikan secara rahasia). Menurut beberapa riwayat yang masyhur dalam thoriqat Al-Naqsyabandy, maka hal tersebut sebabkan karena Ali. a.s adalah seorang yang periang, terbuka dan suka menantang orang-orang kafir dengan mengucap kalimat syahadat keras-keras. Sebaliknya Abu Bakar r.a. menerima pelajaran spiritualnya pada malam hijrah, ketika ia dan Rasulullah bersembunyi di dalam gua yang tidak jauh dari Mekkah. Karena disekitar tempat itu banyak musuh yang saat itu mengincar dan mengancam keselamatan, mereka berdua, mereka tidak dapat berdzikir keras-keras, dan Rasulullah mengajarkannya untuk berdzikir dalam hati sebagai penenang baginya ketika dalam keadaan sedih dan ketakutan (karena dikepung musuh yang siap membunuhnya). Dzikir diam inilah dan berbagai sikap dasar spiritual lainnya, dipercaya kaum Naqsyabandiyah telah diturunkan oleh Abu Bakar r.a kepada murid-muridnya dan akhirnya dijadikan sistem oleh Baha’uddin Al-Naqsyabandy sebagai ciri khas thoriqatnya. Perlu diketahui, bahwasanya para wali ini hanya mensistematisasikan ajaran-ajaran dan methode thoriqat ini, sehingga beberapa ritual dan amalan secara eksplisit dikaitkan kepada para “pendirinya”. Namun demikian, para wali tetap tidaklah dipandang sebagai pencipta thoriqat-thoriqat mereka; melainkan hanya mengelola ajaran-ajaran yang telah diturunkan kepada mereka melalui suatu garis keguruan terus sampai kepada Nabi sendiri. Shahabat Abu Bakar r.a. wafat pada tahun 13 H. Atau bertepatan dengan tahun 634 M. Pada usia 63 tahun dan dimakamkan disamping makam Nabi di kota Madinah 3. Salman Al-Farisy R.A Salman Al-Farisy adalah putra seorang bangsawan dari Isfaham, Persia (Iran). Ayahnya adalah seorang Amir (gubernur) di daerahnya. Semula beliau memeluk agama Majusi (penyembah api) dan bahkan pernah sempat menempati posisi terhormat sebagai penjaga apa yang dianggap oleh mereka sebagai api suci itu. Dalam agama Majusi ia tidak memperoleh ketenangan bathin dan kemudian pindah untuk mendalami agama Nashrani (Kristen) dengan melakukan perjalanan sambil menuntut dan mempelajari agama Nashrani kepada para pendeta di daerah yang dilewatinya seperti Syiria. Mousul (Irak), Nasibin dan Amuria. Sesuai dengan petunjuk gurunya (seorang pendeta yang sangat alim dan jujur) di Amuria, ia diperintahkan untuk melakukan perjalanan mencari seorang Nabi akhir zaman yang akan membawa ajaran suci. Pada akhir perjalanannya, beliau bertemu dengan Rasulullah di kota Yastrib (Madinah) setelah melewati berbagai cobaan dan rintangan hingga pernah menjadi seorang budak belian yang diperjual belikan di Madinah. Setelah beliau dimerdekakan oleh seorang sahabat, maka disisi Rasulullah beliau menghirup udara segar sampai ke tulang sumsum sehingga mengerti agama Islam yang sesungguhnya (hakikat Islam). Kedudukan Salman di sisi Nabi telah banyak diriwayatkan para sejarawan. Menurut Ibnu Hajar dalam kitab “al-Asabah fi Tanzijish Shohabah” menjelaskan bahwa Salman Al-Farisy sering juga dipanggil dengan sebutan Salman Al-Khair (yang terpuji atau baik) dan Salman Ibnu Islam (putra Islam). Dari Anas bin Malik diriwayatkan bahwa apabila ditanyakan orang siapa namanya, beliau menjawab : “Saya Salman putra Islam dari anak cucu Adam.” Karena tingginya kedudukan Salman disisi Nabi, maka beliau juga dipanggil dengan panggilan Salman Al-Muhammady (anggota keluarga Muhammad). Bahkan oleh Nabi sendiri diakui sebagai keluarganya (ahli baitnya), hal tersebut sebagaimana beliau sabdakan : “Salman Al-Farisy adalah keluarga kami.” Peran Salman dalam pengembangan Tashawuf dapat dilihat dari bagaimana beliau memberikan contoh kehidupan zuhud, waro’, qona’ah dan senantiasa tekun beribadah sehingga menjadi tauladan bagi para shufi sepeninggal beliau. Contoh kehidupan zuhud beliau adalah sebuah kisah dimana saat itu beliau menduduki jabatan Amir (Gubernur) di Negeri Madain, namun demikian gaji sedirham pun tidak pernah diterimanya, bahkan beliau sedekahkan seluruhnya bagi yang membutuhkan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, beliau bekerja sebagai penganyam tikar dan keranjang dari daun kurma, para pelayan diperlakukan dengan sopan dan diberikan keringanan kerja sehingga pernah dengan tangannya sendiri beliau mengaduk tepung untuk makanan sehari-hari. Shahabat Salman Al-Farisy adalah seorang tokoh shufi yang dikenal sebagai tukang cukur pribadi Nabi dan juga sebagai wali besar. Kekeramatannya telah banyak dikenal masyarakat dan diceritakan dalam berbagai riwayat para shufi, di antaranya adalah sebagaimana dijelaskan dalam kitab “ Al-Hadaiqu fi Ajlait Thoriqat al-Naqsyabandy” bahwasanya Salman Al-Farisy pernah berjalan bersama seorang tamunya di kota Madain. Tiba-tiba ia melihat seekor kijang lewat dan beberapa ekor burung terbang diudara. Shahabat Salman ingin menjamu tamunya, kemudian ia berkata : “ Hai burung dan kijang hendaknya kalian datang kepadaku karena aku ingin menjamu tamuku ini.” burung-burung dan kijang pun segera mendatangi Salman sehingga tamu itu ta’jub melihatnya seraya berkata “ Subhanallah”, Salman berkata : “Apakah kamu heran dengan kejadian ini?, pernahkah kamu melihat orang yang taat kepada Allah SWT. akan dilanggar perintahnya oleh sesuatu?”. Beliau wafat pada tahun 50 H. dan termasuk salah seorang dari shahabat Nabi yang sangat dimuliakan sebagaimana Nabi pernah bersabda dalam suatu hadistnya yang artinya sebagai berikut : “ Tuhanku menyuruh aku mencintai empat orang yang dicintai-Nya yaitu Ali bin Abi Tholib, Abu Dzar al-Gifary, Miqdad dan Salman.” 4. Qosim bin Muhammad R.A Beliau adalah al- Qosim bin Muhammad ibnu Abi Bakar al-Shiddiq r.a yang riwayat hidupnya jarang disinggung dalam sejarah Islam. Ibu beliau adalah seorang putri raja Persia (Iran) yang ditaklukkan oleh tentara Islam, dan bersamanya juga ditawan saudara perempuannya serta beberapa orang Persia lainnya. Kaum muslimin saat itu berniat untuk menjual mereka termasuk dua putri raja Persia itu, namun Ali a.s bangkit mencegahnya dan beliau berkata : “ Rasulullah melarang menjual Raja serta putra dan putrinya.” Kemudian beliau menyeuruh masing-masing dari kedua putri Kisra itu untuk memilih laki-laki dari kaum muslimin untuk menikahinya. Salah seorang diantara mereka yaitu Syah Zanan memilih Muhammad bin Abi Bakar dan seorang lagi yaitu Syah Banu memilih Imam Husain a.s. Setelah melakukan akad Syari’at dengan pernikahan Islami, kedua putri itu pergi dan tinggal di rumah suami masing-masing. Dari pernikahan antara Syah Zanan dan Muhammad bin Abi Bakar lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama al-Qosim yang kelak akan menjadi salah seorang fuqaha (ahli fiqh) dan shufi terkemuka di Madinah. Beliau adalah ayah dari Ummu Farwah yang kelak akan menikah dengan Imam Muhammad al- Baqir bin Imam Ali- Zainal Abidin a.s. Sedangkan pernikahan antara Syah Banu dan Imam al- Husain, lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama Ali Zainal Abidin yang merupakan Imam Syi’ah yang keempat. Al-Qosim menerima langsung ajaran tashawuf dari shahabat Salman al-Farisy dan menjadi salah seorang guru dalam silsilah Thoriqat al-Naqsyabandy generasi keempat dari Rasulullah SAW. 5. Imam Ja’far al- Shodiq A.S Imam Ja’far lahir pada tahun 83 H. Di kota Madinah dari seorang ibu yang bernama Ummu Farwah binti Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar r.a, dan ayah beliau adalah Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Tholib suami Fatimah binti Rasulullah SAW. Dengan demikian, terdapat perpaduan keturunan dari Rasulullah, Ali bin Abi Tholib dan Abu Bakar Al-Shiddiq. Karena beliau adalah keturunan Nabi, maka beliau termasuk ke dalam anggota “ahli Bait” Nabi yang merupakan warisan yang ditinggalkan selain Al-Qur’an yang harus dijaga dan dipelihara. Hal tersebut sebagaimana disabdakan oleh beliau yang artinya : “aku tinggalkan ditengah-tengah kalian dua pusaka (perkara) yang jika kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Yang satu lebih besar dari yang lain; Kitabullah tali yang terlentang dari langit kebumi, dan keluargaku ahli baitku. Keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya bertemu di telaga. Perhatikan bagaimana kalian memperlakukannya.” Hadist tentang ahli bait di atas diriwayatkan oleh Sunan Turmudzi 5;329, al-Dur Al-Mantsur 6:7; 306, Tafsir Ibnu Katsir 4:113, al-Mu’Jam al-Shagir dari al-Thabrany 1:135, dan berbagai kitab tafsir lainnya. Dengan redaksi yang lain diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shohihnya, kitab al-Fadhail, “Fadhail Ali bin Abi Tholib Alihis Salam 2;362.” Khusus di Indonesia, hadist ini telah mengalami suatu perubahan , yakni bukannya “Kitabullah dan Ahlu Baitku (keluargaku)”, namun “Kitabullah dan Sunnahku.” Hadist ini adalah hadist yang mardud (ditolak), sebab selain tidak terdapat dalam kitab al-Sittah (kitab hadits yang enam) dan kitab-kitab hadist lainnya, kecuali pada kitab al-Muwattho’ (kitab fiqih) Imam Malik dan itupun tanpa sanad. Dengan demikian, menurut Prof. DR. Jalaludin Rahmat bahwasanya hadist ini hanya ditemukan dalam kitab-kitab tarikh (sejarah) dan khutbah-khutbah ulama di Indonesia. Sejak masa kecil Imam Ja’far telah memperoleh pendidikan agama dari orang tuanya yaitu Imam Muhammad al-Baqir yang telah membangun sebuah madrasah yang banyak melahirkan ulama-ulama besar dizamannya. Beliau menguasai berbagai macam ilmu di antaranya ilmu tafsir, fiqh, hadist, filsafat, tashawuf dan lain-lainnya. Dan diantara ulama-ulama besar yang menjadi gurunya diantaranya Atho’, Urwah, Nafi’ al- Zuhry dan lainnya. Adapun kelebihan-kelebihan dari Imam Ja’far al- Shodiq antara lain : a. Imam Ja’far banyak dikenal diberbagai kalangan, antara lain dari kalangan ulama fiqh beliau dikenal sebagai seorang mujtahid sekaligus guru bagi Imam-Imam fiqh yang menyebabkan beliau diberi gelar “Guru dari para Imam fiqh”. Adapun murid-murid utama beliau antara lain seperti Imam Abu Hanifah pendiri mazhab Hanafy, Imam Malik pendiri Mazhab Maliky, Imam Abu Laila, Imam al-Laits dan Imam-Imam lainnya termasuk Imam Syafi’I yang dipercaya paling dalam pengetahuannya tentang ilmu hakikat warisan Imam Ja’far walaupun beliau hanya belajar dari para murid Imam Ja’far. Beliau adalah pendiri Mazhab Ja’fariyah yang diakui oleh kalangan Syi’ah dan Ahlussunnah wal Jama’ah. b. Dalam kehidupan sehari-hari beliau senantiasa hidup dalam kezuhudan. Menurut beliau, zuhud adalah “Hidup merasa cukup dengan halal, bukan hidup menjauhi yang halal.” c. Beliau adalah tokoh shufi yang mempunyai ma’rifat laduniyah yang tidak dimiliki oleh sembarang orang serta karomah yang luar biasa yang banyak diriwayatkan dalam kisah Para Waliyullah. Pandangan beliau selalu disimak di kalangan para shufi dan beliau mengacu kepada suatu struktur pengalaman mistik (tashawuf) yang terbentang dalam “dua belas” tahap (maqom) dari sumber ke sumber yang tampak seperti persiapan persinggahan-persinggahan yang harus dilewati seorang shufi yang menjalankan perbaikan sepanjang jalan. d.Beliau banyak mewariskan ungkapan-ungkapan yang tajam dan cemerlang tentang kebenaran kerohanian yang oleh para shufi banyak dijadikan pegangan. Dalam kitab tafsirnya Imam Ja’far menjelaskan : Artinya: “ Kitab Allah terdiri dari empat perkara : Ibarat, Isyarat, Lathaif, dan Hakaik. Maka sesungguhnya ibarat itu untuk kalangan masyarakat awwam, isyarat untuk kalangan khawwas, lathaif untuk kalangan auliya’, dan hakikat untuk kalangan para Nabi.” e.Imam Ja’far mempunyai karomah tersendiri yang dikaruniakan Allah SWT. Selah satunya adalah bila berdo’a selalu dikabulkan Allah. Menurut riwayat, suatu saat beliau pernah mengalami kelaparan dan kedinginan di bukit Qubais (Jabal Qubais), beliau berdo’a kepada Allah dan mohon agar diberikan kebutuhannya, dengan segera Allah mengabulkan do’anya dengan menurunkan setumpuk makanan, anggur dan selimut. Mengenai do’a tersebut beliau pernah ditanya seseorang : “Wahai putera (cucu) puteri Rasulullah, Allah telah berfirman; “Mohonlah kepadaku, aku akan mengabulkan permohonanmu.” Tetapi mengapa kami selalu berdo’a dan Allah tidak mengabulkannya? . Imam Ja’far menjawab : “Karena anda berdo’a kepada yang tidak anda kenal.” Imam Ja’far al-Shodiq wafat pada tahun 148 H. atau bertepatan dengan tahun 765 M setelah mengabdikan seluruh hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT. 6. Abu Yazid Thoifur al-Busthomy Nama lengkapnya adalah Thoifur bin Isa bin Surusan al-Busthomy. Beliau lahir dibagian timur laut Persia (Iran) disebuah kota yang bernama Bustham dan ayahnya adalah seorang yang terkemuka didaerahnya Beliau suka mengembara ke berbagai negeri untuk menuntut ilmu pengetahuan dan beliau mempunyai lebih dari seratus orang guru. Dalam pengembaraannya, beliau menuntut berbagai ilmu, seperti ilmu fiqh beliau tuntut menurut mazhab Hanafy sehingga akhirnya beliau dikenal sebagai tokoh dalam mazhab Hanafy. Kemudian pada perjalan selanjutnya beliau bertemu dengan Abu Ali-al-Sindy yang mengajarkannya ilmu Tauhid, ilmu Hakekat dan juga mengajarkannya tentang fana’. Dengan berbagai bekal ilmu tersebut akhirnya beliau memutuskan untuk menekuni ilmu tashawuf hingga dikenal sebagai tokoh (imam) shufi di zamannya. Sebagai seorang shufi, kehidupannya ditempuh dalam perjalanan yang cukup panjang, kurang lebih dalam kurun 30 tahun beliau menyusuri padang pasir. Abu Yazid adalah seorang tokoh shufi yang mempunyai beberapa dasar-dasar pemikiran yang dikembangkan olehnya , antara lain : a. Orang yang arif tidak akan menggantungkan cita-citanya dengan apa yang diangan-angankannya dan seorang yang zahid tidak akan menggantungkan cita-citanya kepada apa yang dimakan. b. Orang yang bahagia adalah orang yang dapat menggabungkan cita-citanya menjadi satu yaitu semata-mata kepada Allah. Hatinya tidak terganggu dengan apa yang dilihat oleh matanya dan apa yang didengar oleh telinganya di dunia. c. Barang siapa yang mengenal Allah, maka sesungguhnya ia zuhud dari segala sesuatu yang mengganggu dirinya. Selain dasar-dasar pemikiran yang disebutkan di atas, Abu Yazid juga mempunyai pandangan lain, yaitu teori yang lebih inti antara hamba dengan Tuhannya yang disebut dengan teori al-Fana’ dan al-Baqo’ atau hancurnya perasaan keinsanan yang ada dalam tubuh kasar ke dalam ketuhanan Allah. Kondisi tersebut seperti yang dijelaskan oleh al-Qusyairi: “leburnya seseorang dari dirinya dan makhluk lain yang terjadi dengan hilangnya kesadaran tentang dirinya dengan makhluk lain itu... sebenarnya dirinya dan makhluk lain itu tetap ada, hanya saja ia telah tidak sadar dengan diri dan mereka lagi. Ada suatu riwayat yang menceritakan tentang Abu Yazid ketika ditanya seseorang tentang tugas manusia sejati. Beliau ditanya: “Wahai Abu Yazid, apakah engkau bisa berjalan di atas air?, beliau menjawab: “Sebatang pohon juga bisa berjalan diatas air.” Orang itu melanjutkan pertanyaannya, “Apakah engkau bisa terbang ?, beliau menjawab: “burung pun bisa terbang.” Orang itu tidak berhenti untuk bertanya: “apakah engkau bisa berjalan ke Ka’bah dalam waktu semalam ?, beliau menjawab: “ Seorang tukang sulap pun bisa pergi dari India ke Damavand dalam waktu satu malam.” Lalu apa tugas manusia sejati ? , Abu Yazid menjawab: “Manusia sejati hanya menggantungkan dirinya kepada Allah semata, lainnya tidak.” Abu Yazid Thoifu al-Busthomi sebagai salah seorang dari 10 Imam besar shufi wafat pada tahun 261 H. Di kota Bistham. Beliau dimakamkan sejajar dengan al-Hujwiri, Nashir Khusro, dan Yaqut. 7. Abu Hasan al-Kharoqony Beliau adalah Abu Hasan Ali bin Ja’far al-Kharoqony, yang merupakan murid dari Abu Yazid al-Busthomi melalui jalan Barzakhy. Beliau berasal dari daerah yang sama dengan Abu Yazid yaitu di daerah Khuzistan, Iran Timur Laut. Abu Hasan al-Kharoqony menganut gaya (aliran) yang sama dengan Abu Yazid, yaitu mewakili tradisi yang disebut “Malamatiya” dalam tashawuf. Orang malamatiya terkadang dengan sengaja menghindari kehidupan shaleh dalam bentuk apapun dan dengan sengaja menjauhkan diri dari prilaku yang telah ditetapkan oleh kaum ortodoks (Islam Tradisional) demi mengundang kecaman dari masyarakat karena perbuatannya yang dipandang sering nyeleneh. Hal tersebut dilakukan pada dasarnya karena semata-mata cintanya kepada Allah. Bila diteliti dengan seksama, baik Abu Yazid maupun Abu Hasan al-Kharoqony dalam sejarah hidupnya, keduanya adalah orang-orang yang dikenal sebagai ahli ibadah yang sangat taat kepada Allah SWT. Sehinga peristiwa malamatiya itu hanya terjadi bila dirasa dalam dirinya akan timbul rasa ujub, riya’, sum’ah dan takabbur yang terbit di dalam hati yang dapat mengganggu cita-cita yang hanya tertuju kepada Allah, dan juga untuk menghindari dari pemujaan masyarakat, karena kondisi masyarakat saat itu selalu berlebihan dalam menghormati para orang sholih. Untuk mengambarkan tradisi malamatiya diatas agar lebih jelas, maka ada suatu cerita lokal yang menjelaskan hal tersebut agar dapat membantu menuju pemahaman yang lebih dekat. Dikisahkan seorang alim , zuhud dan waro’ yang oleh masyarakat setempat diisukan sebagai wali Allah. Isu tersebut semakin berkembang hingga menjadi suatu keyakinan masyarakat bahwa orang tersebut adalah benar-benar wali Allah sehingga sering ia menadapatkan penghormatan berlebihan yang sangat mengganggu ketentraman bathin dan ibadahnya. Karena hal tersebut di atas, maka untuk menghindari pujian dan penghormatan dari masyarakat yang dapat menimbulkan riya’, ujub dan takabbur, ia pun dengan sengaja memperlihatkan dirinya mencuri sandal seorang jama’ah di Masjid dengan harapan agar di tangkap dan diketahui masyarakat. Masyarakat yang melihat kejadian itu langsung menangkapnya dan menuduhnya sebagai pencuri sandal yang selama ini tidak pernah ditangkap. Ketika berkumpul mereka berkata : “ternyata orang yang kita anggap sebagai wali hanyalah seorang pencuri sandal dan kita salah menilainya.” Setelah kejadian itu masyarakat mulai memandangnya sebagai sosok yang hina dan rendah bahkan sebagai penipu ulung. Namun lain halnya bagi orang alim tersebut, setelah kejadian itu ia merasa lebih tenang dan khusu’ beribadah kepada tanpa takut terganggu oleh hal-hal yang merusak nilai ibadahnya. Kisah di atas merupakan gambaran yang gamlang tentang tujuan dari tradisi malamatiya yang biasa dilakukan para waliyullah untuk menjaga hatinya agar senantiasa tertuju kepada Allah semata. Adapun kejadian lain yang dapat menyebabkan peristiwa malamatiya menurut para ahli tashawuf adalah karena sang shufi dalam kondisi “jadzab” (majdzub), dimana seorang shufi sedang kehilangan kesadaran akan dirinya. Menurut tokoh shufi Ibnu Atho’illah (W. 674 H./ 1309 M) yang mampu memahami kondisi psikologis spiritual yang sebenarnya terjadi pada wali majzub, menjelaskan bahwa wali majzub yang berperilaku seperti “orang gila” itu disebabkan karena kesadarannya yang hilang akan dirinya atau dalam kondisi ditarik oleh Allah. Karena dari segi bahasa majzub berarti “ditarik” dan dalam istilah Indonesia sering diartikan sebagai “wali gila”. Dengan demikian, beliau juga menjelaskan bahwa seluruh aktivitasnya yang tidak normal itu atau perbuatan mungkar yang pada dhohirnya melanggar syari’at itu tidak dikenakan sanksi karena disamakan hukumnya dengan perbuatan orang “Majnun” gila. Dengan demikian seluruh aktivasinya yang tidak normal itu dihitung cacat di sisi Allah SWT. Namun hal ini sering menjadi masalah tatkala ada orang yang dengan sengaja meniruunya sehingga menimbulkan keresahan dan menggangu ketertiban umum dan tentu di sisi Allah akan dinilail dosa karena melanggar Syari’at dengan sengaja dan bertujuan keduniawian semata. Abu Hasan Ali bin Ja’far al-Kharoqoni wafat pada tahun 425 H. Atau bertepatan dengan tahun 1034 M. 8. Abu Ali al-Farmadzy Nama lengkap beliau adalah Abu Ali Fadl ibnu Muhammad ibnu Ali al-Farmadzy. Adapun riwayat hidup beliau sangat jarang disinggung dalam sejarah para shufi, namun dapat diketahui bahwa beliau merupakan guru besar tashawuf pada zamannya. Hal tersebut dapat diketahui karena beliau adalah murid langsung (utama) dari Abu Hasan al-Kharoqony. Beliau tinggal di kota Naysafur dan hidup sezaman dengan para guru besar lainnya seperti Imam Ahmad al-Thusy, Abu Nash al-Ismaily, Yusuf al-Nasyaz dan Abu Ma’al al-Juwainy. Dari bimbingan beliaulah lahir para tokoh shufi terkenal seperti Imam Muhammad bin Ahmad atau lebih dikenal dengan sebutan Imam al-Ghozaly dan saudaranya (adiknya) yaitu Imam Ahmad bin Ahmad al-Ghozaly serta Abu Yusuf al-Hamadany. Dan dari sekian murid utamanya, maka hanya Abu Yusuflah yang masuk ke dalam rangkaian silsilah thoriqat al-Naqsyabandy. Abu Ali Fadl ibnu Muhammad ibnu Ali al-Farmadzy guru dari para guru shufi dizamannya itu akhirnya wafat pada tahun 477 H. Atau bertepatan dengan tahun 1084 M. 9. Abu Ya’qub Yusuf al-Hamadany Abu Yusuf lahir di Hamadan (Iran Barat). Pada awalnya beliau mempelajari ilmu fiqh mazhab Syafi’i di Baghdad dan beliau meninggalkan ilmu tersebut setelah dirasakan cukup memadai untuk selanjutnya mengkhidmahkan (mengabdikan) diri secara penuh kepada jalan tashawuf serta menghabiskan waktunya bersama para guru shufi di Hamadan dan Asia Tengah. Abu Yusuf adalah seorang tokoh shufi yang sangat berpengaruh dan namanya pun tercantum dalam berbagai silsilah thoriqat lainnya. Dua orang tokoh Shufi yang diantaranya mengakui beliau sebagai guru mereka yaitu Abdul Kholiq dan Ahmad Yasevy, yaitu pendiri thoriqat Yaseviyah dan Bektasiyah di Turki. Dari keturunan beliaulah kelak akan lahir salah seorang guru besar shufi dan sebagai Sulthon al-auliya’, yaitu Baha’uddin al-Naqsyabandy. Dalam suatu riwayat diceritakan bahwasanya beliaulah orang yang mula-mula memerintahkan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelany (lh. 470 H./1077/8 M-W. 561 H./ 1166 M.) sang pendiri Thoriqat Qodiriyah untuk menyampaikan khutbah atau pelajaran di depan masyarakat umum. Abu Ya’qub Yusuf al-Hamadany akhirnya wafat pada tahun 535 H. Atau bertepatan dengan tahun 1140 M. 10. Abdul Kholiq al-Ghujdawany Abdul Kholiq sering kali dianggap sebagai pendiri pertama Al-Naqsyabandy. Beliaulah yang merumuskan delapan azas latihan spiritual yang dianggap paling mendasar. Azas-azas ini berbahasa Parsi (Iran) dan itu bukan suatu kebetulan, sebab dari mana Abdul Kholiq dan seterusnya (tetapi barangkali juga sudah mulai sejak masa Abu Yazid al-Bisthomy, Thoriqot Al-Naqsyabandy berkembang dilingkungan yang berbahasa Parsi dan selama berabad-abad semua tulisan tentang Thoriqot ini masih terus ditulis dalam bahasa Parsi. Adapun delapan azas yang dikembangkan oleh Abdul Kholiq adalah sebagai berikut : a. Hus Dar Dam; “Sadar waktu bernafas,” yaitu suatu latihan konsentrasi. Shufi yang bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas, menghembuskan nafas, dan ketika berhenti di antara keduanya. Perhatian pada nafas dalam keadaan sadar akan Allah memberikan kekuatan spiritual dan membawa orang dekat kepada Allah. Lupa atau kurang perhatian berarti kematian spiritual dan membawa orang jauh kepada Allah (Mohammad. Amin al-Kurdy). b. Nazar Bar Qam; “Menjaga Langkah,” yaitu sewaktu berjalan seorang shufi (murid) harus menjaga langkah-langkahnya. Hal demikian itu dilakukan agar tujuan-tujuan ruhaninya tidak dikacaukan oleh segala hal disekelilingnya yang tidak relevan (tidak ada hubungannya) c. Safar Dan Watan; “Melakukan Perjalanan di Tanah Kelahirannya,” yaitu melakukan perjalanan bathin dengan meninggalkan segala bentuk ketidak sempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk yang mulia, atau dengan penafsiran lain yaitu suatu perjalanan fisik melintasi sekian negeri untuk mencari seorang mursyid sejati, atau kepada siapa seorang murid sepenuhnya pasrah dan dialah yang akan menjadi perantaraannya dengan Allah (al-Gumusykhawany). d. Khalwal Dar Anjuman; “ sepi da tengah keramaian. Beberapa pengarang memberikan berbagai penafsiran. Khalwat bermakna menyepinya seorang pertapa ( salik / santri ), anjuman dapat berarti perkumpulan tertentu. Beberapa orang mengartikan asas ini sebagai menyibukan diri dengan terus menerus membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya, bahkan suatu berada di tempat keramaian. Yang lain mengartikan sebagai perintah untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat sementara pada waktu yang sama hatinya senantiasa terpaut kepada Allah dan selalu wara’. Keterlibatan banyak kaum Al-Naqsyabandy secara aktif di dalam politik dilegitimasi (mungkin juga dirangsang ) dengan mengacu kepada asas ini. e. Yard Kard; “ ingat, menyebut,” yaitu terus menerus mengulangi menyebut nama Allah atau dzikir tauhid ( berisi formula La Ilaha Illallah ) atau formula lainnya yang diberikan seorang guru di dalam hati maupun dengan lisan. Oleh sebab itu bagi penganut Al-Naqsyabandy dzikir itu tidak terbatas di lakukan secara berjamaah ataupun sendiri-sendiri setelah sholat, tetapi terus-merus agar di dalam hatinya bersemayam kesadaran akan Allah secara permanen. f. Baz Gasyt; “ kembali, memperbaharui,” yaitu agar senantiasa mengembalikan hati agar tidak condong kepada sesuatu yang menyimpang atau melantur. g. Nigah Dasyt; “ waspada.”yaitu menjaga fikiran dan perasan secara terus-menerus sewaktu melakukan dzikir untuk mencegah supaya fikiran dan perasan tidak menyimpang dari kesadaran yang tetap akan Allah dan untuk memelihara fikiran, perasan dan perilaku seseorang agar sesuai dengan kalimah tersebut.Muhammad Amin al-Qurdy mengutip perkataan seorang guru; “ Kujaga hatiku selama sepuluh hari, kemudian hatiku menjagaku selama dua puluh tahun.” h. Yad Dasyt; “ mengingat kembali,” yaitu penglihatan yang diberkati yang langsung menangkap zat Allah yang berbeda dari sifat dan asma’-nya,mengalami bahwa segalanya berasal dari Allah dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke yang terhingga.Penglihatan ini hanya mungkin dalam keadaan “jadzab” (ditarik Allah) dan itulah derajat yang tertinggi yang dapat di capai. Pada masa beliau inilajh disebut dengan masa “ Khawajagan” (baca ;Khojagan) atau para “Tuan Guru” sampai kepada masa-masa berikutnya.Dan pada masa ini pula Al-Naqsyabandy memperoleh bentuk yang jelas sebagai sebuah thoriqot. Proses ini dianggap selesai (sempurna) dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Baha’uddin al-Naqsyabandy. Abdul Kholiq al-Ghujdawany wafat pada tahun 617 H.ataubeatepatan dengan 1220 M. dengan meninggalkan delapan asas spritual yang sangat pokok hingga saat ini bagi thoriqot al- Naqsyabandy. 11. Arif al-Riwgory Arif al-Riwgory adalah tokoh shufi dari rantai silsilah Al-Naqsyabandy yang berguru langsung kepada Abdul Kholiq al-Ghujdawany (guru Al-Naqsyabandy generasi kesepuluh). Dalam literatur (sumber-sumber informasi) tashawuf, nama beliau sangat jarang disebut. Namun secara lengkap mungkin dapat diperoleh dari beberapa literatur biografi para guru (syekh) terkemuka thoriqat Al-Naqsyabandi yang walaupun sangat jarang beredar di Indonesia seperti” Rasyahat Ain al-Hayat “oleh Fakhruddin Ali Shafy dan dalam kitab “ Silsilama-i Khwajagan-i Naqsyaband “ oleh Muhammad ibnu Husain Qozwini dan beberapa biograqfi terpisah tentang Baha’uddin,Ubaidillah Ahror,Ahmad Sirhindi dan lain-lainnya. Arif al-Riwgory guru Shufi generasi kelima ini wafat pada tahun 657 H. Atau bertepatan dengan tahun 1259 M. 12. Mahmud Anjir al-Faghnawy Sebagaimana guru beliau Syekh Arif al-Riwgory, maka riwayat hidup Mahmud Anjir al-Faghnawy juga sangat jarang diceritakan. Namunyang jelas beliau merupakan murid langsung dari Arif al-Riwgory guru Al-Naqsyabandy genersi kesebelas. Mahmud Anjir al-Faghnawy wafat pada tahun 643 H.atau bertepatan dengan tahun 1245 M.Tetapi ada pendapat lain yang menerangkan bahwa beliau wafat pada tahun 670 H. Atau bertepatan dengan tahun 1272 M. 13. Azizan Ali Ramithon Demikian juga dengan Azizan Ali al-Ramithony, maka riwayat hidup beliau juga sangat jarang disinggung dalam sejarah tashawuf pada umumnya atau pada thoriqat al-Naqsyabandy pada khususnya, kecuali dalam kitab-kitab biografi para guru al-Nqasyabandi seperti yang telah disebutkan pada pembahasan terdahulu. Azizan Ali al-Ramithony wafat pada tahun 705 H.atau bertepatan dengan tahun 1306 M. Tetapi ada pendapat lain yang menerangkan bahwa beliau wafat pada tahun 721 H.atau bertepatan dengan tahun 1321 M. 14. Muhammad Baba al-Sammasy Muhammad Baba al-Sammasy adalah guru dari Amir Sayyid al-Kulaly Al- Bukhaty Muhammad dan juga Baha’uddin al-Naqsyabandy,walaupun pada akhirnya Muhammad Baha’uddin al-Naqsyabandy berguru (menjadi murid) secara penuh dari khalifah (pemggati) Beliau yaitu Amir al-Kulaly al-Bukhary setelah beliau wafat. Muhammad Baba al-Sammasy wafat pada 740 H. Atau bertapatan dengan tahun 1340 M. Tetapi ada pendapat lain yang menerangkan bahwa beliau wafat pada tahun 755 H. Atau bertepatan dengan tahun 1354 M. 15.Amir Sayyid al-Kulaly al-Bukhary. Beliau adalah guru dari Muhammad Baha’uddin al-Naqsyabandy setelah wafatnya Muhammad Baba al-Sammasy yang juga merupakan guru dari Baha’uddin al-Nqasyabandy sebelumnya. Dalam sejarah thoriqat al-Naqsyabandy, beliaulah yang mula-mula kembali melakukan dzikir keras disamping dzikir sir (diam) yang sejak masa Abdul Kholiq norma dzikir al-Nqasyabandi hanyalah dzikir sir (diam). Namun sebelum masa Abdul Kholiq, yaitu pada masa Abu Yusuf al-Hamadany (guru Al-Naqsyabandy generasi kesembilan) pernah melakukan penggabungan dua methode tersebut. Adapun dzikir sir (diam) tersebut tetap menjadi norma yang baku (norma utama) dan ciri khusus dari thoriqat ini yaitu pada masa Baha’uddin al-Naqsyabandy setelah menerima pembaitan secara barzakhy dari Abdul Kholiq al-Ghujdawany. Amir Sayyid al-Khulaly al-Bukhary wafat pada tahun 772 H. Atau bertapatan pada tahun 1371 M. 16.Muhammad Baha’uddin al-Naqsyabandy Nama beliau adalah Muhammad Baha’uddin al-Bukhary al-Naqsyabandy. Beliau dilahirkan pada tahun 717 H. Di daerah Hinduan di kawasan Bukharo dan beliau adalah keturunan dari Abu Yusuf al-Hamadany. Diberikan gelar al-Naqsyabandy karena mampu (piawai) menempa dan mengukir berbagai sifat keutamaan dan kebaikan dalam hati setiap orang.Dan kepada gelar beliau tersebut thoriqat ini dinisbahkan namanya yaitu “thoriqat al-Nqasyabandy.” Baha’uddin telah memperoleh dasar-dasar ilmu keislaman di daerah kelahirannya yaitu Bukharo.Meskipun sudah diasa cukup, namun beliau terus memperdalam ilmu keislamnya kepada guru-guru lain yang terkemuka. Adapun ulama-ulama yang telah beliau timba ilmunya yang paling utama adalah Muhammad Baba al-Sammasy dan khalifahnya Amir Sayyid al-Kulaly serta seorang ulama terkenal lainnya yaitu Arif al-Dikarany. Beliau melanjutkan perjalanannya ke kota Damaskus dan bekerja di istana Sulthon Kholil sebagai penasehat dalam bidang keagamaan setelah menyelesaikan pendidikannya di lembaga milik Syekh Arif al-Dikarany. Beliau memulai kehidupannya sebagai seorang shufi setelah beliau bekerja di istana selama dua belas tahun dan kemudian meneruskan perjalanannya ke Zawatun. Di Zawatun inilah beliau mempelajari ajaran tashawuf dengan hidup secara zuhud (sederhana), beliau mendekatkan diri kepada Allah dan senantiasa membina kehidupan yang baik dengan sesama manusia dengan ara mengamalkan ilmunya,yaitu memberikan penyuluhan,serta mengajarkan ilmu agama yang telah dimilikinya kepada masyarakat. Sebagai seorang tokoh shufi ternama, maka beliau telah mengembangkan beberapa dasar pemikiran di antaranya, yaitu: a. Beliau mengajarkan thoriqotnya atas dasar enam prinsip dasar tashawuf : 1. Al-Ilm (Pengrtahuan) 2. Al-Shobr (Kesabaran) 3. Al-Him (kepatuhan, penurut) 4. Al-Ridho (Kerelaan) 5. Al-Ikhlas (Ihklas) 6. Al-Akhlaq Al-Karima (Perilaku Terpuji) b. Karena beliau adalah murid Abdul Kholiq secara barzakhy, maka beliau menambahkan tiga asas dari delapan asas yang telah dirumuskan oleh Abdul Kholiq,yaitu : 1. Wukuf-i al-Zamany; “ memeriksa penggunaan waktu seseorang,” yaitu mengamati secara teratur sebagaimana seseorang menghabiskan waktunya.Muhammad Amin al-Kurdy (pengarang kitab Tanwirul Qulub) mensyaratkan agar hal ini dilakukan selama dua atau tiga jam perhari. Sebab jika seseorang terus-menerus sadar dan tenggelam dalam dzikir dan melakukan perbuatan terpuji, maka hendaklah bersyukur kepada Allah. Dan jika seseorang tidak ada perhatian atau melakukan perbuatan dosa, maka hendaklah ia mohon ampun kepada Allah. 2. Wukuf-i A’dadi,” memeriksa hitungan dzikir,” yaitu dengan berhati-hati beberapa kali seseorang mengulangi kalimat dzikir tanpa fikiran mengambang kemana-mana. 3. Wukuf-i Qolbi;”menjaga hati agar tetap kontrol,”menjaga hati agar tidak sadar kepada yang lain selain Allah. c. Mengharuskan setiap murid melalui pembinaan,yaitu: 1. “Shubhat al-Syejh”, yaitu usaha terus-menerus dalam bentuk pengabdian dengan ihklas dan tanpa pamri kepada syekh (guru). 2. “Al-Ribath,” yaitu uasaha untuk meningkatkan keterkaitan dengan syekh kamil,bukan saja jasmani tapi juga ruhani. 3. “Al-Iltizam,” yaitu usaha tetapnya seorang salik dalam bimbingan syekh kamil secara terus-menerus dan berkesinimbungan. 4. “Al-Dzikir,” seorang salik harus melakukan dzikir secara terus-menerus (dzikir dain). d. Menekan arti penting dari “Ruh”,sebab ruh adalah jisim yang halus, yamg tidak berkurang dalam jasad kasar (bercampur) dan tidak pula terlepas ke luar.Oleh karena pentingnya ruh agar tidak melupakan Allah, maka seseorang harus berdzikir terus-menerus. Adapuntentang dzikir, maka pada masa inilah ditetapkan dzikir sir (rahasia) sebagai norma baku (tetap) dalam tradisi al-Naqsyabandy. Dan sebagaimana juga telah diketahui bahwa Baha uddin telah belajar kepada Baba al-Sammasy dan juga khalifahnya Amir Sayyid al-Kulaly yang menyebabkan beliau telah memiliki mandat yang kuat sebagai pewaris tradisi “para khawajagan” atau “ para tuan guru.” Muhammad Baha’uddin al-Naqsyabandy wafat pada tahun 791 H. Atau bertepatan pada tahun 1389 M. Di daerah Hinduan (tanah kelahirannya) saat beliau berusia 74 tahun dengan meninggalkan pelajaran thoriqot yang terkenal sangat puritan (anti bid’ah dalam syara’) dan terkenal sangat sungguh-sungguh menghindari pertunjukan musik dan sama’ dengan senantiasa agar hukum Allah harus dapat diterapkan dalam aspek kehidupan. 17. Muhammad Ali Batu. Beliau adalah Muhammad Ali Batu Bangke Ilang Sabil yang oleh para sejarawan lokal maupun Belanda dianggap sebagai tokoh paling kharismatik sepanjang sejarah perjuangan rakyat Lombok, pemersatu masyarakat khususnya umat islam baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata dari perpecahan dan juga sebagai pejuang dalam perang melawan kekuasaan penjajahan Hindu-Bali di Lombok. Dengan kharisma beliau yang luar biasa saat itu telah menjadi modal utama dalam mempersatukan semua kalangan yang ada di Lombok yang terkenal sangat sulit untuk diwujudkan dan kemudian membawa mereka kepada satu tujuan yaitu perjuang suci. Keretakaan-keretakan hubungan masyarakat Lombok yang ada tersebut tidak lepas dari keterbelakangan dan adanya perasaan yang selalu ingin menang sendiri di antara mereka. Tengtang keadaan ini dapat diketahui dari Babad Lombok, Babad Selaparang, Babad Sakre-Karang Asem dan beberapa laporan dari pemerintah Belanda,antara lain: a. Tentang kharisma beliau yang luar biasa itu dapat diketahui dari sebuah laporan pemerintah Belanda yang menjelaskan sebagai berikut: “Di tanah ini (Lombok), Haji Muhammad Ali menebarkan benih thoriqotnya.......(yang menurut catatan Belanda disebut dengan “ Sekte Nakasabandrija”). Orang-orang berdatangan kepada Mohammad Ali di Sakre minta dibiat masuk thoriqotnya, kaum bangsawan dan juga rakyat jelata menganggap suatu keberuntungan apabila diperboleh bergabung dalam barisan para murid yang melakukan ziarah ke tempat kediaman sang guru suci......(Laporang Belanda,Minggu 28-10 s/d 4-11-1897(KV 28-11-1896,V19, hal 26-28). b. Tentang ketolol-tololan dan keterbelakangan pemikiran yang membut orang Sasak saat itu selalu terpecah-belah pada khususnya dapat di ketahui dari Babad Selaparang babd sakre-Karng Asem. “Terkisahkan sekarang di Bali, sudah siap lengkap perbekalan dan senjata ,para Gusti di perintahkan untuk mencari kapal layar tempat bekal mesin dan peluru. Ada bantuan dari Tabanan, Buleleng, dan Mangwi juga ikut membantu.Begitulah ceritnya (persiapan itu) sangat baik, kata musyawarah itu, “Raja Sasak itu semuanya tolol.”(Babad Selaparang Bait; 451) “ Mule meno kelampan Sasak, ndarak pade mele ngasorin, mele amesak-mesak, kewastuan pade cerengeh,marak beberas pesiaq tetolang, ndarak pade likat mudi.....”(Babad Sakre-Karang Asem) c. Tentang kepahlawanan beliau dan cita-cita perjuangannya yang suci dapat disimak dalam laporan Van Der Krann (1980) yang mengutip pokok-pokok pembahasan Neeb & Asbeck Brusse pada tahun 1897 dan dalam Babad Lombok II. “Pada tahun 1891 orang Muslim dari suku Sasak di Lombok melakukan pemberontakan terhadap pemerintah raja Bali (Anak Agung Ngurah Karang Asem). Ini bukanlah pemberontakan yang pertama, tetapi memeang yang paling dahsyat. Berbeda dengan sebelumnya, maka pemberontakan kali ini tidak dapat di padamkan. Pemberontakan ini telah menyababkan berakhirnya setengah Abad kekuasaan Bali di Lombok dan mengundang campur tangan Belanda.”(Van Der Krann) Sedangkan dalam Babad Lombok II dilukiskan tentang tujuan perjuangan suci itu sebagai berikut : “ Mun kesukaq Allah luih, Te beriuk ngiring Tuan Guru, Turut perang sabil andang Bat, .................................................. Mun te pade menang lemaq, Ite pade,ndek te buring te pegisiq, Rakse,dese,dasan te iriq, ...................................................... Petin kebon bangket te kawih ndidik anak jari, Gen payas gumi Selaprang seseniq. Secara terperinci tentang sejarah kepahlawanan beliau ini dapat di baca dalam Babad Sakre-Karng Asem.Babad ini belum lama berselang diterbitkan oleh Yayasan Kerta Raharja di Sakra,berupa stensilan dengan catatan-catatan singkat oleh L. Djelenge. Adapun khusus tentang sejarah perjalanan keguruan beliau dalam tashawuf(thoriqot), maka dapat disimak dari kiah yang dituturkan oleh Bapak.Guru.Syekh Abdusshomad Habibullah sebagai berikut: Sejarah keguruan Muhammad Ali berawal dari mimpi, dimana beliau dalam mimpi itu bertemu dengan Baha’uddin al-Naqsyabandy atau dalam dialek(penyebutan) masyarakat Sasak dikenal dengan nama Syekh Ba’idin yang memerintahkannya untuk melakukan suatu pelayaran ke Mekkah dengan membawa perbekalan berupa 160 biji paku,sebuah palu dan sebuah sabuk Saje sepanjang 40 Depa. Sampai pada mimpi yang ketiga beliau belum juga melaksanakan perintah mimpi itu hingga akhirnya pada mimpi yang keempat beliau baru berlayar dengan ditemani oleh seorang sahabatnya yaitu Guru Adam dari desa Aik Mual Praya. Dalam perjalanannya, beliau menghadapi berbagai rintangan yang menyebabkan perahunya pecah. GuruAdam dengan susah payah menyelamatkan diri dan akhirnya terdampar di desa Pengantap Sekotong, sedangkan beliau juga berhasil menyelamatkan diri karena menemukan pohon Paok Jenggik ( Paok ; Mangga ) yang tumbuh di tengah lautan.Kemudian teringat dengan bekal yang ada, beliau pun mulai memanjat dengan menggunakan paku yang dibawanya hingga menghabiskan 100 biji paku. Setelah sampai di atas pohon itu, beliau melihat buahnya yang hanya berjumlah satu biji. Namun mendadak seketika itu seekor burung Garuda datang dengan cepat dan memakan buah mangga itu hingga setengahnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan,beliau segera bersembunyi dan sangat hati-hati beliau mengeluarkan sbuk saje kemudian mengikat dirinya di kaki burung itu.Karena burung itu hanya memakan setengahnya saja,beliau berfikir.”Di sini tidak ada yang bisa saya makan kecuali buah ini.”Buah itu pun di makannya hingga dirasa cukup sekedar untuk mengganjal perut. Setelah burung itu terbang jauh hingga sampai ke tengah hutan yang dalam dialek Sasak disebut dengan hutan Serandik yang ada di negeri Mesir.Beliau melepaskankan ikatan sabuknya untuk segera turun sebelum burung itu sadar dan melihatnya.Malang baginya, di tengah hutan itu beliau di kepung sekawanan binatang buas (srigala) yang menyebabkan harus segera menyelamatkan diri dengan memanjat sebatang pohon dengan menggunakan sisa 60 biji paku yang dibawanya.Setelah beberapa saat,seekor srigala yang merupakan raja sekawanan srigala itu segera memanggil srigala-srigala lainnya dan kemudian beramai-ramai mengencingi batang pohon itu sehingga membuat batangnya menjadi goyang.Melihat kondisi tersebut dengan cepat beliau mengikat kerisnya pada ujung sabuk saje dan menjatuhkannya ke mulut srigala hingga akhirnya binatang itu mati. Melihat rajanya mati,serta merta yang lainnya ketakutan dan segera melarikan diri. Dengan perasaan lega dan penuh rasa syukur yang mendalam beliau segera turun untuk menguliti binatang itu hingga kulitnya dapat dijadikan sebagai pakaian penghangat. Diperjalanan selanjutnya beliau melewati sungai Nil, terdpat tempat di sungai itu yang airnya dapat dapat mengubah segala benda yang jatuh didalam membatu(keras bagaikan batu).Hal terbusebut beliau menjadi takut dan ragu untuk menyebrang. Beliau tudak berputus asa, segera di ambilnya debu untuk bertayamum dan kemudian melaksanakan sholat sunat.Usai sholat beliau berdo’a mohon kepada Allah SWT.agar segera di pertolongan dari kesulitan yang dihadapinya. Allah SWT.mengabulkan do’anya dengan menurunkan hujan badai dahsyat yang menyebabkan sebatang pohon besar tumbang dengan posisi melintang seperti sebuah titian di atas sungai itu.Dengan hati-hati beliau berjalan di atas pohon yang tumbang itu dan berhasil melewati sungai terebut. Namun karena rasa penasaran dengan apa yang di lihatnya, beliau mencoba untuk membuktikan dengan mencelupkan jari telunjuknya kedalam sungai.Dengan kekuasaan Allah SWT. Jari beliau segera berubah membatu (menjadi keras bagaikan batu) dan oleh karena jari yang telah membatu inilah akhirnya gelar Muhammad Ali “ Batu “ dinisbahkan kepadanya. Singkat cerita sampailah beliau di sebuah desa di negeri Mesir dan mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakatnya. Oleh masyarakat setempat beliau kemudian diarak ke istana Raja (Sulthon). Karena Sulthon tertarik dengan kulit binatang yang dibawanya, maka dibelinya kulit binatang itu seharga dengan empat kantung uang dengan maksud untuk dijadikan jimat. Di desa itu beliau menginap di rumah seorang penghulu agama yang menceritakan kepadanya bahwa Syekh yang selama ini bekiau cari itu pada tiap tiga tahun sekali datang berkunjung ke desa tersebut dengan rupa yang berbeda-beda dan itulah sebabnya mengapa ketika beliau datang ke desa itu di sambut dan diarak ke istana raja.Hal itu tidak lain karena beliau dianggap sang Syekh.Penghulu itu juga menambahkan bahwasanya Syekh tersebut kini sedang melakukan suluk di Jabalil Asir (gunung Asir) yang terletak di negeri Yaman. Setelah mendengar cerita itu, Muhammad Ali mohon agar diantarkan ke tempat tersebut. Penghulu itu menjawab bahwa ia tidak berani pergi ke tempat dimana Syekh berkhalwat. Kemudian Muhammad Ali berkata:”Bila anda tidak berani (sanggup) ke tempat itu,maka cukuplah anda tunjukan dimana arah menuju tempat itu.”Oleh penghulu itu permintaan beliau dikabulkan. Kemudian meraka pun melakukan perjalanan ke tempat tujuan.Ketika mereka telah dekat,penghulu itu kemudian menunjukan tempat yang oloeh Muhammad Ali merupakan tempat yang tidak asing lagi baginya disebabkan beliau beberapakali melihatnya di dalam mimpi.Dan sebagai tanda terima kasihnya atas pertolongan penghulu yang telah menunjukan tempat itu,beliau menghadiahkan kepadanya seluruh uang (yang empat kantung) tanpa tersisa sedikitpun. Ini merupakan I’tibar (contoh) bahwa ilmu hakikat adalah ilmu yang tidak ternilai dan juga tidak bisa ditukar atau dibandingkan dengan harta berapapun banyaknya walau hanya sekedar ditunjuki tempat menututnya saja, apa lagi sampai dapat menerimanya. I’brah ini hendak menjadi renungan bagi setiap jama’ah untuk terus bersyukur kepada Allah SWT.karena tidak semua orang mampu berfikir akan tingginya ilmu ini dan juga tidak semua orang sanggup menghargainya sebagaimana Muhammad Ali telah menghargainya. &nbs ; Setelah itu beliau pun bertemu dengan Syekh Ba’idin dan langs ng mengucapkan salam kepadanya.Namun beliau sangat terkejut,sesampai di hadapan Syekh Ba’idin beliau bukannya mendapat sambutan sebagaimana yang diharapkan,malah ebaliknya dapat makian.Syekh Ba’idin bertanya:”siapa yang menyuruhmu kesini menemui saya ? “Muhammad Ali menjawab : “Anda wahai Syekh.” Kemudian setelah itu oleh Syekh Ba’idin beliau dipersilahkan untuk segera memasuki ruang Suluk (tempat khalwat / pertapaan).Ketika berada dalam pertapaan itulah ubun-ubun beliau di usap oleh Syekh Ba’idin hingga menyebabkan beliau berteriak-teriak dan merasa ketakutan yang luar biasa karena perlihatkan kepadanya keadaan siksa neraka yang konon saat itu sesaat terasa seperti 70 tahun lamanya. Kejadian saat itu telah meninggal bekas yang sangat mendalam hingga menyababkan beliau menyerah an hidup dan matinya kepada Syekh Ba’idin untuk mendapatkan bimbingan.Oleh Syekh Ba’idin beliau kemudian di perintahkan untuk masuk kembali ketempat khalwatnya yang kemudain ditutup dengan batu dan di tempat itulah beliau tinggal selama tiga tahun. Sementara beliau berada di tempat khalwatnya tersebut,di Lombok sahabat beliau Guru Adam kembali melakukan pencarian dengan tujuan agar dapat memukan beliau hidup atau mati.Namun usaha pencarian itu hasilnya tetap nihil. Untuk kesekian kalinya allah SWT.menunjukan kebesaran-nya, setelah berada selama tiga tahun di dalam batu tersebut,tiba-tiba saja tatkala bangun beliau telah mendapatkan dirinya berada di rumahnya di desa sakra.Keadaan ini bukan hanya mengejutkan dirinya namun juga bagi keluarga dan seluruh masyarakat desa saat itu yang secara spontan membunyikan kentongan tanda bahaya karena mendengar istri Muhammad Ali berteriak-teriak terkejut bahkan ketakutan tatkala tiba-tiba melihat seorang lelaki tidur di dalam rumahnya.Hal tersebut dapat di pahami, sebab sebelumnya beliau dianggap sudah meninggal ketika terdengar kabar perahu yang di tumpanginya pecah, dan terlebih lagi usaha pencarian yang dilakukan oleh Guru Adam tidak menghasilkan apa-apa.Keadaanpun kembali tenang setelah beliau menjelaskan kepada masyarakat semua peristiwa yang di alaminya hingga akhirnya kembali ke desa Sakra. Selang beberapa waktu di Sakra,tiba-tiba beliau mendapatkan sepucuk surat dari Ba’idin memerihtahkannya agar kembali berlayar ke negeri Mekkah dengan pesan apabilah telah mendekati pelabuhan Jeddah nanti pada hari jum’at tengah hari(sekarang kira-kira pukul 12:00 siang) untuk segera masuk ke sebuah masjid masjid yang terletak di tengah lautan untuk melaksanakan sholat jum’at. Kemudian beliau berangkat dan sampai di tempat itu pada waktu yang sesuai dengan apa yang tertulis dalam surat.Ketika beliau memasuki masjid,nampak suasana sepi tanpa seorang pun berada didalam.Namun keadaan tiba-tiba berubah,dalam waktu sekejap entah darimana asalnya jama’ah yang terdiri dari para waliyullah telqah memenuhi ruang masjid.Kemudian setelah khutbah jum’at Syekh Ba’idin datang untuk mengimami sholat jum’at dam Muhammad Ali berdiri tepat di belakangnya. Usai sholat,para waliyullah secara perlahan kembali menghilang dan keadaan pun kembali menghilang dan keadaan pun kembali kecuali beliau dan Syekh Ba’idin.karena khawatir Syekh Ba’idin juga akan meninggalkan tempat itu,segera beliau ikatkan jarinya ke surban Syekh Ba’idin hinggaketika sang Syekhhendak meninggalkan tempat itubeliau merasa dad yang menarik surbannya.Syekh Ba’idin pun tau kalau Muhammad Ali ada berada di belakangnya dan dengan segera kemudian beliau memanggil kembalijama’ah sholat jum’at (para waliyullah) untuk berkumpul serta mengumumkan bahwa Muhammad Ali adalah tempat menutup segala pangajian.dan di masjid inilah Muhammad Ali untuk pertama kalinya menerima tawajjuh sekligus mandat dari Syekh Ba’idin sebagai Guru ilmu hakikat. Singkat cerita,setelah itu beliau berhaji dan kemudian beliau kembali ke Lombok,untuk memberi pengajian kepada masyarakatdi pulau Lombok,menegakkan kebenaran memimpin mereka untuk mencapai kemerdekaan dari tangan penjajahan Hindu-Bali sebagaimana telah dikisahkan. Dengan damikan,maka hubungan antara Muhammad Ali Batu dengan Baha’uddin Naqsyabandy bukanlah hubungana keguruan yang bersifat Barzakhi atau Uwaisy karena pertemuan tersebut bukan dalam wujud ruhani (dalam ruhani ataupun dalam mimipi),namun pertemuan langsung secara dhohir(nyata) walaupun sebagaimana telah dikisahkan bahwa jarak kehidupan di antara keduanya adalah sekitar 500 tahun (Baha’uddin wafat pada tahun 1389 M. Dan Muahammad Ali pada tahun 1892 M.) dan jalur keguruan seperti ini sangat terjadi dalam sejarah pada shufi. Adapun jalur seperti di atas dalam sejarah keguruan para shufi pernah terjadi pada Syekh Abdul Karim al-Jilli dengan Nabi Muhammad SAW.sebagaimana beliau kisahkan dalam kisahnya al-Insan al-Kamil fii Ma’rifati Awaakhiri wal Awaalihi menjelaskan : “ Suatu ketika saya pernah bertemu dengan dia dalam bentuk persis seperti Syekh saya Syarafuddin Isma’il al-Jabarty,tetapi saya tidak mengetahui bahwa dia (Syekh) itu sebenarnya adalah Nabi Muhammad, karena setehu saya bahwa dia (Nabi) itu adalah Syekh.Ini adalah suatu penglihatan yang saya dapati di Zabit Yaman pada tahun 796 H (1393 M.).Maka hakikatnya yang ada dalam peristiwa itu adalah bhwa Nabi Muhammad mempunyai kekuatan unmenampilkan diri dalam setiap bentuk.” Haji Muhammad Ali Batu sang Guru suci,pemersatu umat danpahlawan pada perang Lombok itu wafat pada tanggal 15 Maulid 1310 H. Atau bertepatan tanggal 7 Oktober 1892 dalam suatu pertempuran yang menyebabkan beliau mendapatkan gelar Muhammad Ali Batu “ Ilang Sabil “yang artinya “ Mati syahid “dan dimakamkan di desa Sakra Lombok Timur. 18. Abdusshomad AL-Haqqy Habibullah. Beliau adalah Shomad bin Nursiah bin kiyah bin Raden Kerta Bayan,Beliau lahir di desa Taman Daya Puyung Lombok Tengah.Datuk beliau yaitu Raden KertaBayan seorang bangsawan Bayan yang Masyur di Bayan Beleq yang makamnya terletak persis di sebelah kiri Masjid Kuno. Makam tersebut oleh sebagian masyarakat sasak disebut degnan Makam Read (Beleq atau Datuk) sedangkan olehsebagian lainnya di sebut sebagai makam Syekh Gaust Abdul Rozaq salah seorang Wali besar yang terkenal di pulau Lombok. Beliau menamatkan sekolahnya pada tahun 1937 di kota Praya yang saat itu sekolahnya hanya sampai di kelas lima dan jika hendak melanjutkan ke yang lebih tinggi maka harus ke kota Mataram pada sekolah khusus Belanda.pada saat itu pula(setelah tamat) beliau langsung menerima tawaran untuk menjadi Jaksa di kota Praya,namun beliau menolaknya. Sebagai seorang pengamal ilmu Hakikat yang kuat,maka dari pribadi beliau terpancar pula pengaruh ilmu tersebut. Beliau terkeal jujur dalam menyampaikan suatu amanat, lemah lembut dan ramah dalam bergaul dengan setiap orang terutama para jama’ahnya (tidak suka menonjolkan perbedaan dan mengutamakan kesamaan derajat), sabar dalam menerima berbagai cobaan berat,tegas dalam berbicara (tidak suka plin-plan) ,berani dalam membela apa yang diyakininya benar bila hal itu sesuai dengan Al-Quran dan al-Hadist. Pada usia yang relatif masih muda yaitu pada usia 15 tahun, beliau telah menunjukkan bakat dan ketertarikan yang mendalam untuk menuntut ilmu thoriqot dan hakikat. Hal tersebut dapat diketahui dari banyaknya para guru yang beliau pernah timba ilmunya, di antaranya : a. TGH. Abdul Mu’in di desa Pagutan b. Guru.Rukiq di desa Selagalas c. Guru Udin di desa Aik Mual Praya d. Guru Tasiah di desa Montong Sapah e. TGH.Arif di desa Sesanggok Gerung. f. TGH. Ma’mum di Praya. Dari sekian guru yang pernah beliau timba ilmunya tersebut, maka yang di sebut terakhir itu TGH.Ma’mum adalah satu-satunya tempat beliau menerima Bai’at. Ada suatu riwayat yang langsung diceritakan oleh beliau tentang asal-muasal ketertarikannya dalam menuntut ilmi Hakikat ini. Menurut beliau,ketertarikan ini tidak lepasdari sebuah petunjuk mimpi yang benar (Ru’yah al-Shodiqoh) dari Allah SWT. Pada suatu malam dalam tidurnya beliau bermimpi menaiki (memanjat) sebatang pohon Asem (Bageq; Sasak) sambil menggendong Matahari. Dari tafsir mimpi tersebut mengisyaratkan bahwa suatu hari nanti beliau akan memperoleh kedudukan yang tinggi yang bersifat keduniaan seperti jabatan maupun bersifat ukhrawi (akhirat) seperti ketinggian martabat rohani yang sangat tinggi yang pengaruhnya (sinarnya) tak tertandingi dan tersebar ke setiap penjuru. Namun hal tersebut tentu dengan syarat beliau menghendakinya. Di antara dua pilhan tersebut, maka dengan Hidayah dan Inayah Allah SWT.beliau memilih kedudukan ukhrawy yang berupa ketinggian martabat rohani dan hal ini di buktikan dengan penolakan beliau terhadap jabatan Jaksa di Praya serta kedudukan beliau sekarang sebagai Mursyd Thoriqot Haq Naqsyabandy. Selama sekian puluh tahun beliau menuntut ilmu thoriqot dan Hakikat pada sekian banyak guru tersebut belum mampu memberikan jawaban yang menyakinkan serta fikiran beliau masih diliput oleh kebingungan dengan apa yang di perolehnya.kemudian pada tahun 1950-an, beliau baru memperoleh ilmu yang sejati tentang kebenaran setelah bertemu dengan guru beliau Syekh Ahmad Dahlan al-Subaikah yang menetap di Gawah (hutan) Semotoh Mantng Lombok Tengah. Oleh gurunya pada tahun 1958 beliau diizinkan untuk memberikan pelajaran (membuka sebuah perguruan) di desa Puyung. Namun sampai akhir tahun 1950-an, beliau belum membuka perguruannya secara resmi sampai datangnya sebuah petunjuk yang jelas tentang kewajiban beliau untuk menyebarkannya. Pada sekitar tahun 60-an, beliau menerima pembai’atan Thoriqot Haq Naqsyabandysecara berzakhi dari Syekh Muhammad Ali Batu Bangke sehingga karena hubungan keguruan itulah beliau jga bergalar Syekh Abdussomad Habibullah Ibnu Akhiroty Min Syekh Muhammad Ali Batu Bangke atau kedudukan sebagai putra Syekh Muhammad Ali pada martabat ruhaninya.Pada saat itu juga beberapa jama’ah yang terbuka hijabnya seperti Mamiq Sunan dan Amaq Kholnah dari Persil menjelaskan dari terbukanya itu bahwa hubungan keguruan beliau langsung ka Syekh Muhammad Ali Batu kemudian ke Syekh Baha’uddin al-Naqsyabandy dan terakhir langsung kepada Nabi Muhammad. Silsilah pendek (ringkas) inilah yang sering dibacakan kepada para jama’ah disetiap perayaan ulang tahun perguruan hingga suatu saat pernah menimbulkan permasalahan, yaitu sillsilah di anggap mengada-ada atau meragukan (karena terlalu ringkas dan anggap sebagai suatu silsilah yang tidak lazim). Oleh KH.Ahmad Usman yang hadir ketika itu diberikan jawaban sebagai berikut : “ hendaknyalah kalian tidak mempersalahkan (mempertanyakan) dari mana asal-usul suatu peguruan, karena kalian tidak pernah tahu bagaimana ilmu suatu perguruan itu diperoleh. Namun yang hendaknya kalian pertannyakan adalah apakah ilmu perguruan itu telah sesuai dengan tuntutan dari Al-Quran dan al-Hadist, sebab percuma saja bila suatu perguruan apabila mengaku-ngaku mempunyai dasar silsilah yang jelas namun isi (ilmunya) yang terkandung dalam ajaran perguruan itu menyesatkan (tidak sesuai dengan al-Quran dan al-Hadits).” Dan khusus tentang catatan lengkap hasil terbukanya jama’ah ini telah di kumpulkan oleh putra beliau H. Muhammad Ali Bagi Harta. Adapun gelar” Habibullah,” maka hal itu merupakan gelar yang langsung di anugrahkan baginda Nabi Muhammad kepada beliau. Sedangkan dari salah seorang yang berasal dari Pontianak yaitu Zuhdi dari hasil terbukanya menjelaskan bahwa beliau telah mendapatkan gelar baru yaitu “ al-Haqqy.”Sehingga lengkapnya menjadi Syekh Abdussomad Al-Haqqy Habibullah. Pada awal pembukaannya,yaitu pada hari senin 1 April 1960 / 5 zulqoidah 1380 H. jama’ah baru berjumlah 10 orang yang berasal dari desa di sekitar desa Puyung dan saat itu tempat pengajian dilaksanakn di sebuah rumah sedrhana yang beratap alang-alang dan bar di antara tahun 1960-1963 dapat dirikan sebuah santren darurat sebagai tempat mengaji para jama’ah.Baru kemudian pada tahun 1967 di antara jama’ah mulai ada yang terbuka hijab. Sebagai sebuah perguruan baru saja berdiri tentu tidak lepas dari berbagai rintangan dan tantangan terlebih lagi bila ajaran dalam perguruan itu oleh sebagian besar masyarakat di anggap sesuatu yang asing ditambah dengan berbagai statement (pernyatan) dari beberapa Tuan Guru yang tak pernah bersimpati bahkan ada yang mengharamkannya. Pada tahun 1967-1968 merupakan masa yang paling sulit bagi beliau, karena lebih dari sepuluh kali beliau mendapatkan panggilan polisi dan di hadapkan ke pengadilan untuk menjelaskan berbagai tuduhan (fitnah) yang dilontarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab yang sangat membenci ajaran ini serta beberapa ujian fisik seperti pelemparan Batu dan sebagainya ke tempat beliau mengajar.Namun hal tersebut tidak membuat beliau getar, bahkan sebaiknya di anggap merupakan sebuah tantangan yang membutuhkan jawaban untuk di selesaikan. Sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah pepatah orang-orang bijak : Berakit-Rakit Ke Hulu, Berenang-Renang Ke Tepian. Bersakit-Sakit Dahulu, Bersenang-Senang Kemudian. Hal tersebut nampaknya terjadi pada perjalanan perjuangan beliau sebagai buah dari kesabaran akan segala cobaan yang menimpa beliau selama ini. Tepatnya pada tahun 1976,perguruan ini di sahkan oleh Kakanwil Depag NTB bapak HL.Nuruddin, SH yang di saksikan oleh K.H. Ahmad Usman (Mantan ketua MUI NTB) yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Penerangan TK. I NTB dan bapak L. Once Kakandepag Praya. Dealam kesempatan inilah bapak L. Once menyata kesiapannya untuk membela ajaran yang benar ini deng berkata : “ajaran ini ajaran benar,siapapun yang akan menyalahi perguruan ini,maka sayalah yang akan menjadi musuhnya,” Adapun jumlah jama’ah thoriqot ini beberapa tahun kemudian menunjukkan perkembangan yang sang signifikan, tepatnya mulai tahun 1980-an jama’ah yang berasal dari luar desa Puyung di seluruh Lombok mulai berdatangan. Kemudian pada tahun 1990-an merupan masa-masa perkembangan yang paling mengembiraka karena para jama’ah tidak hanya berdatangan dari daerah Lombok,namun juga dari beberapa daerah di luar pulau Lombok seperti Jawa,Madura,Bali,Sumbawa,Bima,Dompu Sulawesi,dan Kalimantan. Sesuai dengan sebuah petunjuk hasil terbuka seorang jama’ah yang di terima dari Datok Sakre (Syekh H. Muhammad Ali Batu),menjelaskan bahwa mulai pada tahun 2000 jama’ah akan datang dari berbagai penjuru negeri. Hal itu kemudian terbukti dengan datangnya beberapa jama’ah dari berbagai negeri seperti Belanda,Tunisia,dan dari negeri Jiran Malaysia.Sehingga jumlah jama’ah secara keseluruhan menurut data yang ada mulai tahun 1960-2003 ini di perkirakan berjumlah 5000-6000 0rang jama’ah. Dengan demikian,perkembangan Thoriqot Hqa Naqsyabandi ini sekali lagi tidak lepas dari kegigihan Bapak Guru Syekh Abdussomad al-Haqqy Habibullah yang senantiasa bercita-cita agar ajaran yang bersumber langsung dari Rasulullah yang diterima di Gua Hiro ini dapat tersebar luas dan tidak punah (hilang). Khusus tentang kata “ Haq “ pada nama Thoriqot ini menurut perjelasan langsung beliau merupakan penegasan jati diri sebagai suatu ajaran yang benar-benar sejati yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadist. Sebab banyak thoriqot yang mengaku Naq-syabandy namun sebenarnya Nuq-syabandy.Naqsyabandy berarti lukisan yang berada pada badan “ruh” (badan halus). Sedangkan Nuqsyabandy yang kata Nuq berasal dari kata “Nuqus” berarti lukisan yang berada di badan dhohir (badan kasar). Sebagai suatu organisasi yang bergerak dalam bidang keagamaan tentu regenerasi merupakan suatu keniscayaan (keharusan), karena hal itu sangat berhubungan erat dengan masa depan (kelanjutan) dari suatu gerakan keagamaan.Pada tanggal 10 Juni 1966 sesuai dengan petunjuk Datuk Sakre (Syekh Muhammad Ali Batu) dan Datuk Mambalan (atau oleh masyarakat Mambalan disebut sebagai L.Gede Batu Riti)telah menunjuk putra beliau (yang saat itu belum lahir) yaitu Muhammad Ali Bagi Harta sebagai pengganti Bapak Guru dan nama Muhammad Ali Bagi Harta juga merupakan nama yang di berikan langsung oleh mereka . Kendati demikian,pengesahan secara resmi baru dapat di laksanakan pada tahun 1990-an pada saat Ulang Tahun Perguruan yang saksikan oleh Ketua MUI Bapak KH. Ahmad Usman dan seluruh jama’ah thoriqot Haq Nqasyabandy. Islam & Aqidah Islam dan aqidah sudah lama ada sejak manusia pertama Adam AS. Hingga sampai hari ini yaitu lebih kurang 21 abad yang telah dilalui manusia. Islam merupakan syariat hidup manusia yang dikaruniakan Allah untuk kesempurnaan hidup umat manusia. Islam juga merupakan satu-satunya alternatif pilihan cara hidup yang terbaik di alam dunia dan juga di alam akhirat nanti. Islam telah lama berkembang dari satu zaman ke zaman yang lain dari seorang Nabi ke seorang Nabi dan sampai pada tahap kesempurnaan Islam yaitu di zaman Rasulullah SAW. Syari’at hidup Islam, thecnologi Islam dan Ilmu-ilmu Allah turut berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Keagungan islam dalam bidang ilmu dan pencapaian thecnologi telah terbukti di zaman silam sebagai contoh : Di zaman Nabi sulaiman AS, manusia mampu membangun istana di atas air berdagang dengan jin, menggunakan tenaga buruh yaitu bangsa jin untuk membangun jalan raya, berbicara dengan binatang serta manusia bisa berjalan di atas air, terbang di udara tanpa menggunakan alat. Dizaman Nabi Yusuf AS manusia bisa menguasai ilmu technologi tinggi yaitu penafsiran mimpi dan hanya dengan tafsir mimpi Nabi Yusuf dapat menerangkan dasar ekonomi negara mesir didalam usaha untuk menghadapi kemarau panjang, sehingga dengan ilmu mimpi ini selamatlah negara mesir dari penderitaan kemarau panjang. Di zaman Nabi Musa AS yang terkenal dengan tongkatnya yang sanggup membuat air laut menjadi beku dan manusia bisa berjalan diatasnya. Di Zaman Nabi Daud AS manusia dapat mencairkan logam dengan tangan tanpa menggunakan api, sehingga sanggup membuat senjata pedang hanya dengan tangan Di zaman Nabi Ilyas AS, manusia dapat menguasai ilmu kedokteran dan Farmasi sehingga mampu membuat beranekaragam obat dan menyembuhkan berbagai penyakit. Di zaman Nabi Isa AS. Manusia dapat menguasai ilmu menghidupkan orang mati dan ilmu membaca bisikan hati manusia serta ilmu menyembuhkan orang buta. Dan ilmu-ilmu tersebut di atas pernah juga dikuasai oleh para wali-wali Allah seperti Sech Abdul Kadir Zailani, Wali Songo dan lain-lain. Persoalannya mengapa ilmu-ilmu ini tidak dapat dikuasai oleh manusia di zaman sekarang ? dan dimana letak kelemahannya ? untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat dulu pembagian ilmu yang ada dapat/ boleh/ bisa dikuasai oleh manusia : 1. Ilmu Qalam Ilmu Qalam ialah ilmu yang paling sederhana yang dapat dikuasai oleh manusia contoh : ilmu kedokteran, ilmu farmasi, ilmu ekonomi, ilmu antrofologi, ilmu hukum dan lain-lain. Ilmu yang demikian bisa dikuasai siapa saja yang mau belajar tidak terkecuali dia orang Islam, Kristen, Yahudi maupun Nasrani. 2. Ilmu Ghaib 3. Ilmu Syahadah Sedangkan Ilmu Ghaib dan Ilmu Syahadah tidak mungkin bisa dikuasai oleh orang-orang yang non muslim, ilmu ini hanya bisa dikuasai oleh orang Islam tapi mengapa orang Islam di zaman ini ketinggalan sekali disemua bidang ? pastilah ada penyebabnya………….!!!!! Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor penyebab kelemahan umat Islam di zaman ini untuk menguasai thecnologi dan Ilmu Allah yang tinggi ini antara lain : 1. Jatuhnya beberapa kerajaan Islam termasyur di dunia misalnya : Kerajaan Islam di Bakdad yang diserang oleh tentara Monghul yang menyebabkan : • Banyak beberapa ulama tasauf dibunuh dan berkorban dalam peperangan • Banyak kitab tasauf yang dibakar • Banyak bangunan-bangunan/ gedung-gedung yang bertechnologi Islam tinggi dibakar dan dimusnahkan. 2. Timbulnya pertentangan antara ahli syari’at dengan ahli tasauf yang menyebabkan ; • Banyak para ahli tasauf yang dibunuh oleh golongan syari’at antara lain ahli tasauf termasyur bernama Khalat. • Banyak ahli-ahli tasauf yang difitnah dan dikatakan membawa ajaran sesat • Para ahli syari’at membuat opini dan menyebarkan isu bahwa ilmu tasauf, ilmu para wali dan orang awam tidak perlu mempelajarinya, orang awam cukup belajar masalah dosa dan pahala saja. 3. Banyak dikalangan ahli tasauf bersikap pengecut, malu untuk berterus terang dan membuka ilmunya kepada masyarakat dengan dalih rahasia sehingga masyarakat dan generasi muda banyak yang awam atau buta tentang ilmu ini 4. Kurangnya minat umat islam untuk mempelajari. Mendalami ilmu tasauf karena dianggap sulit dan yang mempelajarinya bisa gila, karena masyarakat menganggap ilmu ini aneh. Empat faktor inilah yang menyebabkan ilmu tasauf dizaman sekarang ini tidak dapat dikuasai oleh umat islam.Beruntunglah orang yang dapat menguasai ilmu ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Hasyr : 22 Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al- Hasyr : 22) Pengertian Islam PENGERTIAN Islam : Islam itu mengandung 4 Huruf Jadi bila dirangkaikan Islam itu berbunyi : Allahu Salamun Laa Ilaaha Illallah Muhammadarrasulullah …. Firman Allah Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Q.S. Ali ‘Imran : 19) [189] maksudnya ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Quran. Pengertian Iman Iman ialah: Memancarnya Nur Ilahi di dalam Jantung atau Rohani yang bercaya, menerbitkan suatu kekuatan dan kekuatan tersebut menimbulkan suatu keyakinan terhadap suatu perkara yang Ghaib dan Mereka meyakininya tanpa sedikit pun ada rasa ragu-ragu. Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. At-Taghabun : 11) Keterangan : At- Taghabun ayat 11 artinya hari dinampakkan kesalahan. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada Pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nur : 35) [1039] yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, Biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain. [1040] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (Q.S. AL-Bayyinah : 7) Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Q.S. Al-Anfal : 2) [594] Maksudnya: orang yang Sempurna imannya. [595] dimaksud dengan disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya . Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (Q.S. Al-Ankabut : 2) Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (Q.S. Ath-Thalaaq : 2) Dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya, (Q.S. Faathir :20) Tauhid Kita bergantung kepada Allah secara mutlak tanpa ada sedikitpun rasa syak wasangka dan was-was terhadap Allah Artinya : Kita bertauhid kepada Zat, Pada Sifat, Pada Asma’ dan pada Af’al Allah Semata Tauhid pada Zat ialah : Kita mutlak yakin bahwa zat Allah lah yang memerintah alam maya ini (dunia dan isinya) dan tidak menyekutukan- Nya dengan yang lain Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. (Ali-Imran : 109) Tauhid pada Sifat ialah : Kita bergantung sepenuhnya pada Allah. Manusia tidak berhak atas segala sesuatu kecuali dengan izin Allah Artinya : kita menafikan diri jahir kita dan mengisbatkan diri kita hanya kepada Allah semata Tauhid pada Asma’ ialah : Kita memandang bahwa setiap yang ada dan wujud kita adalah membawa nama Allah dimanapun kita berada disitu ada Allah. Tauhid pada Af’al ialah : Kelakuan kita adalah kelakuan Allah SWT semata. Artinya : kita menafikan kelakuan diri jahir kita dengan mengisbatkan diri bathin kita itu ialah kelakuan zat Allah semata. 1. Suhudul Kasra fil wahda Artinya : saksikanlah pada yang banyak itu, kepada yang satu 2. Suhudul wahda fil Kasra Artinya : saksikanlah pada yang satu itu, kepada yang banyak Ma’rifatullah Mengenal Allah SWT. Pada Zat-Nya, pada Sifat-Nya, pada Asma’-Nya dan pada Af’al-Nya. 1. AWALUDIN MA’RIFATULLAH AWAL AGAMA MENGENAL ALLAH 2. LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH TIDAK SYAH SHOLAT TANPA MENGENAL ALLAH 3. MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA 4. ALASTUBIRAFBIKUM QOLU BALA SYAHIDENA BUKANKAH AKU INI TUHANMU ? BETUL ENGKAU TUHAN KAMI, KAMI MENJADI SAKSI (Q.S AL-‘ARAF 172) 5. AL INSAANU SIRRI WA ANNA SIRRUHU MANUSIA ITU RAHASIAKU DAN AKULAH RAHASIANYA 6. WAFI AMFUSIKUM AFALA TUB SIRUUN AKU ADA DI DALAM JIWAMU MENGAPA KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN 7. WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ AKU LEBIH DEKAT DARI URAT NADI LEHERMU 8. LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH AKU TIDAK AKAN MENYEMBAH ALLAH BILA AKU TIDAK MELIHATNYA LEBIH DAHULU HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH Pada alam Raibul Ruyub yaitu dalam keadaan antah berantah pada zat semata-mata yaitu pada belum ada awal dan belum ada akhir, belum ada bulan, belum ada matahari, belum ada bintang belum ada sesuatu. Malahan belum ada tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan ini, diri yang empunya zat tersebut ialah mentajalikan diri-Nya untuk memuji diri-Nya Lantas ditajali-Nya-lah Nur Allah dan kemudian ditajali-Nya pula Nur Muhammad yaitu insan kamil, yang pada peringkat ini dinamakan anta ana, ana anta. Maka yang empunya zat bertanya kepada Nur Muhammad dan sekalian roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba. Lantas ditanyakannya kepada Nur Muhammad, apakah Aku ini Tuhanmu? Maka menjawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh roh, ya Engkau Tuhanku. Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Araf 172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", Selepas pengakuan atau persumpahan Roh ini dilaksanakan maka bermulalah era baru di dalam perwujudan Allah SWT. Seperti firman Allah dalam hadits qudsi yang artinya : “Aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan makhluk ini dan perkenalkan diriku kepada mereka lalu merekapun mengenal diriku. Apa yang dimaksud dengan makhluk ini ialah : Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam maya ini dijadikan dari pada Nur Muhammad. Tuhan yang empunya zat mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri dengan diri Rahasianya sendiri, maka diri rahasianya itu adalah ditanggung dan diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama : Insan yang bertubuh diri bathin (Roh) dan diri bathin itulah diri manusia atau rohani. Firman Allah dalam hadits qudsi : Al-Insaanu Sirri wa Ana Sirruhu Artinya : Manusia itu adalah Rahasiku dan akulah yang menjadi rahasianya. Jadi yang dinamakan manusia itu ialah : karena Ia mengandung Rahasia Dengan perkataan lain manusia itu menanggung Rahasia Allah maka manusia harus berusaha mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal Tuhan-Nya, sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada yang empunya diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT. Yaitu Tatkala berpisah Roh dengan jasad. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 58 sbb: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam hadits qudsi : Man arafa nafsahu, paqat arafa rabbahu. Artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya Dalam menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah ditawarkan rahasia-Nya itu kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup menerimanya. Seperti firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72. Inna ‘araf nal amanata, alas samawati wal ardi wal jibal fa abaina anyah milnaha wa as fakna minha, wahama lahal insannu. Artinya : sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan memikulnya dan mereasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya. Oleh karena amanat (rahasia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang empunya Rahasia Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri bathin/Roh) untuk tujuan inilah maka Adam dilahirkan untuk memperbanyak diri, diri penanggung rahasia dan berkembang dari satu dekade ke satu dekade, dari satu generasi ke generasi yang lain sampai alam ini mengalami kiamat dan rahasia dikumpulkan kembali. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun. Artinya : kita berasal dari Allah , kembali kepada Allah. Tingkat Ilmu ILMU QALAM ialah yang paling rendah tingkatannya yaitu Ilmu dunia. Namun demikian dengan ilmu ini manusia sudah sampai pergi ke Bulan. ILMU GHAIB ialah Ilmu yang diterima manusia melalui jalan laduni yaitu dengan petunjuk guru Ghaib yang Mursyid.melalui 5 cara : 1. NUR yaitu petunjuk ghaib yang diterima melalui mimpi-mimpi yang bisa diterjemahkan oleh guru ghaib. 2. TAJALI yaitu ilmu ghaib yang diterima melalui penjelmaan buah pikiran dari pada perasaan ZUK sesama mereka menjalani latihan tareqat tasauf,sehingga muncul dari akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Misalnya : Terbacalah olehnya sepotong do’a sedangkan do’a tersebut belum pernah dibacanya atau diketahuinya. 3. CARA SIR ialah : suatu jalan penyampaian ilmu ghaib secara Rahasia, ia hanya dapat dirasai dan didengar oleh seseorang itu secara Mutlak. Dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang data ng kepadanya. Suara tersebut akan memberi tahu sesuatu dan mengajarkan ilmu ghaib dengan terang dan jelas berupa bisikan dan disertai dengan satu Kelejatan yang sulit untuk diceritakan. 4. CARA SIRUSIR ialah : Suatu cara penyampaian ilmu ghaibdengan cara rahasia.seseorang yang menerima ilmu ghaib dengan cara ini mereka dapat meliat dengan mata Bathin dan mendengar dengn telinga bathin. 5. CARA TAWASSUL ialah penjelmaan seorang guru atau wali-wali Allah yang ghaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang menjalankan ilmu tasauf. Mereka ketemu dengan keadaan nyata (hidup) bukan dalam mimpi, dia datang sama seperti kedatangan tamu biasa atau kawan kita. Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat oleh orang ramai, bila kebetulan penjelmaan itu terdapat banyak orang. Perlu diingat kedatangan mereka merupakan suatu penghomatan yang besar kepada ahli tasauf atau murid yang sedang mendalami ilmu tasauf. Bagi mereka yang dapat mengusai dan mengalami sendiri ilmu ini maka sudah pasti mereka dapat menjelajahi seluruh Alam Maya. Mereka diberi peluang untuk menjelajahi alam lain termasuk alam Barzah,Surga dan Neraka.Arash dan Qursi Allah SWT. Bagi mereka yang sudah sampai ketahap ini sulit diterima oeh tahap-tahap pemikiran manusia. Mereka yang sudah sampai keperingkat ini jiwanya akan tenang disamping Tuhannya, semasa hidupnya didunia ini dan juga dialam akhirat nanti, mereka adalah termasuk dikalangan manusia yang baik dan beruntung. ILMU SYAHADAH : Ialah merupakan martabat ilmu yang tertinggi,karena ilmu ini Tuhan sendiri yang akan mengajarkannya kepada manusia. Manusia diajarkan untuk mengenali dirinya (Jasmani) dan diri bathinya (Rohani). Hanya orang-orang yang mempunyai martabat tinggi disisi Allah yang dapat menguasai ilmu ini. Ilmu ini sangat luar biasa karena hanya dimiliki oleh para Rasul, Nabi dan wali-wali Allah yang teragung.maka beruntunglah manusia yang termasuk wali-wali Allah. ……MAN ARAFA NAFSAHU,FAKAT ARAFA RABBAHU……………………….. (“ Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya “). Nyawa 1. Nafas Berada dimulut yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia 2. Ampas Berada dihidung yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia 3. Tanapas Berada ditengah-tengah antara telinga kanan dan telinga kiri 4. Nupus Berada dijantung yaitu keadaan kedalam jua, tidak keluar tidak kekanan, maupun kekiri, keatas maupun kebawah, kehadapan maupun kebelakang, yaitu Alif pada insan yang meliputi sekalian tubuh manusia. • Hidup Nafas Karena Ampas • Hidup Ampas Karena Tanapas • Hidup Tanapas Karena Nupus • Hidup Nupus Dengan Rahasia Dan Rahasia Itu Adalah Diri Rahasia Allah SWT, Yaitu Diri Bathin Manusia Tubuh Manusia Asal tubuh manusia terdiri dari empat dasar yaitu Tanah, Air, Angin dan Api Kesemuanya itu dari pada Nur Muhammad juga adanya : Adapun asal kejadian diri terdiri dari tiga perkara : Bapak Ibu Tuhan Urat besar Rambut Penglihatan Urat kecil Kulit Pendengaran Tulang Daging Pengrasan Otak Darah Penciuman Nyawa Jadi kesemuanya ini berjumlah 13 (tiga belas) perkara dan terhimpun dalam rukun shalat 13 (tiga belas) perkara. Syari’at Thoriqat Haqiqat Ma’rifat - Syari’at Tubuh - Af’al Allah (Diri Terperiksa - Syari’at Ilmul yakin) - Thariqat Hati - Asma’ Allah (Diri Terperi - Thariqat Ainul yakin) - Haqaiqat Ruh - Sifat Allah (Diri Tajalli - Haqiqat Hakul yakin - - Ma’rifat Rahasia - Zat Allah (Diri Tajalli - Ma’rifat Kanalul yaqin Adapun yang empat ini terhimpun didalam : LA Jasmani yakni Syari’at tubuh ( Syari’at itu perbuatanku-Jalal) ILAHA Ruhani yakni Thariqat hati (Thariqat itu kataku-Jamal) ILLA Haqiqat nyawa (Haqiqat itu kediamanku-Kahhar) ALLAH Ma’rifat atau Rahasia (Ma’rifat itu Rahasiaku-Kamal) Apabila kita hendak mencari/mengenal “Diri” maka hendaklah terlebih dahulu kita ketahui/kita kenal akan “Rahasia Nur Muhammad”. karena rahasia Nur Muhammad itulah sebenar-benarnya diri. Adapun yang bernama diri itu terbagi dua bagian : Pertama Diri yang Lahir : dan kedua Diri Bathin : Adapun diri yang lahir itu berasal dari Anasir Adam yaitu : Api Angin Air Bumi Adapun “Api” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf Alif bernama “Zat” menjadi rahasia hurufnya “Darah” pada kita. Adapun “Angin” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf “Lam Awwal” “Sifat” menjadi nyawa hurufnya “Nafas” pada kita. Adapun “Air” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf Lam Akhir bernama “ Asma’ “menjadi Hati hurufnya “Mani” pada kita. Adapun “Bumi” itu terbit daripada yang bathin ,berhuruf “Ha” bernama “Af-al” menjadi Kelakuan hurufnya”Tubuh” pada kita. Jadi jika demikian diri kita yang lahir itu,terbit dari pada Bayang-bayang diri kita yang bathin juga berhuruf / berkalimah “Allah” danjanganlah kiranya syak dan waham lagi. Kemudia,sesudah kta ketahui Diri yang lahir itu,hendaklah kita ketahui pula Diri kita yang bathin : siapa yang mana ?sebab diri yang bathin itulah yang bisa mengenal Tuhannya,seperti sabda Nabi Muhammad SAW : Artinya : Barang siapa akan mengenal dirinya,maka akan dikenalnya Tuhannya. Sebelum kita mengenal diri kita yang bathin,hendak lebih dahulu kita matikan/fanakandiri kita yang lahir yang berwujud nama Allah itu seperti disabdakan oleh Nabi SAW : Artinya : Matikan dirimu sebelum kamu mati. Jika sudah mati/fana diri kita yang lahir itu,barulah Nyata diri kia yang bathin yang disebut sebenar-benarnya diri. Adapun cara mematikan diri yang lahir itu adalah dengan manafikan huruf-hurufnya : Alif Lam Lam Ha. Jadi jika diri kita yang lahir itu nyata sudah fana artinya sekali-kali tiada mempunyai ada lagi,berarti diri kita yang lahir ini Lebur/lenyap kepada diri yang bathin. Artinya: Dari pada tiada menjadi tiada,dan dari pada ada kembali menjadi tiada. Maksudnya,Diri yang lahir ini sehelai rambut-pun tiada menpunyai ada lagi dan tiada boleh dikatakan ada pada ilmunya hanya diri yang bathin yang bernama Muhammad seperti tersebut dalam hadits qudsi : Artinya : Kujadikan engkau (ya Muhammad) karena aku,dan kujadikan sesuatu karena engkau. Jadi jelaslah,bahwa yang bernama Muhammad itulah sebenarnya diri yang bathin.hendaknya janganlah kita syak dan atau waham lagi: karena Muhammad itulah yang ada mempunyai Tubuh,Hati,Nyawa,dan Rahasia. Adapun Tubuh Muhammad itulah yang bernama Alam Insan yakni syari’at. Adapun Hati Muhammad itulah yang bernama Alam Jisin yakni Thariqat. Adapun Nyawa Muhammad itulah yang bernama Alam Misal yakni Haqiqat. Adapun Sir Muhammad itulah yang bernama Alam Ruh yakni Ma’rifat. Sesudah demikian itu,hendaklah Muhammad itu pula yang mengenal Tuhannya.akan tetapi Muhammad belum bisa mengenal Tuhannya sbelum fana Tubuhnya,Hatinya,Nyawanya,dan Rahasianya. Zatnya,Sifatnya,Asma’nya,Af-alnya. Firman Allah artinya: katakan olehmu (Muhammad) bahwasanya Allah ta’ala itu Esa : Esa pada Zatnya,Esa pada sifatnya,Esa pada Asma’nya,Esa pada Af-alnya. Dan lagi Firman Allah artinya: Serahkan dirimu hai (Muhammad) pada Tuhan-mu yang hidup dan tiada mati. Mengenai Muhammad menyerahkan dan mengesakan diri kepada allah seperti diuraikan dibawah ini : jangan syak dan waham lagi terhadap perkataan diri. Adapun Bathin Muhammad adalah Zat kepada Allah,Rahasia kepada hamba. Adapun Awwal Muhammad adalah Sifat kepada Allah,Nyawa kepada hamba. Adapun Akhir Muhammad adalah Asma’ kepada Allah,Hati kepada hamba. Adapun Zahir Muhammad adalah Af-al kepada Allah,Tubuh kepada hamba. Adapun yang disebut hamba itu tiada lain dari pada Muhammad jua :dan jangan sekali-kali disangka hamba itu adalah kita,karena kita ini pada ilmunya sudah tidak ada lagi . Jadi,Rahasia-Nyawa-Hati-Tubuh-Muhammad itupun tiada jua karena sudah fana kepada zat-nya-sifatnya-asma’nya-af-alnya yakni Allah Ta’ala jua adanya.seperti firman Allah didalam Al-qur’an.artinya : Allah jua Tuhan yang awwal tiada baginya permulaan,dan ia jua yang akhir yang tiada baginya berkesudahan,dan ia jua yang Zahir,serta ia jua yang Bathin. Jadi,kita ini atau tubuh kita yang kasar ini-pada haqiqatnya/ilmunya fana kepada Maqam Baqa’ (fana kepada allah jua adanya) yaitu fana fillah dan Maqam Billah. Segala perbuatan adalah perbuatan Allah ,sihamba sawa sekali tidak memiliki perbuatan. Segala asma’ pada hakekatnya adalah Asma’ Allah Nur Nabi kita Muhammad SAW.dari pada Nur Zat Allah Ta’ala sekian mahluk dan segala sesuatu dijadikan dari padanya. Segala sifat pada hakekatnya adalah sifat Tuhan yang ada pada hamba adalah makna wujudnya. Itulah …….orang-orang yang sebenar-benarnya ma’rifat kepada Allah. Hakikat Solat Petunjuk mengerjakan sholat berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Syah shalat tergantung rukun shalat Rukun Shalat ada 13 perkara : Harus memenuhiketenyuan sebagai berikut : I. Qalbi / Qalbu (Hati) II. Qauli (ucapan/Bacaan) III. Fikli (perbuatan) Yang dikerjakan Qalbi / Qalbu (Hati) ada dua macam : 1. Niat Buka Hakekat. 2. Tertib Berurutan,tidak boleh dibolak-balik Pengertian Niat secara hakekat ialah : Tetap yaitu Buka Hakeket,menghadirkan Qalbu. Pengertian Tertib secara hakekat ialah : Berhadapan Yang dikerjkan oleh Qauli ada 5 Yaitu : 1. Takbiratul ikhram (Allahu Akbar) 2. Membaca Alfateha 3. Membaca Tasyahud Akhir 4. Membaca Shalawat Nabi 5. Salam Yang dikerjakan oleh Fikli ada 6 Yaitu : 1. Berdiri (bagi yang mampu 2. Ruku’ 3. I’tidal 4. Sujud 5. Duduk diantara dua sujud/salam 6. Duduk pada tasyahud akhir Urut-Urutan Rukun Solat sebagai berikut : 1. Niat Buka Hakekat 2. Berdiri (bagi yang mampu) 3. Takbiratul Ikhram (membaca Allahu Akbar) Allah = Asma’ Akbar = Maha Besar 4. Membaca Al’fateha 5. Ruku’ 6. I’tidal 7. Sujud 8. Duduk diantara dau sujud/salam 9. Duduk pada Tasyahud akhir 10. Membaca Tasyahud akhir 11. Membaca shalawat Nabi 12. Salam 13. Tertib Niat Dengan membaca usalli itu perbatan Ulama Muthahirin (Ulama sekarang) yang ada di Indonesia,dan tidak ada dasar hukumnya.Di Arab (Mekkah / Madinah) tidak dikenal kata Usalli. Dan apabila usalli ini dilakukan berarti : Berdiri dulu baru Niat, jelas hal ini melanggar Rukun Shalat karena tidak tertib. Jika Usalli ini merupakan Lafas Niat berarti menambah Rukun. Menurut Imam Syafi’I Awal shalat itu ialah Zikri. Yang dimaksud Zikri ialah : Allau Akbar bukan Usalli Dan pengertian Mazhab dalam Islam sebenarnya tidak ada. Hal ini diperkuat oleh : DR. Muatofa Muhammad ASY. Syak’ah (seorang pakar Muslim). Dalam bukunya : “ISLAM TIDAK BERMAHZAB” PENERBIT : GEMA INSANI JAKARTA 1994. Kesilpulan : 1. Syahnya shalat itu letaknya di Niat (hadirnya Qalbu / hati),Rukunnya benar (sesuai dengan Rukun) 2. Kunci Shalat di Takbiratul Ikhram yaitu menyatukan syariat,Tharekat,hakekat dan Ma’rifat habisnya di Allahu Akbar (Takbiratul Ikhram). 3. Kekuatan Shalat di Al’fateha 4. Tulang / tiangnya Shalat itu di Ilmu Firman Allah : “WAS TA’INU BIS SABRI WAS SHALATI WAINNAHU LAKABIRATUN ILLA ALAL HASIRIN,” Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusuk. (QS.AL-BAQARAH : 45). Sehingga Nabi / Rasul bersabda : ‘ ASHALATU MIFTAHU KULLI HAIRIN “ Artinya : Shalat adalah kunci dari segala kebaikan. Jadi bila ada orng shalat masih berbuat maksiat,berarti shalatnya perlu dipertanyakan ! Orang-orang seperti inilah dikategorikan perusak Islam,yaitu. 1. Melakukan sesuatu tanpa diketahuinya (tanpa dimengerti) maknanya. 2. Diketahuinya yang benar tapi tidak dikerjakannya. 3. Tidak diketuinya (tidak di mengerti) tapi tidak mau belajar dan bertanya. 4. Mencela orang yang berbuat baik (ibadah kepada Allah),orang berzikir atau shalat karena tidak sama dengan dia mlah difitnah padahalkan dia tidak punya ilmu alias tidak mengerti,tidak paham bagaimana caranya beribadah dengan benar sesuai Rukun. Yang membatalkan shalat ada 12 Perkara : 1. Sengaja berbicara 2. Bergerak yang bukan gerakan shalat berturut-turut 3 kali. 3. Berhadats kecil atau besar 4. Terkena najis 5. Terbukanya Aurat dengan sengaja 6. Berubah Niat 7. Membelakangi Kiblat 8. Makan atau minum dengan sengaja walaupun sedikit 9. Tertawa terbahak-bahak 10. Murtad 11. Meninggalkan salah satu rukun dengan sengaja 12. Mendahului Imam sebanyak 2 Rukun HAKEKAT RUKUN SEMBAHYANG (13 PERKARA) IALAH : Mengandung makna hakekat sendi-sendi besar yang bergerak pada tubuh manusia, yaitu : 1. Sendi Tengkuk 2. Sendi bahu kanan 3. Sendi lengan kanan 4. Sendi tangan kanan 5. Sendi bahu kiri 6. Sendi lengan kiri 7. Sendi tangan kiri 8. Sendi paha kanan 9. Sendi paha kiri 10. Sendi lutut kanan 11. Sendi kaki kanan 12. Sendi kaki kiri 13. Sendi lutut kiri Bergeraknya 13 sendi-sendi besar didalam tubuh,membuat badan menjadi sehat Niat senbayang dibagi empat : 1. Niat Basitah 2. Niat Tauzi’iyah 3. Niat Hurupiah 4. Niat Kamaliyah Niat yang batal Tidak ada dasar hukumnya, hanya kesepakatan Ulama. 1. Niat Basitah Artinya terhampar,mu7lai dari usalli lalu diartikan didalam hati. 2. Niat Tauzi’iyah ialah mengartikan dalam satu kalimat Contoh : Usalli fardal juhri Arba’araka atin lillahi ta’ala (tidak diartikan didalam hati 0. 2 Niat Yang Syah : Niat hurupiah ialah : Menghandirkan zat shalat dulu sedikit sebelum takbiratl ikhram. Zat shalat ialah Qalbu atau hati. Dasar hukumnya hadits Nabi “LA SHALATAN ILLA BIHUDURIL QALBI” Artinya : Tidak syah shalat kalau tidak hadir Qalbu / hatinya. Niat Hurupiah ini ada 3 yaitu : 1. Dani yaitu Roh Tabi’i 2. Usto’ yaitu Roh ‘Idafi 3. Kasui yaitu Roh Rohani yang lebih tinggi dari Dani dan Usto’ 2. Niat Kamalia yaitu : Niat para Nabi / Wali artinya mulailah Niat yang syah itu dari huruf Alif Allah dan diakhiri dengan Allahu Akbar. Roh Rabbani.Alif Allah ialah Qalbu. Jadi berdasarkan Niat tersebut diatas yang shalat itu sebenarnya Roh kita,maka Niatnya juga harus Niat Roh yaitu Buka hakekat,Menyamakan alam. Roh / nyawa berasal dari Allah,kembali kepada Allah Badan / Jasad berasal dari tanah kembali ketanah. Pertanyaannya : Bagaimana caranya buka hakekat ? Belajar pada orang yang ahli dibidangnya,karena tidak bisa dijelaskan pada tulisan ini. Dalil yang mendukung 2 Niat yang syah : 1. Awwaluddin Ma’rifatullah artinya : Awal agama mengenal Allah (Hadits Qudsi) 2. Layasul shalat illa bin ma’rifat artinya :Tidak syah shalat tanpa mengenal Allah (Hadits Qudsi) 3. La shalatan Bi Huduril Qalbi artinya :Tidak syah shalatnya kalau tidak hadir hatinya atau Qalbunya.(Hadits Qudsi) 4. W Qalbi Mu’minin Baitullah artinya : Jiwa (hati) orang Mu’min itu rumah Allah (Hadits Qudsi) 5. Wafi ampusikum afala tubsirun artinya : Aku ada didalam jiwamu (hatimu) mengapa kamu tidak melihat (QS.ZARIAT 21). 6. Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu artinya : Barang siapa mengenal dirinya dia akan mengenal Tuhan-nya.(Hadits Qudsi) 7. Lat5ak budu Rabbana lam yarah artinya : Aku (Saidina Ali) tidak menyembah Allah bila aku tidak melihatnya. (Hadits Qudsi) 8. Wakulu man Birairi Ilmin Ya’malu akmaluhu Mardudatun Latak balu artinya : Setiap orang dengan tanpa ilmu dia beramal, maka amal-amalnya ditolak,tidak diterima (Hadits Qudsi) 9. Fas’alu ahlaz zikri inkuntum latak lamun artinya : Bertanyalah kepada orang mempunyai pengetahuan (ilmu) atau pada ahlinya jika kamu tidak mengerti/tidak mengetahui.(QS.AN-Nahl 43) 10. Dan seterusnya………banyak lagi dalil-dalil yang mendukung 2 Niat yang syah tersebut diatas. Nabi Bersabda : Bismillahirahman Nirrahim “INNA AURAMA YANJURU MIN AKMALIHIS SHALAT PA’IN ZAJAT LAHU NUJIRA FISA IRI AKHMALIHI WAINLAM TAJUD LAHU YANJURU FISAI IN MIN AKHMALIHI BAKDA” Artinya : Sesungguhnya yang mula-mula dilihat oleh Allah dari amal perbuatan dari anak manusia adalah shalatnya. Apa bila shalatnya sempurna maka diterimalah shalatnya itu dengan amal-amal yang lain. Jika shalatnya tidak sempurna maka ditolaklah shalatnya itu dengan amal-amal yang lain. (HR,Al-Hakim). “YAKTI ALANNAASI ZAMANU YUSALLUUNA WAYA TUSALLUUN “ Artinya : Akan datang kepada manusia suatu zaman ,banyak yang shalat padahal sebenarnya mereka tidak Shalat (HR.Ahmad). PAWAILUL LIL MUSALLIN……..Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat. ALLAZINAHUM AN SHALATIHIM SAHUN …….(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS>Al-Maun 4,5) QAD AFLAHA MAN TAJAKKA, WAJA KARAS MARABBIHI FASHALLAH Artinya :Sesungguhnya berbahagialah orang-orang yang selalu mensucikan dirinya (jiwanya). Dan ia ingat nama Tuhannya lalu ia shalat.(AL-A’LQA 14,15). MANUSIA Tatkala manusia dilahirkan kedunia, Bayi itu menangis dan tangisan tersebut mengandung makna sebagai berikut : 1. Tangisan pertama manusia itu merasa berat bebannya karena harus menanggung Rahasia Allah (Nyawa/ Roh). 2. Tangisan kedua manusia merasa gembira karena telah dilahirkan kedunia dan menjadi mahluk yang termulia. Bayi yang berumur satu hari membawa kalimah pikun ( ) dan ketika Bayi mulai ketawa Ahmad Namanya. Kemudian masa genggaman tangan mulai terbuka Muhammad Namanya ( ) sampai akil Baliqh,namanya muhammad Dan pada masa akil Baliqh inilah segala perintah Allah wajib baginya. Manusia atau Insan terdiri dari : 1. Jasmani atau Jasad Kasar 2. Rohani atau Jasad Halus Jasmani atau Jasad kasar ini dinamakan Muhammad. Sedangkan Rohani atau Jasad Halus dinamakan diri Bhatin atau Roh atau diri Rahasia Allah. Tanpa diri bhatin atau Roh manusia itu disebut mayat. Jadi yang dinamakan manusia itu karena dia menanggung Rahasia Allah (nyawa/Roh). Karena manusia menanggung Rahasia Allah (diri Bhatin/Nyawa/Roh)maka manusia harusberusaha mengenal dirinya yaitu diri yang sebenar-benarnya diri dan dengan mengenal dirinya manusia akan mengenal Tuhannya,Sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada yang punya diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT yaitu tatkala berpisah antara Roh/Nyawa dengan Jasadnya. Manusia akan berguna disisi Allah jika ia dapat menjaga Rahasia Allah (Nyawa/Roh) yaitu diri yang sebenar-benarnya diri. Sehingga sembahyang itu bukan berarti menyembah,tapi suatu istiadat penyaksian diri sendiri dan sesungguhnya tiada diri kita tiu hany6alah diri Allah semata . Kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung Rahasia Allah SWT.dan tiada sesuatu pada diri kita hanya Rahasia Allah semata,serta tiada sesuatu yang kita punya kecuali Hak Allah semata. Fiaman Allah Dalam Al-Qur’an Surat AL-AHZAB 72 “INNA ‘ARADNAL AMANATA ‘ALAS SAMAWATI WAL ARDI WAL JIBAL. FA ABAINA ANYAH MIL NAHA WA’ASFAKNA MINHA WAHAMALAHAL INSANU” Artinya : “Sesungguhnya kami (Allah) lelah menawarkan suatu amanat kepada langit, Bumi, dan Gunung-gunung tapi mereka enggan menerimanya (Memikulnya) karena merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya”. Dan karena Firman Allah inilah kita mengucap “ASHADU ALLAA ILAA HA ILALLAH, WA ASHADU ANNA MUHAMMAD DARRASULULLAH”. Artinya :Kita bersaksi dengan diri kita sendiri,bahwa tiada yang nyata pada diri kita hanya Allah SWT. Semata, dan tubuh zahir kita (Muhammad) sebagai tempat menangggung Rahasia Allah. ALLAHUMMA SHALLI ‘ALA SYAIDINA MUHAMMAD WA’ALA ALI SYIDINA MUHAMMAD. KAMA SALAITA ‘ALA SYAIDINA IBRAHIM,WA’ALA SYAIDINA IBRAHIM,WABARIK ‘ALA SYAIDINA MUHAMMAD,WA’ALA SYAIDINA MUHAMMAD,KAMA BARAKTA ‘ALA SYAIDINA IBRAHIM,WA’ALA SYAIDINA IBRAHIM.FIL ALAMIN INNAKA HAMIDUN MAJID. Dasar Hukumnya. AL-QUR’AN Surat AL-ZARIYAT 21. WA FII ANFUSIKUM AFA LAA TUBSHIRUUN. Artinya : “Aku (Allah) ada pada dirimu (Jiwamu) mengapa kamu tidak memperhatikan.(tidak melihat). WALIL LAHIL ASMA’UL HUSNA FAD ‘UHU BIHA. Artinya : “Hanya milik Allah Asma’ul Husna,maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna itu (QS.AL-ARAF 180). INNAMA YATAZAK KARU ULUL-ALBAB Artinya : “ Hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran ini. (QS.AR-RADU 19). ALLAZINA YUFUNA BI’AHDILLAHI WALA YAN QUDUNAL MISAQ Artinya : “(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji.(QS.AR-RADU 20). Berdiri menyaksikan diri sendiri, kita bersaksi dengan diri kita sendiri, bahwa tiada yang nyata pada diri kita… hanya diri bathin (Allah) dan diri zahir kita (Muhammad) adalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah SWT. Hal ini terkandung dalam surat Al-Fatehah yaitu : Alhamdu (Alif, Lam, Ha, Mim, Dal) Kalimat alhamdu ini diterima ketika rasulullah isra’ dan mi’raj dan mengambil pengertian akan hakekat manusia pertama yang diciptakan Allah SWT. Yaitu : Adam AS. Tatkala Roh (diri bathin) Adam AS. Sampai ketahap dada, Adam AS pun bersin dan berkata alhamdulillah artinya : segala puji bagi Allah Apa yang di puji…. Adalah : zat (Allah) , Sifat (Muhammad), Asma’ (Adam) dan Af’al (Manusia): Jadi sembahyang itu bukan sekali-kali berarti : Menyembah, tapi suatu istiadat penyaksian diri sendiri dan sesungguhnya tiada diri kita itu adalah diri Allah semata.Kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah SWT. Dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah semata serta.. tiada sesuatu yang kita punya : kecuali Hak Allah semata. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab 72 Inna ‘aradnal amanata ‘alas samawati wal ardi wal jibal. Fa abaina anyah milnaha wa’asfakna minha wahamalahal insanu. Artinya : “sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan menerimannya (memikulnya) karena merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya” Dan karena firman Allah inilah kita mengucap : “Asyahadualla Ilaaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadar Rasulullah” Yang berarti : Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita sendiri hanya Allah Semata dengan tubuh zahir kita sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya sampai dengan tanggal yang telah ditentukan. Manusia akan berguna disisi Allah jika ia dapat menjaga amanah Rahasia Allah dan berusaha mengenal dirinya sendiri. Karena bila manusia dapat mengenal dirinya, maka dengan itu pulalah ia dapat mengenal Allah. Hadits Qudsi…. “MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU” Artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Allah ALIF ITU ARTINYA : NIAT SEMBAHYANG LAM ITU ARTINYA : BERDIRI HA ITU ARTINYA : RUKU’ MIM ITU ARTINYA : DUDUK Perkataan pertama dalam sembahyang itu adalah : Allahu Akbar (Allah Maha Besar) Perkata ini diambil dari peringatan ketika sempurnanya roh diri Rahasia Allah itu dimasukkan kedalam tubuh Adam AS. Adam AS. Pun berusaha berdiri sambil menyaksikan keindahan tubuhnya dan berkata : Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Dalam sembahyang harus memenuhi 3 syarat : 1. Fiqli (perbuatan) 2. Qauli (bacaan) 3. Qalbi (Hati atau roh atau qalbu) Mengapa kita sembahyang sehari semalam 17 rakaat : Adalah mengambil pengertian sebagai berikut : Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah 1. Ah Itu Menandakan Sembahyang Subuh Rakaat Yaitu Zat Dan Sifat 2. Allah Itu Menandakan Sembahyang Zohor Rakaat Yaitu : Wujud, Alam, Nur Dan Shahadat. 3. Muhammad Itu Menandakan Sembahyang Asar Rakaat Yaitu : Tanah, Air, Api, Dan Angin 4. Adam Itu Menandakan Sembahyang Maghrib Rakaat Yaitu : Ahda, Wahda, Dan Wahdia 5. Hawa Itu Menandakan Sembahyang Isya Rakaat Yaitu : Mani’, Manikam, Madi, Dan Di MENGAPA KITA SEMBAHYANG SEHARI SEMALAM 17 RAKAAT : Adalah mengambil pengertian sebagai berikut : Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah ( ) 1. AH ( ) itu menandakan sembahyang subuh.......”2”rakaat yaitu…Zat dan Sifat 2. ALLAH itu menandakan sembahyang Zohor “4” rakaat yaitu :Wujud,Alam,Nur dan Syahadat. 3. MUHAMMAD itu menandakan sembahyang Asar “4” rakaat yaitu : Tanah,Air,Api dan Angin. 4. Adam itu menandakan sembahyang Magrib “3” rakaat yaitu :Ahda,Wahda,dan Wahdia. 5. HAWA itu menandakan sembahyang Isya “4” rakaat yaitu : Mani,Manikam,Madi dan DI. MENGAPA KITA MENGUCAP DUA KALIMAH SYAHADAT 9 KALI DALAM 5 WAKTU SEMBAHYANG Sebab diri bathin manusia mempunyai 9 wajah. Dua kalimah syahadat pada : 1. Sembahyang SUBUH 1 kali itu memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIRUSIR (Rahasia didalam Rahasia) 2. Sembahyang ZOHOR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIR dan AHDAH 3. Sembahyang ASAR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat WAHDA dan WAHDIA 4. Sembahyang MAGHRIB 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat AHAD dan MUHAMMAD 5. Sembahyang ISYA 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat MUSTAFA dan MUHAMMAD MENGAPA KITA HARUS BERNIAT DALAM SEMBAHYANG Karena : niat itu merupakan kepala sembahyang. Hakekat niat letaknya pada martabat alif dan ataupun kalbu manusia didalam sembahyang itu kita lapazkan didalam hati : Niat sbb : “aku hendak sembahyang menyaksikan diriku karena Allah semata-mata.” Dalilnya : 1. LA SHALATAN ILLA BI HUDURIL QALBI Artinya : Tidak Sah Shalat Nya Kalau Tidak Hadir Hatinya (Qalbunya) 2. LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH Artinya : Tidak Syah Sholat Tanpa Mengenal Allah 3. WAKALBUL MU’MININ BAITULLAH Artinya : Jiwa Orang Mu’min Itu Rumahnya Allah 4. WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ Artinya : Aku (Allah) Lebih Dekat Dari Urat Nadi Lehermu 5. IN NAMAS SHALATU TAMAS KUNU TAWADU’U Artinya : Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhannya Adalah Cinta. Cintailah Allah Yang Karena Allah Engkau Hidup Dan Kepada Allah Engkau Kembali. (H.R. Tarmizi) 6. AKI MIS SHALATA LI ZIKRI Artinya : Dirikan Shalat Untuk Mengingat Allah (QS. Taha : 145) Sedangkan : 1. Al-Fatehah ialah merupakan tubuh sembahyang 2. Tahayat ialah merupakan hati sembahyang 3. Salam ialah merupakan kaki tangan sembahyan HAKEKAT AL-FATEHA DALAM SHALAT 1. Membersihkan hati dari syirik kepada Allah SWT 2. Mengingat kita bahwa tubuh manusia itu mempunyai 7 lapis susunan jasad yaitu : 1. Bulu 2. Kulit 3. Daging 4. Darah 5. Tulang 6. Lemak 7. Lendir 3. 7 ayat dalam Al-Fatehah merupakan tawaf 7 kali keliling ka’bah. HAKEKAT ALLAHU AKBAR DALAM SHALAT IALAH : “Mengambil magna ucapan Nabi Adam AS. Ketika berdiri menyaksikan dirinya sendiri dan Nabi Adam AS. Mengucap kalimah Allahu Akbar. Peristiwa ini merupakan tajali (perpindahan) diri rahasia Allah sehingga dapat di tanggung oleh manusia dengan 4 perkara yaitu : 1. Wujud 2. Ilmu 3. Nur 4. Syahadat Perkataan Allah pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat zat sedangkan perkataan “Akbar” pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat : sifat. Jadi zat dan sifat itu tidak boleh berpisah, zat dan sifat sama-sama saling puji memuji DALAM SHALAT ITU JUGA MENGANDUNG HAKEKAT ZAKAT. Hakekat zakat dalam shalat ialah : Mengandung makna “ Pembersih hati “ dari pada syirik kepada Allah SWT. “ Iiya Kanak Budu Wa Iiya Kanasta’in” Hanya kepada Allah lah aku menyembah dan hanya kepada Allah lah aku mohon pertolongan HAKEKAT PUASA DALAM SHALAT : 1. Tidak Boleh Makan Dan Minum 2. Mata Berpuasa 3. Telinga Berpuasa 4. Kulit Berpuasa 5. Hati Berpuasa SHALAT 5 WAKTU BERASAL DARI HURUF : ALIF, LAM, HA, MIM, DAL “ALHAMDU “ • Alif = Subuh = Syahadat = Allah = Niat = Alif Ha Mati • Lam = Zohor = Sembahyang = Api = Berdiri = Allah • Ha = Asar = Puasa = Amgin = Rukuk = Muhammad • Mim = Magrib = Zakat = Air = Sujud = Adam • Dal = Isa = Haji = Tanah = Duduk = Hawa Takbiratul Ihram Bahwa takbir engkau dengan syah lagi jasan yakni yaqin. Bahwa adalah hatimu itu hadir dengan Allah ta’ala yakni ingat kepada allah ta’ala ….maka takbir engkau serta membenarkan Allah ta’ala Takbir enkau itu menjauhi apa yang dilarang Allah SWT. Bahwa diwaktu mengangkat takbir itu tempat perhimpunan dari pada”LA ILAHA ILLA ALLAH” yaitu pandangan kita hanya kepada Allah semata-mata.artinya diri kita itu fana sekali-kali tidak mempunyai……..melainkan hanya Ujud Allah jua adanya. Sembahyang-mu itu dikerjakan dengan khusyu’ artinya tetap hatimu menghadap kepada Allah ta’ala fan tetap angota jangan bergerak yang sia-sia. Hendaklah sembahyangmu itu ikhlas artinya bersih amal ibadat kita semata-mata karena Allah ta’ala. Sujud engkau itu,munajat artinya berkata-kata dengan Allah ta’ala didalam sembahyang – pada ……rasanya didalam rahasia hatinya …….itulah orang munajat dihadirat Allah Ta’ala. Dan Takbir engkau itu…hadir hatimu kepada Allah Ta’ala. Hadir artinya tiada berpaling kepada sesuatu didalam sembahyangnya. Zat wajibal wujud qadim yang disembah Harap karunia ampun,rahmat dari pada Allah LA ILAHA ILALLAH : Bagi Ruhul Hayat MUHAMMAD DARRASULULLAH : Bagi Tubuh Insan Kamil. Ruhul Hayat itu artinya Allah Ta’ala tajallia kepada Hayat. Tubuh Insan Kamil itu artinya Tubuh Insan yang sempurna atau Tubuh Muhammad yang sempurna. Muhammad itu tiada jua sifat kebesaran,keelokan dan kesempurnaan.Sabda Nabi SAW. Artinya : Barang siapa yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja maka sesungguhnya kafir yang nyata. Ini adalah keterang dari pada mengenal jalan atau Aqidatun Rajih. Caranya kita hendak mengangkat Takbiratul Ihram yaitu kita tarik nafas kita dengan HU (haqiqatnya Aku (Aku-Besar-Allah) masuk kedalam,setelah itu angkat Takbir”Allahu Akbar” dengan qashad,Ta’aradl dan Ta’ayyin,- (tubuh hati-ruh). Dan didalam kita mengucapkan Takbir itu,diri kita fana dalam kalimah LA ILAHA “ALLAH”.tidak ada pengakuan kita,artinya fana hanya Allah Ta’ala semata-mata bukan kita,karena kita ini hamba. Tatkala kita mengangkat Takbir ingat akan Zat-Alif. Tatkala kita ruku’ ingat akan Sifat-Lam Awwal. Tatkala kita I’tidal ingat akan Asma’-Lam Akhir. Tatkala kita Sujud ingat akan Af-al-Ha. Zat-Alif Sifat-Lam Asma’-Lam Af-al-Ha Adapun Alif itu,ibarat Zat Allah menjadi Rahasia kepada Muhammad menjadi cahaya kepada kita Adapun Lam Awwal itu,ibarat sifat Allah,menjadi rupa kepada Muhammad menjadi tubuh kepada kita. Adapun Lam Akhir itu,ibarat Asma’ Allah,menjadi ilmu kepada Muhammad menjadi iman kepada kita. Adapun Ha itu,ibarat Af-al Allah,menjadi kelakuan kepada Muhammad,menjadi hati kepada kita. Maka Hu itu artinya Akulah Allah. Zat-Ma’rifat Sifat-Haqiqat Adapun Zat itu nyata Adapun Sifat itu nyata kepada Ma’rifat. kepada Haqiqat. Asma’-Thariqat Af-al-Syariat Adapun Asma itu nyata Adapun Af-al itu nyata kepada Thariqat. kepada Syariat. Adapun Syariat itu nyata pada kelakuan Tubuh Insan Adapun thariqat itu nyata kepada kelakuan Hati Insan Adapun Haqiqat itu nyata kepada kelakuan Nyawa Insan Adapun Ma’rifat itu nyata pada kelakuan Pu’ad (jantung) Zat-Ma’rifat Rahasia ( Min-Zat ) Sifat-Haqiqat Nyawa ( Ha-Sifat ) Asma’-Thariqat Hati ( Mim-Asma’) Af-al-Syariat Tubuh ( Dal-Af-al ) Yang dinamakan hamba itu,oleh Allah SWT.adalah Muhammad,karena Muhammad itulah yang menpunyai : Tubuh – Hati – Nyawa – rahasia. Muammad itu hamba,artinya ilmunya :Rahasia Allah. Bermula haqiqat takbir itu,hendaklah kita hadirkan mata hati dengan Musyahadah kepada zat Allah terlebih dahulu/sebelum mengangkat takbiratul ihrak,maka hendaklah kita tetapkan segala kehendak hati,Ruh,dan perasaan kita untuk tawajuh (menghadap) dan liqa’ (menemui) Allah SWT. Bila sudah demikian,baru kita kata usalli…dan sudah mengembalikan/menyerahkan amanat Allah Ta’ala yang ada pada kita,yakni ujud kita yang kasar ini (baharu) dan yang menanggung amanat yaitu diri kita yang bathin.Adapun amanat itu kita serahkan kepada pemilik amanah yakni Allah SWT.itulah sebabnya kita disebut Ummat Muhammad SAW yang ditanyai mengenai amanat Allah Ta’ala itu seperti firmannya : Artinya : Bahwasanya Allah Ta’ala memerintah kepadamu sekalian untuk mengembalikan amanat itu kepada pemiliknya Dengan dikembalikan/diserahkannya amanat Allah itu kepada pemiliknya yaitu Allah ta’ala itu sendiri,maka jadilah fana/lebur/hilang/karam sekalian sifat tubuh kita didalam laut “Ruh Bahrul Qadim”adapun yang tinggal ketika itu hanya sifat Ruh semata-mata,dan itulah Ruh ilmu Allah,kemudian,kita katakan Allahhu Akbar. Itulah yang dinamakan lebur/karam kehambaan diri kita (Fana Fillah) kedalam ke-Baqaan Allah,dimana nyata keadaan zat Allah semata-mata. Inilah yang harus kita syuhudkan sampai kepada salam. Maka janganlah kita lalai dari paenjelasan ini-yang artinya syuhud itu,dipancang dengan mata hati itulah pengetahuan zat dan ilmunya dan sebenar-benar ilmunya itu,iman kepada kita dan sebenar-benar Sir-Allah itu,cahaya kalam Allah yang tidak berhuruf,tidak bersuara yaitu ujud zat yang mutlak,seperti yang tersebut dalam Hadits Qudsi : Artinya : tidak bersuara,tidak berhuruf dan tiada bertempat/berbekas. Firman Allah dalam Al-qur’an : Artinya :Apakah mereka itu dijadikan bukan dari sesuatu atau mereka yang menjdikan mereka,dan bukanlah Aku yang menjadikan mereka. Hendaklah takbir kita itu,dengan syah lagi jazam yakni yaqin.hati kita hadir dengan Allah Ta’ala,yakni ingat kepada Allah maka takbir kita serta membesarkan Allah Ta’ala.pada waktu mengangkat takbir itu,menjadi tempat perhimpunan pada kalimah La Ilaha Illa Allah : yang kita pandang hanya Allah semata-mata artinyakita fana sekali-kali tidak ada,yang ada hanya Ujud Allah semata. Caranya adalah,sebelum mengangkat takbiratul ihram kita tarik nafas dengan Hu haqiqatnya Aku Allah Akbar yang lain semua kecil.sesudah itu di angkat takbiratul ihram “Allahu Akbar” dengan qasat,ta’aradh,ta’ayyin (tubuh hati Ruh). ARTI SURAH AL-FATEHA : Bismilah : Allah menamai akan dirinya Arrahman : Ya Muhammad aku menciptakan engkau. Arrahim : Ya Muhammad aku menhatakan Rahasiaku kepadamu Alhamdulillahi : Ya Muhammad,sembahyangku itu ganti sembahyangmu untuk memuji diriku. Rabbil Alamin : Ya Muhammad,aku tau yang lahir dan yang bathin. Arrahmannirrahim : Ya Muhammad,Yang membaca fateha itu aku dan sembahyang itu aku memuji diriku. Maliki Yaumiddin : Ya Muhammad,Aku Tuhan yang maha besar pada isi sekalian alam,kamu ganti kerajaanku. Iyya Kana’ Budu : Ya Muhammad,tiada lain yang sembahyang itu melainkan aku memuji diriku. Waiyyakanas Ta’in : Ya Muhammad,yang ghaib aku jua tiada aku engkau ganti kerajaanku. Ihdinasshirathal Mustaqim : Ya Muhammad,tiad yang tau………engkau jua yang mengetahui aku. Shiratallazi Na’an Amta’Alaihim : Ya Muhammad,tiada murka aku kepadamu,tiada nyata aku jika tiada engkau. Waladdhallin : Ya Muhammad,jika tiada kasihku tidak ada engkau dan tiada Rahasiaku sekaliannya. Amin : Ya Muhammad,adamu itu ganti rahasiaku. ARTI SURAH AL-IKHLAS : Qul Huwallahu Ahad : Aku nyata dengan dirimu. Allahus shamad : Aku jadi penolong dunia dan akhirat Lam Yalid Walam Yulad : Aku Esa Ghaib kepadamu. Walam Yakul Lahu Kupuan Ahad : Aku nyata dengan dirimu Kiblat Pertama : Kiblat kearah tenggelamnya arah matahari,masuk pada Syariat. Kedua : Kiblat I’tiqat hati berbetulan dengan Baitullah,masuk kepada Thariqat. Ketiga : Kiblat I’tiqat hati berbetulan dengan Baitul Ma’mur,masuk kepada Haqiqat. Keempat : Kiblat I’tiqat hati seakan-akan menghadap muka (wajah) kita kepada Allah Ta’ala masuk kepada Ma’rifat Kamalul Yaqin Adapun keterangan yang lebih jelas yang menentuka bahwasanya Muhammad itu tiada mempunyai sesuatu hanya sekedar nama jua,adalah seperti tersebut dibawah ini : Adapun yang dikatakan Rahasia Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 5 (lima) Sifat Allah yang dinamakan : Ujud – Qidam – Baqa – Mukhalafatuhu Lil Hawadits – dan Qiamuhu Ta’ala Binafsihi : yaitu kaliamah:La. Adapun yang dikatakan Nyawa Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 6 (enam) sifat Allah dinamakan kalimah : Ilaha yaitu: Sama’- Bashar – Kalam – Sami’un – Basirun – dan Mutakalimun.yaitu kalimah : Ilaha Adapun yang dikatakan Hati Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 4 (empat) sifat Allah yang dinamakan Illa yaitu : Qudrat – Iradat – Ilmu – dan Hayat,yaitu kaliamah Illa. Adapun yang dikatakan Tubuh Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 5 (lima) sifat Allah yang dinamakan kalimah Allah yaitu : Qadirun – Muridun – Alimun – Hayyun – dan wahdaniyat,yaitu kalimah: Allah. Jadi jelas bahwa Muhammad itu adalah sifat Allah jua.yaitu sifat kebesaran,keelokan,dan kesempurnaan yaitu yang dinamakan dengan kalimah tauhid artinya Esa. Kalimah yang mulia yaitu : “ LA ILAHA ILLA ALLAH “ artinya tiadfa yang terdahlu hai Muhammaad dan tiada yang terkemudian ya Muhammad malainkan tiap-tiap sesuatu itu beserta Allah. Maka wajiblah diketahui maksudnya kalimah yang itu,supaya menjadi tauhid dan Ma’rifat. Adapun kalimah “ La Ilaha Illa Allah “ itu terbagi dua: pertama La Ilaha-dan kedua Illa Allah. Adapun La Ilaha itu,sifat kekayaan yang tiada ad kekurangan yang maih berkehendak yaitu Muhammad. Kemudian hendaklah kita ketahui,yang bernama Muhammad itu,apa oleh Allah Ta’ala – dan yang bernama Alllah Ta’ala itu,apa oleh Muhammad ….supaya benar-benar bisa menjadi tauhid pada kalimah yang muliaitu adanya. Adapun itu,hamba artinya hamba itu,Ilmu-nya Rahasia-nya oleh Allah Ta’ala: karena Allah itu nama bagi zat yangWajibal Wujud dan mutlak,yakni bathin Muhammad dan Ta’ala itu adalah nama bagi sifat,yakni zahir Muhammad. Jadi jelaslah – zahir dan bathin Muhammad itulah yang bernama Allah Ta’ala.dengan demikian,maka patutlah kalimah yang mulia itudinamakan kalimah tauhid artinya kalimah Esa yaitu: La Ilaha Illa Allah,maka kalimah yang mulia ini pertemuan hamba dengan Tuhan-nya. Lagi pula,kalimah yang mulia ini – diumpamakan sebesar-besar dan selebar-lebar gedung perhimpunan segala Rahasia,segala Ruh,segala Nyawa,segala Ilmu,serta isinya Islam dan Iman,segala tauhid dan ma’rifat,yang kesemuanya itu adalah terhimpun didalam kalimah yang mulia itu adanya. “La Ilaha Illa Allah” pada Ma’rifat artinya Tiada ada Ujud sesuatupun melainkan Allah jualah yang Maujud Nafsu Suatu perlakuan naluri manusia yang mendorong manusia berperilaku menyimpang yang bertentangan dengan syariat dan hakekat Allah SWT. Karena nafsu itu merupakan tahap hijab yang harus ditembus atau dipecahkan oleh seorang anak manusia untuk mengenal dirinya dan mengenal Tuhannya. Tanpa memecahkan dinding hijab ini manusia tidak mungkin dapat kembali kepada Tuhannya semasa hidupnya didunia atau mematikan dirinya sebelum mati. 7 martabat nafsu 1. NAFSU AMARAH 2. NAFSU LAWAHMAH 3. NAFSU MULHAMAH 4. NAFSU MUTMAINAH 5. NAFSU RADIAH 6. NAFSU MARDIAH 7. NAFSU KAMALIAH WALAKAT HALAKNA PAUKA KUM SAB’ATARA-IKA Artinya : Kami telah menciptakan dirimu tujuh jalan (nafsu) (Q.S. Al-Mu’minun : 17) Memancarnya suatu nur didalam Jantung itulah yang dinamakan kalbu. (Iman) Setelah memecahkan dinding hijab yang disebut Nafsu Amarah Innan Nadsa la-am maratun bissu-i Artinya : Sesungguhnya nafsu amarah itu senantiasa menyuruh berbuat jahat. (Q.S. Yusuf 53) Sakaratul Maut CIRI-CIRI DATANGNYA SAKRATUL MAUT 1. Tubuh halus kita akan dikosongkan dari Rahasia Allah. 2. Ilmu milik Allah akan pergi mendahului kita 3. Tubuh halus kita akan menjadi cahaya hidup kita,bagi manusia yang menggunakan rahasia yang tersembunyi untuk mengenal Allah. 4. Ada yang bergerak di sum-sum tulang belakang 5. ada yang bergerak didasar pusat (pusar) 6. Tubuh dalam keadaan lemah/loyo 7. Ubun-ubun akan bergetar 8. Hati dalam keadaan kosong 9. ada yang datang untuk menguji kita : • Orang alim atau Ulama • Nenek-Nenek • Ibu dan Bapak kita • Orang yang hitam menyeramkan • Malaikat Izrail. (Dengan membawa bendera putih yang bertuliskan kalimah : LA-ILAHA-ILLALLAH dengan tulisan merah) 10. Serasa diloloskan dari sarungnya ketika diusung (digotong) oleh Rahasia Allah. 11. Jasad kasar akan diam dalam keadaan sunyi dan syahdu (terbujur sendirian). 12. Ketika Roh kita sampai kepada Allah, ditanya oleh”Allah” SWT. Apakah kamu telah melaksanakan apa yang telah aku perintahkan dan kamu jauhi apa yang aku larang maka dijawab oleh Roh dengan benar,baik dan jelas. 13. Maka turunlah perintah Allah kepada Malaikat Ridwan : 1. Masukan kedalam syurga,hambaku yang suka/senang merahasiakan rahasia yang datangnya dari Allah. 2. Dijawab oleh Malaikat Ridwan,Aku dekat denganmu Ya Allah !!! Syurga mana yang harus diberikan kepada hambamu ini. 3. Kemudian turun perintah Allah,masukan kedalam syurga JANNATUL ALIA bagi hambaku yang mencintai rahasia yang aku berikan. 4. Diperintahkan lagi kepada Malaikat Ridwan,saya terima hambamu ini dan saya senang sekali untuk menjaganya. 5. Diperintahkan lagi kepada Malaikat Ridwan ! Berikan untuk menyenangkan hati hambaku ini dengan : • 40 Anak bidadari • 40 Pohon kayu dan • 4 Kelompok burung 6. Masukan kedalam syurga yang penuh isi dan indah untuk hambaku yang jiwanya suci ini. Peristiwa ini cocok, pas dan sesuai dengan firman Allah dalam Al-quran surat Al-fajar…….yang berbunyi : 1. YA-AIYATUHAN NAFSUL MUT MA’INNAH 2. ARJI’I ILA RABBIKA RADIYATAM MARDIYATAN 3. FAD HULI FI IBADI 4. WAD HULI JANNATI Artinya : 1. Hai jiwa yang suci !!!!!!!! 2. Kembali kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan lagi di Ridho’i-nya 3. Masuklah kedalam jama’ah hamba-hambaku 4. Dan masuklah kedalam surgaku.